Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pelaksanaan hukum urang awak

Etty gaffar memenangkan eksekusi & pelelangan tanah 18.000 m2 milik keluarga erni pain di sakai, batang anai, sum-bar. ketika petugas membacakan berita acara pelelangan, erni & adiknya melepaskan bajunya.

28 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DAN ini, kisah pelaksanaan hukum di salah satu desa di Sumatera Barat, yang diwarnai protes. Yakni masalah eksekusi tanah yang dilanjutkan dengan pelelangan. Yang dilelang, tanah seluas 18.000 m2 milik keluarga Erni Pain di Desa Sakai, Batang Andi, awal Desember lalu. Protes ini sama sekali tanpa kekerasan. Dan mungkin jika protes itu dilangsungkan di kota besar seperti Jakarta akan merupakan atraksi yang menarik. Erni, 30 tahun, dan adik-adiknya protes bugil begitu petugas membacakan berita acara pelelangan. Bugil sungguhan. Kasus eksekusi plus lelang itu berawal dari urusan utang-piutang. Enam belas tahun lalu keluarga Erni pernah meminjam 350 gram emas kepada Etty Gaffar. Karena lama emas tak dikembalikan dan sudah ditagih berkali-kali tapi sulit, Etty menuntutnya lewat pengadilan. Pengadilan Negeri Padang memenangkan Etty dan melelang sebidang tanah milik Erni itu. Keputusan inilah yang diprotes keluarga Erni. Karena protes baik-baik dan lewat saluran hukum tak mempan, ditempuhlah cara tadi: berbugil-bugil. Cara berbugil itu ada seninya juga, tak langsung melorotkan semua busana. Persis ketika berita acara pelelangan dibaca, Erni dan adik-adiknya melorotkan baju. Semakin banyak yang dibacakan petugas, semakin banyak busana yang dibuka. Setelah baju, ya, BH. Lalu gaun, lalu celana da.... Petugas tentu saja cengar-cengir. Apa boleh buat, ini tugas negara, dan acara seperti ini sebenarnya yang kedua kalinya -- yang pertama seminggu sebelumnya sempat batal karena petugas saat itu tak siap melihat wanita bugil. Petugas lelang kali ini betul-betul siap. Apalagi aparat keamanan juga berjaga-jaga. Selain itu, ada sekitar 100 pasang mata menyaksikan pertunjukan gratis ini. Bis jurusan Padang-Bukittinggi yang kebetulan melewati desa itu sengaja berhenti untuk menyaksikan striptease tanpa karcis ini. Jalanan pun macet. Dan acara lelang itu akhirnya selesai juga. Pemenangnya, kebetulan musuh Erni, siapa lagi kalau bukan Etty. Kok Erni berbuat nekat? "Hanya itulah senjata kami yang terakhir untuk menghalangi eksekusi," katanya kepada TEMPO. Adapun ide telanjang tersebut diakuinya bukan dari dirinya. Tapi dari Anto, adiknya yang lain. Anto sendiri tak ikut berbugil-bugil, barangkali merasa tidak akan mendapat perhatian karena ia lelaki. Tapi Anto memang gesit merancang acara itu dan mengkoordinasi saudari-saudarinya. Berhasil bugil, walau tetap kalah dan tanah dilepas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus