Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Para Pemburu Nomor 2

Sejumlah politikus adu gesit berpromosi menjadi calon wakil presiden. Membidik pemilih muda.

4 Maret 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Para Pemburu Nomor 2

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK seperti politikus lain yang malu-malu menyatakan ingin jadi penguasa, Muhaimin Iskandar sudah sejak tahun lalu memasang spanduk besar dengan foto wajahnya di seluruh wilayah Indonesia dengan pesan jelas: "calon wakil presiden". Siapa calon presidennya tak jelas karena hingga kini belum ada yang menyatakan diri menjadi orang nomor satu.

Tapi Muhaimin percaya diri menjadi calon nomor dua. "Pemasangan reklame itu ekspresi kerinduan teman-teman saya di daerah," ujar Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa ini pekan lalu.

Tak hanya di spanduk, Muhaimin juga acap terlihat di pelbagai keramaian anak muda. Ia, misalnya, berbaur di tengah ribuan Jakmania, pendukung klub sepak bola Persija, saat final Piala Presiden 2018 di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 17 Februari lalu. Mantan Menteri Tenaga Kerja itu juga mengalungkan syal oranye "Macan Kemayoran" di lehernya.

Beberapa hari kemudian, dia bergabung dengan komunitas Vespa di Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Muhaimin agaknya sadar ada 60 persen atau 100 juta pemilih berusia di bawah 35 tahun yang harus didekati jika ia ingin dikenal mereka. Akun Twitternya juga coba-coba memuda dengan nama @cakiminNOW dengan slogan "Cawapres Zaman Now", frasa yang populer di media sosial.

Masih di Lubuklinggau, Muhaimin menemui kelompok tani dan meresmikan peletakan batu pertama Gelanggang Olahraga Cak Imin. "Saya mencoba menjembatani mereka dengan kementerian teknis untuk mendapat modal," katanya Kamis pekan lalu.

Sebelum dekat dengan komunitas hobi dan muda-mudi, Muhaimin getol menggarap massa Islam. Dia mendirikan Nusantara Mengaji pada 2016 dan berkeliling ke sejumlah kampus menggunakan panggung ini.

Akhir tahun lalu, Muhaimin bersafari ke Pamulang, Palembang, Pekalongan, dan Cirebon. Baru-baru ini, dia hadir dalam acara Nusantara Mengaji yang diadakan di kampus Pelita Bangsa, Bekasi. Ia juga mengisi ceramah kebangsaan di Universitas Riau. Padat sekali jadwal mantan menteri ini.

Usahanya tak sia-sia. Popularitasnya lumayan berjejak. Sigi Populi Center menunjukkan elektabilitasnya 2,1 persen. Dalam survei Poltracking, elektabilitas Muhaimin mencapai 7,1 persen bila berpasangan dengan Jokowi.

Muhaimin baru menonjol ketika namanya disodorkan sebagai wakil presiden dari kelompok Islam, seperti tampak dari survei Alvara. Ia memperoleh 21,7 persen suara sebagai tokoh Islam yang layak menjadi wakil presiden. Ia mengungguli Anies Baswedan, yang mengantongi 14,9 persen, dan Jusuf Kalla, yang mendapat 7,8 persen.

Kenaikan angka yang lumayan itu muncul setelah Muhaimin naik kereta bersama Presiden Joko Widodo dari Bandar Udara Soekarno-Hatta ke kawasan Sudirman, Jakarta. Jokowi saat itu meresmikan kereta bandara dan Muhaimin menjadi satu-satunya ketua partai politik yang hadir di tengah para menteri dan pejabat perusahaan negara. "Presiden yang menelepon saya mengajak bergabung di acara peresmian," ujar Muhaimin.

Bukan hanya Muhaimin yang memasang baliho secara masif. Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy melakukan hal yang sama. Menurut Romy-panggilannya-pemasangan baliho itu atas permintaan Jokowi. Tujuannya sederhana saja: agar popularitas PPP, yang mendukungnya, naik sehingga bekal menjadi calon presiden sangat cukup.

Permintaan Jokowi itu diutarakan ketika keduanya bertemu pada Desember tahun lalu. Jokowi bertanya apa strategi Romy menaikkan suara pemilih. Romy menjawab, "PPP kan partai kader, lagi pula saya nanti dikira mau jadi wakil presiden." Jokowi keukeuh. Menurut dia, itu cara terbaik menaikkan elektabilitas partai.

Jokowi agaknya serius dengan pernyataannya itu. Tiap kali bertemu dalam pelbagai acara, Presiden selalu bertanya tentang hal yang sama soal reklame itu. Misalnya ketika mereka bertemu di Gedung Agung, Yogyakarta. "Mana reklamenya? Kok, belum terlihat? Pasang saja, jangan ragu. Pasti ada manfaatnya untuk PPP," kata Romy meniru ucapan Jokowi.

Setelah disetujui rapat partai-dan menyewa konsultan periklanan-baliho Romy terpampang di bandar udara dan kota-kota besar Indonesia. Di Jakarta, misalnya, baliho Romy bisa dilihat di jalan tol menuju Bandara Soekarno-Hatta dan Jalan Raya Pasar Minggu, dekat Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Ia tampil dengan baju koko dan peci serba putih sambil menyelempangkan sajadah hijau di pundak. Baliho itu terpampang di titik strategis di kota-kota besar di Pulau Jawa dan bandara.

Menurut Romy, pakar periklanan yang dia ajak berdiskusi menyarankan potret baliho diganti secara rutin tiap tiga bulan. Di akhir triwulan itu, efek pemasangan baru akan terasa. Berapa biayanya? "Buanyak," ujarnya.

Selain di baliho, Romy sering tampil di sebelah Jokowi dalam pelbagai acara, seperti saat peresmian lapangan tenis di kompleks Gelora Bung Karno pada 3 Februari lalu. Lepas dari Senayan, dia menumpang mobil RI-1 menuju Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Jokowi dan Romy sama-sama terbang ke Surabaya dan Situbondo menghadiri Haul Majemuk Masyayikh di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo.

Kehadiran Jokowi dalam acara itu, menurut Romy, atas saran dia. Di kawasan yang dikenal sebagai tapal kuda di Jawa Timur itu, Jokowi kalah saat pemilihan presiden 2014. Pesantren yang dikunjungi Jokowi dan Romy itu adalah jangkar massa Partai Ka’bah. Jokowi, menurut Romy, menanggapi sarannya sambil berseloroh, "Mas Romy, nanti coba rasakan efeknya ikut saya sehari dengan saya dibanding pasang baliho se-Indonesia," kata Jokowi, persis dengan cara dia mengajak Muhaimin naik kereta.

Seperti PKB, cita-cita Partai Keadilan Sejahtera mentok menjadi wakil presiden. Calonnya adalah Ahmad Heryawan. Gubernur Jawa Barat ini menduduki peringkat pertama dari survei atas 37 ribu kader dibanding delapan elite PKS lainnya. Ia mengungguli Presiden PKS Sohibul Iman, Hidayat Nur Wahid, juga Anis Matta. "Mau merenung dulu dan ingin happy ending menamatkan tugas gubernur," ujarnya.

Meski Aher-panggilan Ahmad Heryawan-mengaku belum tertarik menjadi calon presiden, PKS meminta sembilan kader yang dinilai layak bertarung pada Pemilu 2019 itu berkampanye. "Syaratnya tak boleh jeruk makan jeruk. Mereka harus bersosialisasi ke masyarakat, bukan ke internal partai," kata Wakil Sekretaris Jenderal PKS Mardani Ali Sera.

Setiap calon ditugasi bersosialisasi di daerah tertentu. Aher menggarap Jambi dan Sumatera Barat dengan mengisi kuliah umum di Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Nurdin Hamzah, Jambi. Pada hari yang sama, Aher mengukuhkan kepengurusan Forum Komunikasi Masyarakat Jambi etnis Sunda "Sunda Ngumbara". Ia juga memasang iklan di mana-mana menceritakan kisah suksesnya memimpin Jawa Barat.

Mardani mengatakan peluang Aher berpasangan dengan Jokowi kecil karena PKS sudah lama berkoalisi dengan Gerindra, yang dipimpin Prabowo Subianto. "Jika pasangan ini terwujud, pemimpin partai harus berusaha ekstra meyakinkan pilihan itu kepada kader kami," ujarnya. Kader PKS adalah penentang Jokowi paling militan.

Raymundus Rikang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus