Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sederet kios di Pasar Glodok tak beroperasi. Di depan setiap rolling door yang tertutup rapat itu tertulis bahwa kios-kios itu disewakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasar yang berlokasi di kawasan pecinan itu terllihat sepi saat didatangi Tempo pada Kamis, 9 November 2023. Di sana, hanya tersisa beberapa toko yang masih berdiri tanpa jumlah pembeli yang signifikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pasar yang terdiri dari lantai enam itu menampung berbagai pedagang yang menawarkan barang berupa produk elektronik seperti komputer, speaker, CCTV, PlayStation, handy talky dan telepon seluler. Selain itu, terdapat pula beragam kios yang menawarkan jasa reparasi barang elektronik.
Tak hanya barang elektronik, terpantau pula pedagang yang menawarkan produk pakaian, tas, dan aksesoris fashion. Para pedagang tipe ini mendominasi di lantai dasar.
Penelusuran Tempo berlanjut ke area parkir. Tak banyak kendaraan pengunjung, baik sepeda motor maupun mobil yang terparkir. Termasuk area lantai 6 yang terpantau tak begitu banyak kendaraan yang parkir.
Sementara itu, deretan pengemudi ojek online banyak yang berkumpul di depan Pasar Glodok. Mereka ngetem di sana sambil menunggu order dari customer.
Menurut pengakuan sejumlah pedagang, sepinya Pasar Glodok disebabkan oleh dominasi online shop yang menguasai pasar. Mereka menilai bahwa minat pembeli yang beralih dari pasar konvensional ke lokapasar menjadi pemicu Pasar Glodok sepi pengunjung.
Acong, salah seorang penyewa kios, menyebut bahwa penyebab berkurangnya pengunjung di Pasar Glodok adalah dominasi online shop.
"Noh, liat aje. Gegara yang online, orang yang beli cuma tinggal duduk manis, nyantai, dapat barang murah," kata Acong.
Acong juga menerangkan bahwa persaingan harga yang tak adil itu disebabkan oleh distributor utama yang langsung menyalurkan barang ke pembeli. Hal itu, jelas Acong, menyebabkan barang yang diperoleh konsumen di online shop lebih murah dan menyebabkan penjual di Pasar Glodok ditinggal pembeli.
"Kami yang di sini mati aja udah," tegasnya.
Lebih lanjut, Acong turut menjelaskan bahwa satu-satunya alasan tetap bertahan menyewa kios di Pasar Glodok adalah menafkahi keluarga. Dia juga membandingkan pendapatannya kini merosot drastis.
"Saya bertahan di sini buat cari makan buat anak bini. Dulu cukup segala-gala. Sekarang keringet udah sampai ke pantat tetap susah cari uang," ujarnya.
Pilihan Editor: Sunyi Senyap di Pasar Glodok, Pedagang Acong: Kami mati aja udah