Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Festival Seni Pekan Kebudayaan Nasional. Apa yang Baru?

Pekan Kebudayaan Nasional digelar di 40 titik. Di Padang, sebuah bekas pabrik disulap menjadi lokasi festival.

29 Oktober 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dihelat.

  • Meramaikan Kongres Kebudayaan Indonesia.

  • Melibatkan ribuan komunitas dan seniman.

PENONTON perempuan berbaju merah muda itu berdialog dengan seseorang dalam layar yang diletakkan di halaman depan Galeri Nasional Indonesia di Jakarta. Sosok dalam layar tersebut mengenalkan diri sebagai Ai. Ia tahu segala hal tentang perempuan muda yang mengaku bernama Salira Ayatusyifa tersebut. “Aku punya data tentangmu,” ujar Ai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suara laki-laki itu kemudian memerintahkan Aya—panggilan Salira Ayatusyifa—dan semua penonton memindai sebuah kode bar (barcode). Kode bar itu mengarah pada tautan video milik Pusat Studi Urban-Lab Seni dan Tekno Institut Kesenian Jakarta. Di dalamnya tampak gerak-gerak beberapa manusia dalam sketsa hitam-putih yang lalu berubah menjadi sosok laki-laki. Penonton pun seperti dituntun memasuki Gedung A Galeri Nasional yang dipenuhi beragam karya instalasi. Di sana, Aya “bertemu” dengan Ai, yang juga berkostum merah muda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ai—diperankan seniman kawakan Tony Broer—kemudian berguling-guling, jumpalitan. Sesekali ia memungut beberapa biji jagung dari bakul instalasi dan menatanya. Sedangkan Aya bergumul dengan kursi di salah satu ruangan. Mengakhiri gerakannya dengan menaiki tangga besi, Ai berdiri menggunakan tangan dan melompat. Itulah pertunjukan berjudul Nge-Glitch? Pertunjukan Membaca Pakem “Teknologi Diri”. Pertunjukan itu hanya satu dari ratusan acara Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yang bertema “Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan”.

Pada saat pembukaan acara dua pekan lalu, Galeri Nasional riuh dengan pertunjukan tari dan musik tradisional. Ratusan karya seni instalasi di “ruang tamu” terhampar menyambut para tamu. Acara potong tumpeng dan joget bersama memeriahkan perhelatan yang dibuka Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Hilmar Farid tersebut.

“Pekan Kebudayaan Nasional adalah implementasi salah satu strategi pemajuan kebudayaan,” ujarnya malam itu. Ratusan acara yang digelar melibatkan ribuan seniman dan pelaku industri seni. Karya mereka dipamerkan di 40 titik “ruang tamu” yang tersebar di Jakarta; Tangerang, Banten; dan Bogor, Jawa Barat. Di antaranya di Galeri Nasional Indonesia, M Bloc Space, Produksi Film Negara (PFN), Museum Kebangkitan Nasional, dan kompleks Kementerian Pendidikan. Acara ini digelar selama 22-29 Oktober 2023, berbarengan dengan Kongres Kebudayaan Indonesia.

Ade Darmawan, yang tahun lalu menjadi kurator pameran Documenta 15 di Kassel, Jerma, didapuk menjadi Ketua Dewan Kurator Pekan Kebudayaan Nasional. Ia bersama Dewan Kurator menawarkan konsep lumbung yang juga diusung di Kassel. Lumbung, kata dia, adalah bentuk budaya dan keseharian masyarakat Indonesia sebagai ruang penyimpanan, domestik, dan urun rembuk serta elemen sosial lain. “Sebuah wadah kolektif, tempat semua sumber daya yang dimiliki berbagai pihak disimpan dan dikelola. Jadi pendorong untuk kerja kolaborasi,” tuturnya.

Di PFN, digelar “Konser Ceramah Memoar Trisutji Kamal” dan “Resital Bunyi Puan Nusantara” yang menghadirkan delapan musikus dan komponis perempuan dari Sumatera Utara dan Papua. Kehadiran mereka memperkaya khazanah karya cipta musik Indonesia. Mereka membawakan musik dengan ide tradisi, urban, dan eksperimental. “Resital Bunyi Puan Nusantara” adalah kreasi komunitas Perempuan Komponis: Forum & Lab. Mereka menolak peminggiran nama perempuan dalam lini masa perkembangan musik kontemporer Indonesia.

Ada banyak agenda di gedung tua ini. Acara-acara musik yang lebih ngepop, bergaya urban, dan kontemporer disajikan. Di Museum Kebangkitan Nasional, kegiatan literasi melalui pameran dan dongeng antara lain ditampilkan oleh Agus PMTOH dan komunitas Gudskul. Keduanya juga berpartisipasi dalam perhelatan Documenta 15 di Jerman.

Pengujung pameran gastronomi di Gerakan Kalcer Festival Pusako Kota Padang. Tempo/Fachri Hamzah

Yang lebih bergaya urban adalah “Gerakan Kalcer Kata Kota Kita” di M Bloc Space, Jakarta Selatan, berupa pameran karya aplikasi digital yang merekam pendapat warga Ibu Kota tentang kota mereka. Pendapat mereka diunggah dengan menuliskan akun media sosial dan komentar tentang Jakarta. Beberapa detik kemudian, komentar itu muncul pada papan elektronik berbaris sesuai dengan urutan dan tampak pada papan elektronik lain dalam bentuk titik berdasarkan lokasi tempat tinggal pemberi komentar. Acara ini sangat cair dengan kreasi tari hip-hop anak-anak dan remaja serta pentas musik dengan gaya yang amat  urban. “Karena saat ini hampir 50 persen penduduk sudah di perkotaan,” ucap Hilmar Farid, yang membuka acara di ujung petang yang masih gerah tersebut, pekan lalu.

Tak ketinggalan, pameran produk kreasi seni hingga desain karya desainer dan seniman Arahmaiani yang mengelaborasi batik Lasem dengan konsep ramah lingkungan dan menarik untuk anak-anak muda. “Karena saya juga bergerak di isu lingkungan, begitu diajak kolaborasi langsung nyambung,” ujar Arahmaiani. Dia membuat desain gambar bunga matahari yang terinspirasi lambang Mandala untuk kain tenun gedog dari Tuban, Jawa Timur, yang kemudian dibuat baju siap pakai oleh desainer Hayuning Sumbadra.

Akan halnya para seniman dan pelaku budaya dari Sumatera Barat, mereka terlibat dalam rangkaian acara Pekan Kebudayaan Nasional yang bertajuk "Gerakan Kalcer Festival Pusako Sumatera Barat" pada 11-15 Oktober lalu. Penampilan musik tradisional dengan tiupan seruling dan pukulan gendang Langkok Grup disambung unjuk kebolehan bermusik Rayen dan Omaka yang memadukan aneka bunyi tradisi dengan musik kontemporer.

Acara yang digelar di gedung bekas pabrik seng di Fabriek Bloc, Padang, itu didatangi ratusan orang. Sanggar Seni Sipaumat Mentawai dengan nyanyian khasnya mengiringi entakan kaki empat seniman yang berikat kepala dengan tubuh berhias tato Mentawai. Mereka mengelilingi lokasi pertunjukan diiringi tabuhan gendang. Ada pula penampilan lincah penari Randai Ranah Tigo Raso, Sanggar Bina Satria Sawahlunto, Sipaningkah X AGDG & Rama Anggara, Lab Art Project, Mahoni, Kata Gerak dan Langkok Grup, serta grup Barongsai HTT.

Penampilan Lab Art Projeck di Gerakan Kalcer Festival Pusako di Fabrick Block, Padang, 12 Oktober 2023. Tempo/Fachri Hamzah

Kenikmatan warisan sajian kuliner Ranah Minang juga tersaji secara visual melalui pameran foto. Ada Banigho yang memotret nyanyian petani nira di Kota Payakumbuh dan Semangkuk Pembauran Santapan yang menyuguhkan potret boga India-Padang serta Sepinggan Kalcer Hokkien. Tentu saja kenikmatan rasanya turut disajikan dan dicicipi melalui kelas-kelas memasak yang mengolah beragam masakan tradisional dengan tampilan sajian kekinian yang menggugah selera.

Di antaranya Rendang Slice Beef, rendang daging yang diiris tipis dengan durasi masak singkat yang muncul dalam semangkok nasi rendang atau rice bowl kata anak-anak muda; Sirundeng Bingkuang berbahan bingkuang—ikon Kota Padang—yang dimodifikasi pengolahannya; serta Kopi Kawa, minuman kopi yang diracik seperti teh ala Thailand dengan proses karamelisasi dan beraroma lebih wangi.

Film karya sutradara Arif Purnama Putra, Tulak Ba Ula (Ritus, 2023), dan diskusi "Film Siasat Warisan Budaya" serta acara seni mengolah suara bersama Obe Jo Gogo juga menyemarakkan Festival Pusako ini. Direktur Artistik Festival Pusako Mahatma Muhammad mengatakan pergelaran ini adalah sebuah peristiwa kolektif, ruang bertemu para ahli waris pusako untuk merawat, mengembangkan, dan memperkaya nilai-nilai warisan budaya yang menjadi milik bersama.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Fachri Hamzah dari Padang berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Die edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Menjaga Lumbung, Merayakan Panen"

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus