Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Nikah siri didefinisikan sebagai pernikahan yang dilakukan secara rahasia atau diam-diam. Pada hakikatnya pernikahan siri disebut sah secara agama, tetapi tidak di mata hukum. Pernikahan siri dilakukan tanpa pencatatan hukum, sehingga tidak memiliki kejelasan dan jaminan dari negara. Namun meskipun demikian, praktik pernikahan siri kian marak, terlebih didukung dengan keberadaan teknologi yang makin mempermudah jalannya praktik ini, salah satunya di situs nikahsirri. Baca: Kenapa Perempuan Mau Nikah Siri?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada praktiknya, nikah siri banyak dilakukan oleh seseorang yang telah berkeluarga. Menurut Rosmini, Psikolog Keluarga dari Universitas Indonesia, seorang laki-laki melakukan nikah siri karena tidak ingin melanggar ajaran agama, tapi juga tak ingin istri pertama tahu. Kondisi ini menurut pandangan Rosmini jelas salah kaprah. Sebab, apabila ingin mengikuti apa yang diajarkan oleh agama, seharusnya kedua istri harus sama-sama tahu mengenai pernikahan yang terjadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Laki-laki biasanya memilih nikah siri dengan alasan tidak mau melanggar ajaran agama, tetapi juga tidak mau istri pertamanya tahu. Padahal kalau memang ingin mengikuti sunah nabi seperti itu, ya harus bisa memperlakukan kedua istrinya secara adil. Biarkan kedua istrinya sama-sama tahu. Tidak ngumpet seperti itu,” tutur Rosmini kepada Tempo, Kamis 28 September 2017.
Baca juga:
Posisi Anak dari Pasangan Nikah Siri dan Kawin Kontrak
Kasus Nikahsirri.com, PBNU: Nikah Resmi Ideal untuk Masyarakat
Apabila akhirnya istri tahu kalau suaminya menikah lagi secara siri, tentu wajar istri merasa marah, sedih, dan kecewa. Situasi ini membuat istri merasa tak lagi penting dalam kehidupan suami, dan suaminya tidak bisa dipercaya. Dalam kondisi tertentu, istri bisa jadi secara sengaja atau tidak sering melontarkan pernyataan-pernyataan tidak mengenakkan tentang suaminya di depan anak-anak.
Akhirnya tak hanya berdampak pada istri, tetapi juga berdampak pada anak-anak. “Terkadang terlontar omongan tidak enak di depan anak. Memberikan kesan buruk terhadap sang ayah. Ini kan tidak baik, terlepas dari berapa pun umur anaknya. Anak-anak yang tidak mengerti permasalahannya bisa jadi ikut membenci ayahnya juga,” ujar Rosmini.
Tidak hanya dari sisi istri dan anak, tanpa disadari sebenarnya efek pernikahan siri juga terlihat pada laki-laki yang melakukannya. Mereka tentu lelah apabila harus terus berpura-pura di hadapan keluarga. Berusaha menutupi kebohongan adalah hal yang menyulitkan, sehingga biasanya berpengaruh tehadap kedekatan hubungannya dengan istri dan anak-anak. Kecuali jika memang seluruh keluarga, termasuk istri dan anaknya sudah sama-sama tahu dan menerima.
“Menurut saya sih capek, ya. Harus pura-pura terus. Itu pasti memengaruhi caranya berinteraksi dengan istri dan anak di rumah, karena serba takut ketahuan. Kalaupun misalnya memang istri dan anak tahu dan menerima, laki-laki tersebut menurut saya juga capek karena harus bisa membagi waktu, kasih sayang, materi, dan lain-lain. Itu kan juga bukan perkara mudah,” ucap Romi.
TSARINA MAHARANI