Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pasar inpres itu dijual

Pasar inpres gondanglegi telah diresmikan, belum di tempati. ketentuan pembayaran uang tebusan dirasa terlalu berat oleh para pedagang. sebuah delegasi menghadap bupati malang, minta keringanan. (kt)

13 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTENGHAN bulan April lalu. pasar Inpres Gondanglegi di kota Malang selesai dan diresmikan Gubernur Jawa Timur. Tapi sampai sekarang masih kosong, belum seorang pedagang pun yang berjualan. Menurut para pedagang hal itu terjadi karena ternyata pasar Inpres berbiaya hampir Rp 70 juta itu dijual dan tidak disewakan sebagaimana mestinya pasar-pasar Inpres. Dan harga penjualan itu dikeluhkan para pedagang sebagai terlalu mahal. Pasar Gondanglegi dibangun di atas tanah seluas 6.192 MÿFD. Terdiri dari 6 buah los panjang maslng-masing berukuran 12 x 4 M dengan 99 buah petak toko. Pasar ini dimaksudkan sebagai pengganti pasar lama yang musnah terbakar dua tahun lalu. Kepada Pembantu T~EMPO di Malang, para pedagang menuturkan bahwa pihak Pemda Kabupaten Malang sudah menentukan harga tebusan. Yaitu untuk los dalam pasar Rp 5.000 per MÿFD, untuk toko yang menghadap ke luar dengan ukuran 20 MÿFD Rp 400.000, toko yang menghadap ke dalam pasar Rp 200.000. Sedangkan untuk toko yang menghadap ke timur (terpisah dari bangunan induk) Rp 700.000 per petak. ~ Bersamaan dengan ketentuan itu diumumkan pula bahwa setiap pedagang yang ingin mendapat kios/toko diharuskan menyetorkan uang muka 25% dari harga tebusan, ditambah 10%, untuk administrasi dan RP 500 sebagai tambahan untuk Camat Gondanglegi. Sisanya dapat diangsur dalam jangka waktu 18 bulan. Menurut Djalmo, Kepala Pasar Inpres Gondanglegi, sampai pertengahan Juli lalu, sudah ada sekitar 50%, dari 16 orang pedagang anggota PPPG (Persatuan Pedagang Pasar Gondanglegi) yang menyetor uang. Minta Ganti Tapi yang dibayar itu bukannya uang muka seperti ditentukan. melainkan dalam bentuk uang titipan kepada kepala pasar sebagai ikatan. Besarnya berbeda-beda. Ada yang Rp 3.000 ada RP 4.000 bahkan ada yang RP 2.000. Sebabnya sudah tentu karena para pedagang tidak mampu untuk memenuhi ketentuan angsuran seperti ditetapkan. Sementara dari pihak pengelola pasar merasa lebih baik menerima uang titipan itu daripada tak terdapat satu nama pedagang pun sebagai calon penjual di pasar yang cukup bagus itu. Malahan bagi pihak pedagang sendiri kesulitan bukan hanya dalam mencari uang setoran, juga untuk melengkapi alat-alat berdagang (seperti lemari, pagar batas dengan pedagang kiri kanannnya) terasa berat. Mereka adalah pedagang-pedagang pribumi lemah. Sebuah delegasi yang terdiri dari pengurus PPPG mewakili para pedagang akhirnya baru-baru ini dikirim menghadap Bupati Malang. Mereka minta agar harga tebusan diturunkan dan diberi keringanan bagi para pedagang lama. Belum terdengar hasilnya, karena kabarnya pihak Pemda Kabupaten Malang masih berfikir-fikir. Tapi hasil nyata segera tampak, yaitu mungkin karena takut -- Camat Gondanglegi buru-buru mengembalikan uang pungutan sebesar Rp 500 yang sudah sempat diterimanya dan beberapa orang pedagang. Di samping itu, delegasi tadi sempat juga memperoleh jawaban, mengapa pasar Inpres itu dijual dan tidak disewakan sebagaimana seharusnya. Menurut seorang pejabat kantor bupati, seperti dituturkan seorang pedagang, hal itu dimaksudkan untuk menutupi beberapa pengeluaran Pemda Malang. Disebut misalnya, pasar itu seharusnya tidak memakai pintu, kaca, pagar dan beratap bambu. Tapi dalam kenyataannya pasar Inpres Gondanglegi memiliki pintu untuk setiap toko, berkaca, berpagar dan beratap asbes. Nah karena biaya tambahan inilah maka Pemda Kabupaten Malang merasa perlu minta ganti dari para pedagang dengan jalan menjualnya. Begitu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus