KATA orang ia mirip Sophia Loren. Wajah sedikit kotak, kulit cokelat, rambut hitam, alis tebal. Unsur-unsur itu membentuk seorang gadis berusia 25 tahun yang menyimpan gairah. Seorang yang berada di antara kalangan jet set, yang terbang dari Los Angeles ke Paris cuma untuk ganti pakaian dua jam. Nabila Khashoggi, gadis inilah yang jadi berita akhir-akhir ini karena ulah sebuah surat kabar besar Italia. Ia dikabarkan telah menikah dengan pemimpin Libya Muammar Qadhafi. Reaksi langsung terdengar. Ia, yang sedang berada di Kanada, membantah kabar yang mirip cerita 1001 Malam itu. Bertemu dengan orangnya saja belum pernah, katanya. Lalu ia menduga, itu semua ulah musuh-musuh ayahnya. Tapi memang, berita itu -- konon bersumber dari lingkungan diplomat asing di Roma -- pertama-tama terkesan agak masuk akal juga. Dalam usia seperempat abad, Nabila terbang, berenang, berlayar, berpesta masih selalu sendirian. Kepada wartawan majalah New Idea ia sendiri pernah berterus terang ia tak banyak teman. Konon, orang-orang jeri mendekati anak milyarder yang punya vila seharga hampir Rp 10 milyar di Beverly Hills itu. Teman-teman sesekolahnya di Joanna Baron Acting School di Los Angeles pun merasa takut untuk mengganggu kecantikan, kecerdasan, dan kekayaannya yang seolah bisa membeli dunia. Sementara itu, Nabila sendiri -- satu-satunya anak perempuan Khashoggi -- tampaknya memang merasa sulit mencari pasangan. Boleh jadi ada hambatan psikologis, lebih dari hambatan fisis dan materialistis, pada dirinya. Coba dengar bila ia menuturkan ihwal Babanya -- Baba, bahasa Arab, artinya bapak, begitulah istri dan anak-anak Khashoggi memanggilnya -- kata-katanya pujian belaka. "Ia duduk, dan cuma mengawasi. Dibiarkannya anak-anaknya membuat kesalahan," cerita Nabila tentang bagaimana bapaknya mendidik dia dan keempat saudara kandungnya. "Baba baru turun tangan bila kami memang sangat membutuhkan pertolongannya. Ia membiarkan anak-anaknya menelan berliter-liter air, tapi tak membiarkan kami tenggelam." Dan bila sebuah pesta diadakan di rumah Khashoggi di Spanyol umpamanya, atau di Nabila (sebelum kapal pesiar sangat mewah ini disita Sultan Bolkiah dari Brunei), ketika tamu-tamu terhormat mondar-mandir sambil mencicipi masakan yang mahal dan langka, perhatian Nabila lain. "Saya lebih suka memperhatikan bagaimana Baba melakukan negosiasi, berbicara dengan orang-orang, lalu mencari jalan keluar," tuturnya. Sebaliknya, sang Baba memang punya perhatian berlebihan terhadap satu-satunya anak perempuannya ini. Di mana pun ia berada, dan sedang menjalankan bisnis apa pun, Adnan selalu menelepon Nabila. "Baba selalu menanyakan apakah saya dalam keadaan senang," tutur si anak. "Baru ia kemudian menanyakan apa saja yang saya kerjakan hari itu." Maka, bukan sesuatu yang aneh bila kemudian Nabila membandingkan setiap lelaki dengan ayahnya. Dan berapa banyakkah pria di dunia ini sebanding dengan orang yang diduga terlibat skandal penjualan senjata AS ke Iran itu, yang dikabarkan punya penghasilan US$ 750 per menit? Bukankah bisa dimengerti bila sampai hari ini tak seorang lelaki menjadi perhatiannya? Putri dari tanah 1001 Malam ini lahir dan dibesarkan di Libanon oleh seorang ibu Inggris. Pengasuhnya seorang berkebangsaan Skotlandia. Ia masuk sekolah di Somerset, Inggris. Singkat kata, ia dibesarkan dalam iklim budaya Barat. "Tapi Baba selalu mendidikku agar berbangga pada Arab Saudi beserta nenek moyang kami. Dan ia membawa kami semua agar meyakini bahwa yang paling penting dalam hidup ini menjadi muslim." Toh, di masa remajanya Nabila pun tersentuh keinginan beraneh-aneh, khas remaja yang telah tak kurang suatu apa. Ia ingin mencari sensasi, sedikit melenceng dari hidup yang rapi. Pada usia 15 tahun, ia kepingin bekerja membantu Ibu Theresa di Calcutta, India, untuk orang-orang miskin. "Kubayangkan, membantu Ibu Theresa menyantuni kaum papa tentulah suatu petualangan yang mengasyikkan. Tapi saya sangsi, apakah saya bisa hidup di antara mereka," katanya jujur. Lalu ia pun berniat menantang maut, bereli mobil paling bergengsi tapi berat, yakni Reli Paris-Dakar. Dua-duanya cuma sampai pada lamunan. Bahkan yang terakhir itu, kepada ayahnya pun tak dikatakannya. Pernah pula Nabila remaja ingin menyaingi sukses dagang Babanya. Suatu hari ia datang pada si bapak dan menyatakan maksudnya, ingin membuka bisnis T-shirt. Bapak itu dengan sabar mendengar gagasan anaknya, dan pelan-pelan dibelokkannya cita-cita itu. Bagi Adnan, tentu saja, jual-beli kaus yang digemari remaja tidaklah menarik sama sekali -- dilihat dari proses dan keuntungan bisnis jenis ini. Mungkin waktu itu ia sudah punya rencana bagi Nabila. Delapan tahun kemudian, ia memang mempromosikan putrinya untuk duduk di dewan direksi Triad Holding Company, perusahaan utama Khashoggi. Adalah sebuah kapal pesiar yang kemudian didandani bak istana terapung milik Adnan Khashoggi. Sebagai tanda sayang anak, kapal sepanjang 83 meter itu pun diberi nama Nabila -- ditulis dengan emas, bahkan kemudian diganti dengan platina. Di istana terapung berkecepatan 21 knot itulah suatu hari di tahun 1985 Nabila berada. Dan ia tak cuma mengurung diri dalam salah satu dari 11 kamar mewahnya, menelepon ke sana-kemari dengan satu dari 296 pesawat telepon yang disediakan. Atau cuma berdiri di dek melihat ombak. Tidak. Ia sesekali, dengan baju kerja buatan Yves Saint Laurent, turun meninjau kamar mesin diantar kapten kapal, Antonio Farneti. Atau, mengunjungi sistem navigasi di haluan kapal. Jauh di tengah laut, bagi Nabila bukan soal benar untuk memenuhi selera makannya. Di sini dua dapur besar selalu siap, dipimpin oleh tiga koki kepala yang masing-masing spesialis masakan Arab, Cina, dan Prancis. Juga soal hiburan. Sebuah diskotek komplet tersedia. Sebuah bioskop ada juga. Dan bila ia merasa harus berdandan, umpamanya karena akan ada tamu, sebuah kamar rias lengkap dengan pakaian mode terakhir dari Paris menunggu. Sebuah ruangan yang dihiasi dengan selera Prancis. Ada sejumlah topi hiasan buatan penjahit terkenal, ada sepatu hiasan buatan tangan dari Dalco. Di situ pula sebuah piano kaca menunggu jari-jari lentik Nabila. Itu bukan sembarang piano, tapi hadiah khusus dari pianis Amerika terkenal, Wladzu Valentine Liberace, untuk Lamia Khashoggi, ibu tiri Nabia. Liberace, yang meninggal Februari lalu konon karena AIDS, memang menjadi pujaan kaum Hawa kelas jet set, meski dimusuhi oleh para kritikus musik. Suatu hari di tahun 1979, mungkin untuk pertama kalinya, Nabila harus menghadapi masalah keluarga. Ibunya, Soraya, diceraikan oleh Adnan. "Waktu itu memang ada sedikit ketidakenakan. Tapi, untunglah, kami, anak-anak, tak dibawa-bawa," tutur Nabila. "Saya tetap saja berhubungan baik dengan Ibu. Paling tidak, di hari-hari besar, Natal atau tahun baru misalnya, kami sekeluarga berkumpul." Sejauh ini putri nan kaya raya ini memang melewatkan hari-harinya dengan sepi. Paling-paling orang-orang gajian Babanya yang menemaninya. Di kapal ia ditemani oleh Kapten Farneti. Di rumahnya, waktu makan, biasanya para koki menunggu siap meladeni selera Nabila. Tak heran bila ia bercita-cita menggantungkan namanya di sebuah bintang di langit, agar seluruh dunia tahu bahwa ada cewek bernama Nabila Khashoggi. Itu soalnya bila kini ia duduk di Joanna Baron Acting School di Los Angeles -- sekolah akting dua tahun. Ia ingin jadi bintang panggung, baik layar putih maupun layar televisi. "Saya mencintai panggung, saya ingin berakting di televisi, sebuah opera atau lainnya," katanya. Dan ia memang telah mendapatkan tawaran bermain dalam sebuah pertunjukan komersial di Spanyol, mengambil bagian dalam sebuah film Italia, dan menjadi bintang tamu dalam serial televisi yang kini sedang dibuat di Kanada. Di sekolah akting itu satu-satunya yang boleh dibilang dekat dengan Nabila cuma Catherine Oxenberg. Nama tersebut belakang itu salah seorang pemain dalam serial yang kini baru ditayangkan TVRI tiap Rabu malam, Dynasty. Dengan artis itulah biasanya Nabila berlibur, di sebuah tempat rekreasi mahal dua jam bermobil dari San Diego, California Selatan. Cal-a-Vie, tempat liburan bermata air panas, dengan pengunjung para usahawan yang selalu ke sana-kemari, atau orang-orang sibuk dari profesi yang bermacam-macam. Di situ mereka melupakan segala masalah. Udara yang segar, masakan yang sehat dan berselera, tempat orang menghilangkan stress. Ke situlah Nabila datang, melupakan urusan sekolah, urusan film, urusan beberapa usaha yang dipercayakan ayahnya kepadanya. Mungkin, di situ juga ia melupakan hidupnya yang sendiri. Dua tahun lalu wartawan The Sunday Times Magazine bertanya, "Nabila, kapan Anda mau menikah?" Dengan wajah bersungguh-sungguh, jawabnya, "Oh, masih jauh." Kini, tentang Kolonel Qadhafi, Nabila tak mau berkomentar, selain pernyataannya bahwa ia bertemu dengan pemimpin Libya itu pun belum pernah. Ia memang sering mampir ke Timur Tengah terutama singgah di Arab Saudi, tempat lahir Babanya -- tanah air dan bangsa yang oleh bapaknya dipesankan agar jangan dilupakan. Tapi, sebenarnya, sebelum terbetik berita bahwa ia menikah dengan Muammar Qadhafi, di Amerika Nabila telah pula digosipkan. Mungkin karena ia begitu ingin menjadi bintang. Mungkin, karena ia dekat dengan salah seorang yang membintangi Dynasty, si Catherine Oxenberg itu. Gosip itu mengatakan, kini anak Khashoggi itu sedang hangat dengan anak Joan Collins dan John Forsythe dalam Dynasty. Yakni Gordon Thomson, pemeran Adam Carrington. Tapi ini juga berita yang kadar kebenarannya masih disangsikan. Bisa jadi selama ini ia tak menemukan yang ia cari di yacht yang gemerlap, di rumah yang mewah, di pesawat yang bak Istana Carbela. Tapi apa sebenarnya yang dicari Nabila? Ketika ia ditawari menjadi bintang tamu di sebuah serial televisi yang kini lagi dikerjakan, "Saya begitu bahagia hingga tubuhku gemetar. Ini sebuah pengalaman yang luar biasa. Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini