TERSEBUTLAH sebuah negara tanpa penduduk. Menguasai wilayah
kuranglebih satu setengah hektar, mengeluarkan mata uang,
prangko, dan paspor sendiri, mengadakan hubungan diplomatik
dengan 45 negara, dan sejak abad ke-11 eksistensinya tidak
pernah terganggu.
Negara kecil ini, yang dianggap sah menurut hukum internasional,
pada akhir abad ke-18 mengadakan perundingan untuk membentuk
persekutuan dengan Republik Amerika Serikat yang baru lahir.
Meski berbentuk mini ia memikul nama yang cukup panjang: The
Sovereign Military Hospitaller Order of the Knights of St. John
of Jerusalem. Silakan terjemahkan sendiri! Atau The Knights of
Malta's Italian Association, Wilayah Asosiasi Italia Para
Pangeran Malta. Jadi ini bukan Malta yang negara pulau itu, yang
masuk Persemakmuran Inggris dan berpenduduk sekitar 325 ribu.
Unsur agama merupakan salah satu syarat menjadi warga negara
kecil ini, yaitu agama Katolik Roma. Unsur penting lainnya,
seperti tertera dari nama di atas: darah biru murni, alias
ningrat.
Pada abad ke-18, negara ini masih besar pengaruhnya di dunia.
Kapal-kapal perangnya, yang berlambang palang Malta bermata
delapan, ketika itu merajai Laut Tengah dan melindungi wilayah
dari "gangguan orang-orang Islam dan perompak Barbar". Ordo
ksatria bangsawan ini dulu memang menguasai Pulau Malta - sampai
1798, ketika tentara Napoleon mengusir mereka dari sana.
Demikian ditulis James Hansen dalam Smithsonian. Kini sisa
kejayaannya memang hanya tertinggal di Roma, seluas satu
setengah hektar, disebut Palazzo Malta. Dan itulah wilayah 'Para
Pangeran Malta' yang dimaksud. Meski Palazzo Malta berada dalam
hubungan tertentu dengan Italia, seperti halnya Vatikan, ia
tidak masuk kekuasaan pemerintah negeri asal-usul gerombolan
Mafia itu.
Memasuki pintu nomor 68 di daerah pertokoan yang elok di Via
(Jalan) Condotti, orang bisa menghadap pangeran orde tersebut,
yang sekaligus bergelar grand master alias komandan tertinggi
jajaran militer ksatria. Untuk diterima menduduki jabatan senior
ksatria, lapisan teras yang memimpin ordo, para calon memang
harus dapat membuktikan kemurnian darah ningrat leluhurnya
paling sedikit menurut garis keturunan selama 200 tahun.
Sebagai pemeluk Katolik Roma sejati, para ksatria tunduk
sepenuhnya kepada paus. Di kalangan mereka dikenal tiga
kelompok: knight of justice (ksatria keadilan), knight of
obedience (ksatria kepatuhan), dan kelompok ketiga yang terdiri
dari para anggota 'awam' dan kehormatan. Yang paling banyak dari
golongan terakhir ini ialah knight of magistral grace (ksatria
kehormatan).
Para ksatria tingkat pertama dan kedua itulah yang harus
keturunan bangsawan ting-ting. Memang ada beberapa kekecualian.
Mereka yang keningratannya tak murni lagi - dan wanita - bisa
diterima di golongan ketiga "atas perkenan dan kemurahan hati
grandmaster." Kehormatan itu diberikan, biasanya karena amal
bakti yang menonjol dari orang bersangkutan dalam membantu misi
ordo di zaman modern ini: menyelenggarakan rumah sakit dan
tempat perawatan penderita kusta di banyak tempat di dunia. Dan
memang itulah sebenarnya urusan ordo.
Kini tercatat lebih dari 9.000 knights dan dames (ksatria
wanita) dari magistralgrace, tingkat ketiga. Kurang lebih 1.500
dari mereka tinggal di Amerika Serikat. Di antaranya tercatat:
bekas menteri keuangan William E. Simon Uskup New York Terence
Kardinal Cooke William A. Wilson, duta besar AS di Vatikan
bekas anggota Kongres, sekaligus bekas duta besar dan bekas
wartawan, Clare Booth Luce dan pengarang William F. Buckley Jr.
Adapun jabatan untuk para pimpinan terdiri atas grand commander
(komandan agung), grand chancellor (kanselir agung),
hospitaller(perawat, alias pemimpin tinggi urusan kesehatan),
dan receiver ofthecommon treasure (bendahara). Bersama anggota
lain dari Dewan Paripurna Negara ( Council Complete State),
mereka memilih grand master yang bertugas seumur hidup dan
menyandang gelar pangeran ( prince), kalau belum punya. Ia
dipanggil dengan 'the most eminent highness '
Grand master dan wakilnya disaring dari 43 'ksatria keadilan'
alias tingkat pertama. Mereka mengangkat sumpah secara agama
untuk tetap patuh, mempertahankan kesucian, dan tidak memperkaya
diri . Memang para ksatria ini, dengan segala kebanggaan mereka,
merupakan semacam golongan biara. Di zaman permulaan banyak dari
ksatria sendiri yang melakukan tugas-tugas perawatan itu. Kini
potensi mereka lebih dijuruskan ke usaha pengumpulan dana dan
administrasi, sementara perawatan diserahkan kepada tenaga
profesional. Di berbagai tempatdi dunia ordo ini juga punya
pusat penelitian kedokteran, khususnya dalam hal kusta, di
samping program bantuan jika terjadi bencana alam .
Kelompok ini sebenarnya fosil-fosil dari ordo Katolik yang di
masa sangat lampau berjuang membersihkan Yerusalem dari
"orang-orang kafir". Di Abad Pertengahan Eropa yang gelap itu,
berbagai pangeran yang suka bertengkar bisa dipersatukan paus
untuk melakukan Perang Salib ke Timur - mula-mula sebagai usaha
membuka kembali jalan ziarah ke tempat-tempat suci Kristen yang
ditutup Kekhalifahan Ottoman yang sewenang-wenang, dan kemudian
sebagai penaklukan serta, di segi lain, penyerapan ilmu dan
budaya dari dunia Islam yang waktu itu jauh lebih tinggi.
Yerusalem dan Palestina umumnya, serta daerah-daerah sekitar,
berganti-ganti tuan antara yang Islam dan yang Nasrani. Satu
waktu Baldwin mencengkeram Yerusalem, dan pembunuhan masal
terhadap muslimin dan Yahudi dicatat sejarah. Di Abad Tengah itu
pula lahir berbagai perkumpulan keagamaan para perwira Salib,
dengan tugas pokok berjuang melawan muslimin.
Dan Encyclopaedia Britannica menyebut Ordo Hospitaller, yang
akhirnya jadi Ordo Malta ini, sebagai contoh pertama.
Nama hospitailer lahir dari sebuah rumah sakit (hospital) yang
dibuka buat para penziarah di Yerusalem, dekat Gereja St. John
Pembaptis. Sesudah Tentara Salib merebut Yerusalem, 1099,
sesepuh rumah sakit itu, rahib bernama Gerard, mengembangkan
karyanya dan membuka penginapan di Provencal serta kota-kota
Italia dalam rute perjalanan ziarah. Para ksatria Salib yang
merasa berutang budi kemudian pada menyumbang.
Tak heran bila para Ksatria Hospitaller, di samping para Ksatria
Templar- yang dibubarkan 1312 menjadi ordo militer yang sangat
berkuasa di sebelah barat Sunai Yordan, seperti dicatat
Smithsoman ordo ini tegak selama hampir 200 tahun - sampai
mereka diusir pelan-pelan dari Palestina. Ketika kekuasaan
Kepangeranan Jihad Nasrani berakhir dengan jatuhnya kota
pelabuhan Acre di sebelah barat laut Palestina 1291, para
hospitaller mengundurkan diri ke Siprus. Dan di sekitar 1310
mereka berhasil menguasai Pulau Rhodes, di lepas pantai Turki.
Itu berlangsung sampai 1522, ketika Raja Sulaiman yang Agung
dari Ottoman menyerbu Rhodes dengan armada 700 kapal perang dan
200.000 tentara. Angkatan perang ordo itu, terdiri dari hanya
500 ksatria dan 6.000 serdadu, mencoba bertahan selama setengah
tahun. Toh sia-sia akhirnya mengundurkan diri pada 1 Januari
1523.
Jadinya, sampai 1530 ordo itu tidak punyawilayah. Hanya berkat
kemu rahan Kaisar Charles V mereka mendapat Pulau-pulau Malta
dan Gozo. Tapi ini sebenarnya tanah pinjaman kekaisaran. Sebagai
sewanya, tiap Hari Raya Santo, 1 November, ordo tersebut harus
mengirimkan seekor burung elang pemburu kepada Raja Muda Sisilia
untuk memenuhi kegemarannya "sebagai peringatan dan pengakuan
akan berkah yang diterima ordo. " Dari sinilah kemudian dikenal
tenunan maltese falcon, elang malta, yang populer di kalangan
para turis Barat itu. Syarat lain yang dikenakan Kaisar: mereka
harus tetap bersikap netral dalam kasus peperangan antara para
pangeran Kristen.
Sistem pertahanan yang di bangun ordo di wilayah baru mereka
segera mendapat ujian: serangan pertama Kekaisaran Ottoman dapat
mereka kalahkan pada 1551. Beberapa tahun kemudian tentara Raja
Sulaiman datang kembali, dengan kekuatan 373 kapal perang dan
40.000 serdadu. Kedatangan Sulaiman itu tak mengherankan. Sampai
abad ke-15 pulau itu diperintah oleh pihak Arab, bergantian
dengan pihak Norman.
Ketika serbuan di atas berlangsung, grandmaster ketika itu, de
la Valette, diceritakan cuma punya 500 ksatria dan 1.800
serdadu. Hanya saja dua kelompok pasukan bantuan memperkuat
Valetta untuk mengobrak-abrik serangan lawan. Jumlah tentara
yang bergabung mencapai 9.000 orang.
Lima bulan lamanya masa serangan itu berjalan. Dituturkan, hanya
sepertiga dari tentara Raja Ottoman yang berhasil kembali ke
Konstantinopel, Turki, sementara sisanya tewas di bawah tembok-
tembok benteng pertahanan Malta. Ketika perang berakhir, di
pihak Malta hanya tinggal 600 orang yang selamat tanpa cedera.
Berita kemenangan itu tersiar ke daratan Eropa, dan menaikkan
gengsi Knights Hospitaller of St. John - yang tetap saja
mengangkut Yerusalem pada nama mereka. Kekuatan laut Turki
kemudian dilumpuhkan dalam perang 1571, dan dibinasakan dalam
perang di Lepanto oleh armada gabungan dari Ordo, Paus, Spanyol,
Venesia, dan Genoa. Kekaisaran Turki sendiri memang masih tetap
hidup, sampai nanti ditumbangkan oleh Mustafa Kemal Ataturk di
tahun 1920-an.
Sifat ksatria Hospitaller segera menampakkan diri. Dimulailah
pekerjaan membangun ibu kota baru. Sebuah bangunan baru bisa
pula mereka dirikan - kemudian menjadi salah satu rumah sakit
paling terpandang di lingkungan Kristen yang merawat para
penderita dari dunia Barat.
Makanan pasien sangat dijaga. Menurut keterangan, mereka makan
di piring perak yang sesuai "untuk bersantap raja kami yang
gering". Kadang-kadang para ksatria sendiri yang memberi makan
mereka. Bangsal besar tempat menampung pasien, menurut laporan
ketika itu, dijaga "tetap bersih dan indah". Mereka yang sakit
jiwa diperlakukan secara manusiawi, berbedadari perlakuan orang
Eropa sebelum kontak kebudayaan dengan Timur lewat Perang Salib.
Balai pengobatan ini berkembang menjadi semacam teaching
hospital, rumah sakit tempat belajar mahasiswa kedokteran. Para
ksatria dan pasien yang meninggal, mayatnya dibedah dan
dipelajari padahal waktu itu cara ini masih dilarang Gereja.
Ibu kota Malta yang baru di namakan Valetta, menurut nama grand
master yang memimpin pertahanan tadi. Benteng-benteng bertembok
tinggi segera didirikan, dan jadi terkenal karena gaya-bangunan
barok-nya.
Pertengahan abad ke-17 Ksatria Malta mulai terjun ke kancah
politik dunia. Untuk sesaat bahkan sempat menjadi penguasa
teritorial di Amerika Utara. Tahun 1653, Raja Louis XIV
memberikan kedaulatannya atas empat pulau di Laut Karibia, yaitu
pulau-pulau St. Martin, St. Croix, St. Christopher, dan St.
Barthelemy. Tapi akhirnya pulau-pulau dijual kembali kepada
Perusahaan Hindia Barat Prancis, karena para ksatria tak sanggup
mengurusnya.
Ketika pecah revolusi di Amerika, beberapa ksatria ikut
bertempur. Tetapi ketika pecah revolusi Prancis tahun 1789 orde
itu mengalami kerugian. Republik Prancis yang baru berdiri, yang
melawan para bangsawan dan Gereja yang berdiri sebarisan,
menyita sejumlah milik ordo yang ada di Prancis, 1792. Ini
menyebabkan para ksatria mulai menengok sekeliling, mencari
sekutu baru dan tempat baru . Pada 1794, kuasa usaha kedutaan
besar ordo di Paris, Komandan de Cibon, mulai berunding dengan
James Monroe, utusan AS di Prancis yang kelak jadi presiden AS.
Tercapailah akhirnya perjanjian persekutuan Ksatria Malta dengan
Republik Amerika Serikat.
Dalam gaya diplomasi zaman itu Ordo Malta dengan tegas
menawarkan perlindungan - kepada kapal-kapal niaga Amerika yang
dalam ju mlah besar oerlayar di Laut Tengah, terhadap "serangan
perompak Aljir". Sebagai imbalan, AS diminta menyediakan
sebidang tanah dinegerinya kepada ordo dan menempatkannya di
bawah perlindungannya.
Monroe menjawab tawaran itu dengan mengatakan, para ksatria akan
diterima baik di Amerika Serikat, sebagaimana pendatang lain.
Tetapi tidak diperkenankan membuka suatu pemerintahan terpisah
dan berdaulat.
Tahun 1798 tentara Napoleon singgah di Malta dalam perjalanannya
menyerbu Mesir. Para ksatria Malta diusir. Kemudian Inggris
menguasai pulau itu, sampai pertengahan abad ke-20. Dengan
demikian Ordo Malta menjadi pemerintah dalam pengasingan, dan
pada tahun 1834 mendirikan tempatnya yang tetap di Roma seperti
sudah disebut. Struktur pemerintahannya yang khas itu
dipertahankan hingga kini.
Seperti pemerintahan lainnya, ordo ksatria ini juga punya sistem
hukum tersendiri . Mata uang yang mereka keluarkan terutama
untuk simpanan para kolektor dan tidak beredar. Prangko mereka,
yang diakui hanya oleh dinas pos beberapa negara, juga
diterbitkan terutama untuk para penggemar prangko. Hadiah dan
iuran para anggota Ordo Ksatria merupakan sumber utama pemasukan
negara.
Kewajiban seremonial merupakan unsur penting dalam kehidupan
ksatria senior yang menetap di Roma, para perwira, dan gubernur.
Acara kenegaraan yang penting: dua kali audiensi dengan Paus
setiap tahun, resepsi tahunan dengan korp diplomatik, dan
perayaan tahunan hari nasional pada Pesta St. John Pembaptis.
Pada kesempatan ini pakaian resmi harus dikenakan.
Puncak spiritual setiap tahun ialah ziarah ke Lourdes, tempat
keramat Katolik di Prancis. Sebagai tanda "kerendahan hati",
para ksatria sudi menanggalkan jubah upacara mereka yang
berwarna merah anggun itu, dan hanya mengenakan pakaian seragam
militer lapangan berwarna hitam waktu berbaris dalam upacara.
Berapa lama ordo ini mau bertahan ? Sampai akhir abad ke-20?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini