Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Berpotensi Jadi Andalan

Peningkatan kualitas wisata mendorong wisatawan untuk merogoh pengeluaran lebih besar.

20 Desember 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wisatawan mengunjungi Pulau Rinca di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, 2018. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Sektor industri pariwisata dan ekonomi kreatif berpeluang menjadi tumpuan sumber pertumbuhan ekonomi pada 2020. Itu sebabnya pemerintah berupaya mengoptimalkan kinerja sektor tersebut. "Fokus pertama adalah membangun konektivitas sehingga seluruh wilayah bisa lebih mudah dijangkau," ujar Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Budi Ari Setiadi dalam "Tempo Economic Briefing 2020", di Hotel Westin, Jakarta, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pembangunan infrastruktur itu, kata Budi, membuat biaya investasi yang mesti dikucurkan untuk pengembangan sektor pariwisata menjadi lebih murah. Pengembangan sektor pariwisata ini tak hanya berhenti pada eksplorasi obyek wisata alam. "Wisata budaya dan karya kerajinan kreatif masyarakat juga masih harus ditingkatkan," kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan begitu, taraf perekonomian masyarakat ikut terakselerasi sehingga kontribusi perdesaan terhadap perekonomian nasional semakin besar. Saat ini, desa hanya berkontribusi sekitar 14 persen dari konsumsi nasional.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio sebelumnya menuturkan, untuk menggenjot kinerja sektor ini, lembaganya berupaya meningkatkan kualitas destinasi wisata dalam negeri. "Kami tidak hanya akan meningkatkan jumlah turis, tapi kualitas wisata mereka," kata Wishnu. Tujuannya, agar para wisatawan merogoh pengeluaran lebih besar.

Tak hanya mengejar perolehan devisa, Wishnu berharap pariwisata dan ekonomi kreatif dapat berkontribusi pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia serta kelestarian lingkungan.

Tahun lalu, kontribusi ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai Rp 1.100 triliun atau mencapai 7,6 persen dari PDB Indonesia secara total. Sektor ini meliputi industri kerajinan, fashion, aneka seni, dan kuliner.

Menurut Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, industri ini berpeluang meningkatkan pendapatan ekspor. "Potensinya sangat besar, termasuk dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah," kata Jerry. Itu sebabnya, ia siap memfasilitasi produk-produk kreatif masuk ke pasar ekspor.

Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani menambahkan, lembaganya memprediksi kontribusi ekonomi kreatif pada PDB tahun ini bisa menembus Rp 1.211 triliun. Kenaikan ini berpeluang meningkat pada tahun-tahun berikutnya.

Rosan berharap pemerintah serius menggarap potensi yang dimiliki sektor ekonomi kreatif ataupun pariwisata secara bersamaan. "Ini membutuhkan reformasi yang menyeluruh, baik dari sisi perizinan, pelayanan, juga promosi yang harus terus digencarkan," ucap Rosan.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengatakan, di tengah pertumbuhan ekonomi global yang melambat, pemerintah perlu mencari tumpuan pertumbuhan baru, juga untuk menekan persoalan defisit transaksi berjalan. "Kami menekankan pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai salah satu sektor utama yang harus menjadi prioritas, karena potensinya masih besar," ujar dia.

Dia berharap pemerintah daerah mampu mendorong penciptaan destinasi ataupun aktivitas wisata yang dapat menarik wisatawan tinggal di wilayah tersebut. "Hasil riset kami menunjukkan turis hanya tinggal rata-rata 1,7 hari di Indonesia, sedangkan di negara lain seperti Turki saja bisa mencapai 7 hari."

Porsi pembiayaan untuk industri pariwisata dan ekonomi kreatif juga diharapkan dapat lebih besar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perusahaan pembiayaan melipatgandakan kucuran dana di sektor tersebut. Apalagi pasar kredit pariwisata dan ekonomi kreatif masih belum banyak digarap oleh industri perbankan.

"Kami berharap multi-finance bisa menyalurkan pembiayaan ke sektor pariwisata sebesar Rp 6 triliun pada 2020," ucap Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank 2B OJK, Bambang W. Budiawan. FRISKI RIANA | GHOIDA RAHMAH


Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Berpotensi Jadi Andalan

 
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus