Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
SEMBILAN tahun lalu, Intan Paramaditha pulang ke Indonesia sehabis perantauan panjangnya di New York, Amerika Serikat. Kepulangan itu ternyata tak seperti yang ia bayangkan. Indonesia mendadak tak lagi terasa seperti rumah baginya. Namun menyebut New York sebagai rumah pun tak tepat. Intan merasa tercerabut, tak di sini tapi juga tak di sana. Kala itu, dia banyak melamun dan berpikir tentang kondisinya hingga suatu ketika ia melihat sepatu merah yang sedang ia kenakan. "Tercetus ide menulis tentang perjalanan dan kondisi displacement ini, yang diikat dengan image sepatu merah," kata Intan, kini 38 tahun, saat ditemui Tempo di Jakarta, dua pekan lalu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo