Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas udara Jakarta terburuk di dunia pagi ini, Ahad, 13 Agustus 2023 per pukul 06.14 WIB berdasarkan pantauan situs IQAir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta tercatat 170 poin atau masuk kategori tidak sehat dengan konsentrasi polutan utama PM2.5 sebesar 93,2 mikrogram per meter kubik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 18.6 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO,” tulis keterangan di situs IQAir.
Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer).
Kota terpolusi di dunia di bawah Jakarta pagi ini, yaitu Dubai, Uni Emirat Arab (AQI: 157); dan Johannesburg, Afrika Selatan (AQI:156); Hanoi, Vietnam (AQI: 151); dan Doha, Qatar (AQI: 140).
Anda yang berniat berolahraga di luar atau di lokasi car free day (CFD) atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) pagi ini disarankan menggunakan masker
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI: Musim Kemarau Memicu Kualitas Udara Jakarta Kian Memburuk
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto mengatakan memburuknya kualitas udara Jakarta dalam beberapa bulan terakhir disebabkan musim kemarau.
Asep menjelaskan pada Juli hingga September nanti, musim kemarau sedang tinggi-tingginya. "Sehingga berakibat pada kualitas udara menjadi kurang baik," kata Asep saat konferensi pers di Gedung Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, Jumat, 11 Agustus 2023 seperti dilansir dari Antara.
Menghadapi kondisi dan cuaca seperti saat ini, Asep mengatakan sudah menyiapkan tiga strategi untuk mengendalikan polusi udara yakni pertama, melalui kebijakan dan regulasi.
Kedua, pengurangan emisi pencemaran udara salah satunya dengan menggencarkan uji emisi dan penggunaan transportasi umum.
Terakhir, mengeluarkan imbauan agar warga mengecek kondisi kualitas udara sebelum beraktivitas di luar melalui aplikasi Jakarta Kini (JAKI), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), atau Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU).
Untuk poin dua, jelas Asep, Dinas LH se-Jabodetabek sudah menandatangani komitmen untuk mengurangi pencemaran udara dengan melakukan uji emisi kendaraan.
"Kami juga mengimbau warga melakukan upaya-upaya preventif (pencegahan) untuk mengurangi dampak misalnya dengan menggunakan masker, mengurangi aktivitas di luar, dan sebagainya," ucap Asep.
Dalam kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan kualitas udara cenderung naik saat musim kemarau, seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
"Hal lain yang menarik dan perlu dicermati bahwa kondisi kualitas udaranya itu ada siklus harian pada saat malam hari, dini hari, lepas pagi cenderung lebih tinggi daripada siang hingga sore itu karena ada siklus harian," kata Sena.
Selain itu, menurut Ardhasena, fenomena lainnya yakni lapisan inversi di wilayah perkotaan saat musim kemarau menyebabkan kecenderungan udara cenderung lebih dingin di lapisan bawah. Kondisi ini menyebabkan kualitas udara ikut memburuk.
"Hal itu yang juga penjelasan mengapa di Jakarta itu kelihatan keruh di bawah dibanding di atas, di mana perkotaan kita hidup bersama," ujar Sena.