Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Panggung untuk RI Satu Setengah

Politikus Partai Demokrat melempar nama Ani Yudhoyono sebagai calon presiden 2014. Mengatasi popularitasnya yang rendah, ia meluncurkan buku dan banyak tampil solo di depan publik.

10 Januari 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUNCI jawaban itu tercantum pada halaman 479. ”Jika SBY sudah tidak jadi presiden,” demikian Ani Yudhoyono dalam buku Kepak Sayap Putri Prajurit, ”maka kedudukan terhormat buatku adalah tetap menjadi Nyonya SBY, bukan menjadi presiden.”

Halaman itu pula jawaban Kristina Herrawati—nama lengkap Ani—atas permohonan wawancara Tempo soal pencalonannya menjadi presiden pada 2014, yang diajukan Selasa pekan lalu. Menurut D.J. Nachrowi, Kepala Biro Pers dan Media Istana Kepresidenan, Ani menyampaikan disposisi tertulis kepadanya. Kata Ani, soal pertanyaan itu, ”Jawabannya ada pada halaman 479 buku saya.”

Pada halaman itu, Ani merujuk pada ”pertanyaan mengejutkan dari seorang siswi yang berkunjung ke Istana Negara bersama ratusan siswa dari sekolahnya”. Katanya, ”Ibu Ani, apakah Ibu nanti akan menggantikan SBY jadi presiden? Seperti Hillary Clinton?”

Pertanyaan itu sebenarnya diajukan oleh Airina, siswi Sekolah Menengah Atas Taruna Nusantara, Magelang, yang punya sejarah dekat dengan Akademi Militer. Pada 28 Desember 2009, ia datang ke Istana bersama 68—bukan ratusan—rekan. Ia bertanya, ”Apakah Ibu akan mencalonkan diri sebagai presiden setelah Pak SBY?”

Ani menjawab cepat, ”Kenapa Ananda punya pemikiran seperti itu dan bertanya seperti itu?” Bukannya menjawab, Airina mengajukan pertanyaan baru. ”Apakah Ibu mau meniru Hillary Clinton?” Ketika itu, Hillary bersaing dengan Barack Obama dalam konvensi Partai Demokrat di Amerika Serikat. Ani lalu menyatakan, ”Rasa-rasanya tidak terpikir di pikiran Ibu untuk menggantikan Pak SBY.”

Setahun setelah dialog di Istana Negara itu, pencalonan perempuan 58 tahun itu mulai dilontarkan. Adalah Ruhut Sitompul, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Demokrat, yang melempar pernyataan buat ”mengetes air”. Katanya, ada tiga tokoh yang mungkin dicalonkan partainya pada 2014: Ani, Pramono Edhie Wibowo, dan Anas Urbaningrum. Pramono, adik Ani, kini menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Adapun Anas adalah Ketua Umum Partai Demokrat.

Tak perlu waktu lama buat menanti reaksi politikus lain. Amien Rais, pendiri Partai Amanat Nasional, menyorongkan Hatta Rajasa, ketua umum partai itu, untuk calon wakil presiden pendamping Ani. Taufiq Kiemas, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, tak mau ketinggalan. Ia mengajukan putrinya, Puan Maharani.

Seorang politikus Partai Demokrat mengatakan Ruhut sempat ditegur karena pernyataan itu. Sebab, Yudhoyono selalu meminta fungsionaris partai tidak membahas pencalonan presiden pada saat ini. Namun Ruhut mengatakan tidak pernah ditegur. Ia menganggap tidak ada yang salah dengan pernyataan soal calon presiden 2014. ”Partai lain boleh, kenapa kami tidak?”

Ruhut hanya pendukung Ani yang tampil ke permukaan. Di bawah permukaan, sejumlah pendukung mulai berhitung dan bergerak. Seorang tokoh senior militer berkalkulasi, pada 2014 akan maju pendiri Partai Gerakan Indonesia Raya, Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. ”Saya yakin,” katanya, ”banyak orang akan memilih Ibu Ani daripada dua tokoh itu.”

Dengan kalkulasi itu, jalan buat Ani disiapkan.

l l l

PANGGUNG itu digelar Juli tahun lalu di Grand Ballroom Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan. Selain ada Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, hadir semua menteri dan staf khusus. Begitu juga sejumlah pejabat pemerintahan dan petinggi Partai Demokrat. Nyonya Mufida Kalla, istri mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, pun tak absen.

Malam itu buku biografi Ani, Kepak Sayap Putri Prajurit, diluncurkan. Buku setebal 550 halaman dalam sembilan bab itu ditulis Alberthiene Endah, penulis biografi artis. Isinya menguraikan perjalanan hidup Ani dari masa kecil, saat mendampingi Yudhoyono, hingga kisah membesarkan dua putranya, Agus Harimurti dan Edhie Baskoro.

Peluncuran disiapkan matang, termasuk pemilihan waktunya. Penyusunan buku itu sebenarnya sudah beres pada November 2009. Awalnya, buku hendak diluncurkan pada awal 2010. Tapi rencana diundurkan karena pada saat itu perhatian publik tersedot oleh isu penyelamatan Bank Century.

Acara peluncuran dijadwalkan kembali pada 21 April, bertepatan dengan Hari Kartini. Kali ini kasus mafia hukum yang berpangkal dari penanganan perkara Gayus Halomoan Tambunan meledak. Jadwal pun dimundurkan. Akhirnya, perayaan hari pernikahan Ani dengan Yudhoyono pada 31 Juli dijadikan momentum buat peluncuran. Buku dicetak luks, dengan ukuran besar, dibubuhi tanda tangan Ani dibagikan kepada semua undangan.

Selang satu bulan setelah peluncuran buku biografi, buku kedua terbit. Bertepatan dengan acara Pesta Tenun 2010 di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, buku berjudul Tenun: Handwoven Textile of Indonesia karya Ani Yudhoyono diluncurkan.

Penerbitan dua buku dalam waktu hampir berdekatan, menurut sumber Tempo, merupakan upaya menyediakan panggung buat Ani Yudhoyono agar semakin dikenal publik. Khususnya, buku biografi yang sebagian besar isinya menjabarkan sosok Ani sebagai putri seorang jenderal tentara yang punya nama baik. ”Itu bagian untuk menonjolkan sosok Ani selain sebagai istri Presiden,” ujarnya.

Panggung lainnya didirikan melalui acara sosial.

Ani Yudhoyono tiba tepat pukul 11.00 WIB di Stadion Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, pekan pertama November lalu. Didampingi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, ia menemui pengungsi letusan Gunung Merapi di stadion olahraga itu.

Ani membawa dua unit mobil pintar sumbangan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu. Pada siang terik dengan udara berdebu, ia membaur dengan puluhan anak pengungsi. ”Nanti kalian bisa membaca buku-buku, melihat tayangan video dan Internet biar tidak bosan,” ujarnya, menjelaskan fasilitas mobil pintar itu.

Bak seorang pengajar taman kanak-kanak, Ani dengan riang membacakan cerita tentang Kweeky dan Chicky untuk para bocah yang duduk di lantai beralas tikar. ”Kweeky adalah seekor anak bebek dan Chicky anak ayam,” katanya.

Datang sendiri mengunjungi satu daerah sejatinya jarang dilakoni Ani Yudhoyono. Selama ini dia lebih banyak bersama Presiden ketika melakukan kunjungan dinas. Baru belakangan aktivitasnya sebagai pembina organisasi istri-istri menteri Kabinet Indonesia Bersatu membuat dia kerap melakukan lawatan sendiri.

Ani juga meresmikan sejumlah bantuan atas nama Solidaritas Istri Kabinet buat masyarakat pesisir di Desa Tanjung Pasir, Tangerang, Banten, pada awal Desember. Bantuan antara lain berupa mobil sehat, 5.000 bibit tanaman produktif, juga sejumlah tas sekolah untuk pelajar di desa itu.

Pada acara yang sama, beberapa instansi pemerintah juga memberikan bantuan. Kementerian Lingkungan Hidup menyalurkan alat pemilah sampah. Kementerian Pekerjaan Umum memberikan dana pembangunan jalan, instalasi air, dan sanitasi Rp 2,3 miliar. Lalu Kementerian Kehutanan memberikan bibit berbagai jenis tanaman. Adapun Kementerian Kelautan dan Perikanan memberikan ribuan benih ikan bandeng dan nila. Bank Rakyat Indonesia tak mau ketinggalan, mengalirkan Kredit Usaha Rakyat hingga Rp 49,9 miliar.

Sebatang pohon ketapang ditanam Ani pada acara puncak Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara 2010. Sebagai Ketua Gerakan Nasional Tanam Pohon, gambar Ani dipajang di situ, juga di banyak tempat di sejumlah kota besar Indonesia.

l l l

YAHYA Ombara, anggota tim sukses Yudhoyono pada pemilihan presiden 2004, mengatakan Ani satu-satunya tokoh paling mumpuni di Partai Demokrat. Sebagai ibu negara, ia sudah mafhum cara presiden bekerja. ”Artinya, ia nanti sudah magang menjadi presiden selama sepuluh tahun,” katanya.

Lebih dari sekadar magang, Ani banyak berperan dalam urusan politik dan pemerintahan. Menurut seorang politikus, ia pun dilibatkan dalam penentuan calon wakil presiden dan penyusunan kabinet pada 2009. Tak mengherankan, lawan-lawan politik Yudhoyono menyebut Ani dengan julukan ”RI Satu Setengah”—posisi di antara Presiden (RI-1) dan Wakil Presiden (RI-2).

Ganjalan pertama bagi Ani adalah angka keterpilihan. Meski sering tampil di media massa mendampingi Presiden, popularitasnya masih rendah. Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, menurut hasil survei Indo Barometer, Ani hanya didukung 3,4 persen suara. Hasil itu jauh di bawah Megawati (21,8 persen), Prabowo Subianto (15,5 persen), dan Wiranto (8,7 persen).

Sumber Tempo mengatakan seorang pengurus Partai Golkar pernah meminta Lembaga Survei Indonesia melakukan sigi pada Agustus lalu. Ani yang dimasukkan sebagai salah satu pilihan calon presiden hanya mendapat dukung 1,3 persen suara, jauh di bawah Megawati, Prabowo, dan Wiranto. ”Masih sangat rendah tingkat keterpilihannya,” ujar sumber itu.

Burhanuddin Muhtadi, peneliti senior Lembaga Survei Indonesia, menolak membuka data hasil survei kandidat presiden. ”Kami terikat kontrak,” katanya. Dia mengaku lembaganya belum akan merilis survei tentang itu, ”Masih terlalu pagi.”

Klan Cikeas sebenarnya punya calon lain, yakni Pramono Edhie. Alumnus Akademi Militer 1980 itu dianggap mewakili sosok ayahnya, Sarwo Edhie Wibowo, Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat pada 1965. ”Namun saat ini pilihan utama tetap Ani,” kata sumber Tempo.

Seorang mantan menteri Yudhoyono mengatakan Ani pun didukung ibundanya, Nyonya Sunarti Sri Hadiyah. Perempuan yang dipanggil Ibu Ageng itu dalam sejumlah kesempatan menyatakan akan mengajukan putri ketiganya itu. Menurut sang mantan menteri, pesan Ibu Ageng antara lain disampaikan kepada sejumlah istri pensiunan jenderal. ”Ibu Ani dinilai lebih berpeluang menang,” katanya.

Yudhoyono berkali-kali membantah pencalonan istrinya. Dia mengatakan istrinya tidak punya niat menjadi calon presiden pada 2014. ”Kami justru ingin mendorong lahirnya pemimpin-pemimpin baru,” katanya pada satu kesempatan.

Di luar Ruhut, para politikus Partai Demokrat juga menahan diri. Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok mengatakan Yudhoyono tidak ingin mengusung istrinya pada bursa calon presiden. ”Yudhoyono tidak ingin membangun dinasti,” katanya. ”Dia itu demokrat sejati.”

Syariefuddin Hasan, anggota dewan pembina partai itu, mengatakan belum ada pembicaraan tentang pencalonan Ani. Tapi ia mengakui Ani memiliki kapasitas dan karisma untuk menjadi presiden. ”Sampai sekarang pasti Ibu Ani tidak akan maju,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah ini. ”Tapi siapa yang tahu di masa depan?”

Setri Yasra, Pramono (Jakarta), Ishomuddin (Sleman)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus