Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Panggung Yes di Dinding Rumah

21 September 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gerimis baru saja turun. Udara terasa sejuk dan jalan-jalan macet di hampir setiap sudut Ibu Kota. Menembus lalu-lintas yang lelet seperti siput, Minggu dua pekan lalu, Nengah Rikon, Yoga, Baney, Wahyu, dan beberapa orang lainnya bergerak menuju kawasan Bintaro di Jakarta Selatan. Yang disambangi adalah kediaman Pandu Ganesa, seorang penggila classic rock. Sore itu, di rumah Pandu, sebuah konser musik akbar tengah digelar.

Tapi tak ada panggung raksasa. Tak ada cahaya lampu puluhan ribu watt yang menyorot. Tak ada penyanyi latar, bahkan tak ada personel band. Deru suara keyboard Rick Wakeman, personel kelompok musik Yes yang ”manggung” sore itu, hanya muncul lewat kaset DVD yang disorotkan melalui proyektor ke dinding rumah Pandu yang disulap menjadi layar besar.

Tapi tak jadi soal, Rikon dan kawan-kawan tetap bersorak. Mereka juga melafalkan dengan fasih lagu-lagu yang dibawakan oleh si suara malaikat, Jon Anderson.

Sepanjang pemutaran DVD, sekelompok orang berusia 30 tahunan itu asyik bertukar cerita. Bagai kamus berjalan, mereka berkisah tentang perjalanan Yes dan tiap personelnya. Juga tur demi tur yang pernah dilakoni oleh kelompok musik ini.

Yes memang sengaja dihadirkan di rumah Pandu untuk mengobati rasa kecewa Rikon dan kawan-kawan lantaran kelompok musik itu membatalkan rencana konsernya di Jakarta.

Semua informasi tentang classic rock (claro)—juga panggung Yes di dinding rumah Pandu—dipertukarkan para penggila musik cadas tahun 1970-an itu melalui forum Masyarakat Classic Rock (M-Claro). Selain percakapan tatap muka, para anggotanya juga berkomunikasi melalui telepon, pesan singkat (SMS), dan surat elektronik (e-mail). Topiknya macam-macam. Tak hanya membahas biografi grup musik yang mereka sukai, tapi juga toko favorit untuk hunting kaset, termasuk perbandingan harga kaset, juga informasi tentang video musik lawas ataupun anyar.

Berdiri pada 4 November 1999, saat ini komunitas M-Claro memiliki 378 anggota. Meski sebagian besar anggota adalah kaum adam, M-Claro lahir lewat tangan seorang wanita bernama Ella Suud. Ketika itu, ”Belum ada komunitas untuk para penggila claro di Jakarta,” kata Ella, mantan Direktur Program Radio M-97 FM ini. Dibantu oleh seorang teman, Ella menghidupkan komunitas ini lewat milis Internet, [email protected]. Alasannya, ”Sebagian besar komunitas claro adalah mereka yang sangat melek Internet,” ucapnya. Anggota milis awalnya hanya para pendengar setia Radio M-97 FM, Jakarta—radio yang khusus memutar lagu lagu rock klasik. Sekarang anggota M-Claro meluas hingga ke Surabaya, Kalimantan, bahkan ke luar negeri seperti Jepang, Amsterdam, serta Singapura.

Sayangnya, karena komunikasi lebih sering lewat Internet, menurut Pandu Ganesa, salah seorang anggota M-Claro, komunitas ini kurang menjangkau pencinta claro yang sudah gaek. Anggota M-Claro didominasi oleh kaum muda berumur rata-rata 30 hingga 40 tahun. ”Padahal tak sedikit pencinta claro yang berusia lebih dari 50 tahun, tapi tak terbiasa dengan Internet,” ucap penggemar berat The Beatles ini.

Bukannya tak ingin meluaskan jaringan. Menurut Ella, usaha merangkul lebih banyak anggota sudah dilakukan. Meski tak rutin digelar saban bulan, acara kopi darat diikuti tidak hanya oleh peserta milis, tapi juga meluas hingga pencinta claro yang belum tercatat sebagai anggota. ”Biasanya mereka diajak oleh temannya yang sudah jadi anggota,” katanya.

Internet memang jadi andalan anggota M-Claro, suka atau tidak. Dalam milis, berbagai topik asyik diobrolkan tanpa sungkan. Seperti halnya milis lainnya, percakapan meluas. ”Kadang-kadang juga kami bertukar info seputar lowongan kerja,” kata Ella. Tapi classic rock tetap jadi menu utama. Informasi di dunia maya itulah yang membuat Nengah Rikon dan kawan-kawan jejingkrakan di rumah Pandu Ganesa sore itu.

Dewi Rina Cahyani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus