Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
EMPAT bulan menjelang pendaftaran calon presiden, Prabowo Subianto belum menunjukkan tanda-tanda punya niat maju lagi untuk ketiga kali atau mendorong orang lain melawan Presiden Joko Widodo. Jika ditanyai soal itu, Ketua Umum Partai Gerindra tersebut menjawabnya dengan kelakar.
Menurut Prabowo, 66 tahun, pengumuman calon presiden bukan telenovela yang punya episode panjang. "Kalau diumumkan sekarang, nanti kalian tidak ke sini lagi," katanya di rumahnya di Jalan Kertanegara 4, Jakarta Selatan, pada Kamis pekan lalu.
Anak buahnya di Gerindra juga sudah tak sabar ingin mendengar segera deklarasi Prabowo. Menurut Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, semua kader partai ingin Prabowo bertarung kembali dalam pemilihan presiden. "Seratus persen," ujar Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ini pada Senin pekan lalu.
Dalam pertemuan-pertemuan dengan kadernya, kata Fadli, Prabowo tak pernah menyiratkan penolakan atas dorongan itu. Seorang petinggi Gerindra menduga, dari obrol-obrolan dengan sesama kader, mereka akan menyarankan Prabowo mendeklarasikan diri menjadi calon presiden bersamaan dengan dimulainya kampanye di media massa pemilihan kepala daerah serentak pada 10 Juni 2018. "Kami tunggu momen yang tepat," ucap Fadli.
Meski belum jelas akan bertarung lagi, Prabowo terlihat mulai menjalin lobi dengan partai-partai lain. Pada akhir Januari lalu, ia menyambangi rumah Ketua Majelis Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais di Jakarta. Menurut tokoh PAN yang ikut hadir dalam obrolan itu, pembicaraan keduanya sudah membicarakan siapa orang yang tepat menjadi calon pendamping Prabowo.
Dalam obrolan tersebut, kata politikus PAN itu, muncul nama mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia, Jenderal Gatot Nurmantyo. Seperti gayung bersambut, selepas dari rumah Amien, Prabowo menerima Gatot di rumah Kertanegara. Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani menemani sampai selepas salaman. Setelah itu, Prabowo dan Gatot berbicara berdua selama 40 menit.
Selepas pertemuan, Prabowo menceritakan obrolannya dengan Gatot kepada sejumlah kadernya. Menurut salah satunya, Gatot mengutarakan keinginannya menjadi calon presiden dalam pemilihan tahun depan. Prabowo mengaku hanya mendengarkan. Fadli Zon membenarkan adanya pertemuan Prabowo dengan Gatot di Kertanegara soal pemilihan presiden. Menurut dia, pertemuan itu merupakan inisiatif Gatot.
Di Gerindra, dukungan agar Gatot menjadi pendamping Prabowo datang dari politikus berlatar belakang militer. Mereka tergabung dalam sayap bernama Purnawirawan Pejuang Indonesia Raya, organisasi yang terbentuk tahun lalu. Para pensiunan tentara tersebut dipimpin bekas Deputi Operasi Badan SAR Nasional, Mayor Jenderal Purnawirawan Tatang Zaenudin.
Gatot belum memberi konfirmasi mengenai pertemuan dengan Prabowo. Dalam pertemuan itu, kata seorang politikus, Gatot berjanji akan menanggung biaya kampanye jika Prabowo bersedia menjadi penyokong atau calon yang ia dampingi.
Sejak pensiun tahun lalu, Gatot kian sering mendatangi pengajian dan pesantren. Bulan lalu, misalnya, ia terlihat menghadiri pengajian di Yogyakarta dan Bogor, Jawa Barat. "Saya berfokus menjalani kegiatan ini dulu," ujar Gatot, 57 tahun, kepada Indri Maulidar dari Tempo.
Adapun politikus sipil Gerindra ingin agar Gubernur Jakarta Anies Baswedan, 47 tahun, yang menjadi pendamping Prabowo. Dengan 58 persen suara di Jakarta, nama Anies menyodok nama-nama lain dalam bursa calon presiden dalam pelbagai survei politik. Keberhasilan Anies menjadi Gubernur Jakarta melambungkan namanya melebihi saat ia menjadi Menteri Pendidikan di kabinet Jokowi.
Di beberapa survei, nama Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo muncul sebagai kandidat alternatif penantang Jokowi dalam pemilihan presiden. Dalam sigi Saiful Mujani Research and Consulting pada Desember 2017, nama Gatot dan Anies disebut otomatis oleh para responden sebagai calon presiden, meski angka popularitasnya kalah jauh dibanding Jokowi dan Prabowo.
Fadli Zon membenarkan nama Anies muncul dalam pertemuan internal pengurus partai. Menurut dia, wacana tersebut belum dibicarakan secara resmi oleh partai. "Namanya juga spekulasi," kata Fadli. Prabowo juga belum menjawab secara tegas soal ide menjadikan Anies pendampingnya.
Anies tak banyak berkomentar soal usul beberapa politikus Gerindra menjadikannya calon presiden atau wakil presiden. "Fokus Jakarta dulu," ujarnya. Pernyataannya ini juga ia sampaikan kepada Prabowo ketika ditanyai soal keinginannya menjadi calon presiden tahun depan.
Sementara itu, Ahmad Muzani mengatakan, calon wakil presiden yang diusung partainya mesti mendapat persetujuan dari calon mitra koalisi. "Siapa pun dia," katanya.
Gerindra memang tak bisa mengusung calon presiden sendirian. Jumlah kursinya di DPR hanya 73, butuh tambahan 39 kursi lagi. Sejauh ini, Gerindra sudah menjalin koalisi di banyak pemilihan kepala daerah dengan Partai Keadilan Sejahtera, yang punya 40 kursi di DPR, melanjutkan koalisi mendukung Anies Baswedan di Jakarta.
PKS telah menjaring sembilan nama sebagai calon presiden atau wakil presiden. Mereka adalah Ahmad Heryawan, Anis Matta, Hidayat Nur Wahid, Irwan Prayitno, Mardani Ali Sera, Muzammil Yusuf, Salim Segaf Al Jufri, Sohibul Iman, dan Tifatul Sembiring. Presiden PKS Sohibul Iman mengatakan kemungkinan berkoalisi dengan Gerindra lebih besar ketimbang berkoalisi dengan partai pendukung Jokowi. "Tapi politik itu ada rasionalitasnya," ujar Sohibul.
Gerindra juga sedang mesra dengan PAN, yang punya 47 kursi. Selain dengan Amien Rais, kata Fadli Zon, Prabowo malah lebih sering bertemu dengan Ketua PAN Zulkifli Hasan. Ketua Majelis Permusyawaratan ini juga ingin menjadi wakil presiden, dan ia didukung Amien. "Kami yakin Pak Zulkifli cukup populer," ujar Amien di Yogyakarta.
Seorang politikus Gerindra mengatakan koalisi dengan PAN bukan opsi tertinggi karena, dalam pemilihan 2014, Prabowo sudah berkoalisi dengan partai ini sehingga calon wakilnya ketika itu adalah Hatta Rajasa, Ketua PAN sebelum Zulkifli. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra Andre Rosiade, ada tiga syarat calon pendamping Prabowo.
Pertama, calon pendampingnya populer karena popularitas Prabowo masih kalah dibanding Jokowi. Kedua, wakil partai dan diterima oleh partai koalisi yang lain. Adapun yang ketiga: nyambung dengan Prabowo. Dari tiga syarat itu, tak satu pun nama tadi yang memenuhi syarat. Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo populer, tapi tak punya partai. Ahmad Heryawan dan Zulkifli Hasan mewakili partai, tapi kurang populer.
Wayan Agus Purnomo, Akhelaus Wisnu (jakarta), M. Syaifullah (yogyakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo