Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DRAKULA itu beraksi lagi menebar kematian. Dulu, konon, ia melakukan penghilangan nyawa dan lolos dari jerat hukum. Pada Jumat pagi pekan lalu, ia meledakkan bom di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz-Carlton, Jakarta.
Begitu kira-kira sebagian informasi intelijen yang diperoleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang pelaku peledakan. Bertempat di halaman depan Kantor Presiden, seusai salat Jumat, Yudhoyono membuka ciri otak pengeboman lewat jumpa pers, yang ditayangkan langsung sebagian stasiun televisi.
”Kali ini negara tidak boleh membiarkan mereka menjadi drakula dan penyebar maut di negeri kita,” kata Yudhoyono. Di belakang Presiden berdiri sejumlah pejabat teras: Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Widodo A.S., Kepala Kepolisian Jenderal Bambang Hendarso Danuri, Kepala Badan Intelijen Negara Syamsir Siregar, Panglima Tentara Nasional Indonesia Jenderal Djoko Santoso, Menteri-Sekretaris Negara Hatta Rajasa, dan Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi.
Menurut temuan intelijen, Yudhoyono melanjutkan, ada upaya kelompok tertentu untuk melakukan kekerasan terkait dengan hasil pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Misalnya latihan menembak sejumlah orang dengan menggunakan foto SBY sebagai sasaran. ”Ini bukan fitnah, bukan isu.”
Yudhoyono menunjukkan fotonya, seukuran kuarto, yang bolong di bagian pipi kiri bekas tembakan. Di foto lain, terlihat dua orang berpakaian hitam dengan penutup kepala sedang membidik. ”Bagaimana juga, menurut mereka, SBY tidak boleh dan tidak bisa dilantik,” ujar Presiden.
Ditanya soal pernyataan Presiden bahwa otak peledakan merupakan orang yang terlibat penghilangan orang di masa lalu, Prabowo menjawab, ”Oh ya, dia ngomong begitu? Saya enggak dengar.”
Prabowo memang pernah diadili di Mahkamah Militer Luar Biasa dalam kasus penghilangan aktivis pada periode 1997-1998. Dalam jumpa pers yang digelar di kantor tim kampanye nasional Mega-Prabowo di Jalan Teuku Cik Di Tiro, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat pekan lalu, Prabowo mengaku siap menghadap Presiden untuk memberikan klarifikasi.
Menurut Prabowo, pengeboman ini masih dilakukan jaringan teroris internasional, seperti peristiwa sebelumnya. Apalagi ada informasi pengeboman itu merupakan aksi bunuh diri. Pada jumpa pers Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dua jam sebelumnya, Prabowo tidak hadir. Ia mengaku baru pulang dari Yogyakarta.
Sumber Tempo mengatakan rombongan karyawan perusahaan Prabowo, yang berkantor di Gedung Bidakara, memang sedang pergi ke Magelang, Jawa Tengah, pada Jumat lalu untuk menghadiri pernikahan salah satu anggota stafnya. ”Saya juga diundang,” kata sumber ini.
Prabowo mengutuk aksi pengeboman itu, yang disebutnya biadab. Ia menyayangkan jika peristiwa itu dikaitkan dengan pihak yang kecewa terhadap hasil pemilu presiden.
Calon wakil presiden Wiranto mengatakan, sebagai mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan, ia menolak semua tindakan mengganggu keamanan negara. ”Ini sudah terbangun di hati saya,” katanya. Ia meminta pemerintah berfokus mengungkap kasus ini tanpa banyak mengeluarkan pernyataan. ”Nanti yang ngebom malah senang dan bisa ngacir,” katanya.
Dalam jumpa pers singkat di rumahnya, calon presiden Megawati Soekarnoputri mengutuk keras pengeboman itu dan menilainya sebagai kejahatan kemanusiaan. Ia meminta pemerintah tidak mempolitisasi dan memperkeruh suasana dengan mengaitkan peristiwa ini dengan pemilu legislatif dan pemilu presiden.
Calon presiden Jusuf Kalla menilai peledakan itu tidak terkait dengan kandidat presiden yang kalah perolehan suaranya. ”Megawati dan saya bikin begitu, ya? Tidak, pasti tidak seperti itu,” katanya. Menurut dia, peledakan bom bukan hal yang biasa dilakukan politikus.
Juru bicara Presiden, Andi Mallarangeng, membantah Presiden telah menuduh pihak tertentu dalam pidatonya. ”Tidak ada spesifik untuk si ini atau si itu,” kata Andi akhir pekan lalu. Menurut dia, pernyataan Presiden yang ekspresif dan emosional itu adalah cerminan dari apa yang dirasakan masyarakat Indonesia. ”Presiden ingin berada di depan melawan terorisme,” ujarnya. Yudhoyono, kata Andi, mendukung investigasi secara profesional agar pelaku pengeboman segera terungkap.
Budi Riza, Ismi Wahid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo