Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Pelukan Maut di Kafe Starbucks

Hanya ada satu bom bunuh diri dalam teror bom Thamrin. Tiga pelaku sempat berkumpul di kafe Starbucks sebelum menyerang.

25 Januari 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ALDI Tardiansyah terperanjat ketika seorang lelaki bertopi dari arah depan tiba-tiba memegang tangan kanannya dan berupaya merangkulnya di dalam kafe Starbucks, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis pagi dua pekan lalu. Petugas keamanan Starbucks itu semakin terkejut ketika melihat ada tombol dan lilitan bom di perut lelaki tadi. "Dia lalu memencet tombol di bom itu dan terdengar suara ledakan sangat keras," kata Aldi ketika ditemui Tempo di rumahnya di Cilebut Timur, Bogor, Kamis pekan lalu.

Sempat mundur selangkah untuk mengelak, Aldi tetap terpental dan badannya menghantam dinding kaca kedai kopi. Tangan kirinya terluka dan banyak serpihan kaca di badannya. Aldi melihat kondisi kedai kopi pekat dengan asap dan pengunjung berhamburan ke luar. Sempat mengevakuasi tiga pengunjung dari dalam kedai kopi, pria yang baru dua pekan bekerja itu akhirnya semaput dan dilarikan ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat.

Senin pekan lalu, ia diperbolehkan pulang. Kondisi tangan kirinya sudah membaik. Namun ia masih mengalami gangguan pendengaran karena gendang telinganya pecah akibat suara ledakan bom. Ingatannya juga belum begitu pulih. Aldi juga masih harus mendapatkan konseling pemulihan trauma. "Saya masih sering kaget kalau ada orang yang mau memegang dan merangkul saya," katanya.

Peristiwa di dalam kedai kopi Starbucks itu ledakan bom pertama di kawasan Jalan Thamrin tersebut. Dari rekaman closed-circuit television (CCTV) yang dilansir Markas Besar Kepolisian RI, Sabtu dua pekan lalu, ledakan itu terjadi pada pukul 10.39.29 WIB. Sebelas detik kemudian, bom meledak di pos polisi perempatan Jalan Thamrin.

Dari teror yang diwarnai baku tembak antara dua pelaku dan polisi, 8 orang tewas dan 27 luka-luka. Empat pelaku tewas. Satu pelaku bunuh diri di dalam Starbucks belakangan diketahui Ahmad bernama Muhazan. Satu pelaku lagi yang tewas karena ledakan bom tabung elpiji 3 kilogram, dengan pemicu jarak dekat, di pos polisi adalah Dian Juni Kurniadi. Dua pelaku lain yang ditembak polisi, dan sebelumnya terkena bom yang gagal dilempar, adalah Afif alias Sunakim dan Muhammad Ali. Sebagian besar korban terluka berasal dari ledakan kedai kopi Starbucks. Salah satunya Aldi.

Ledakan di dalam Starbucks awalnya luput dari perhatian. Selain selang waktunya yang singkat, ledakan di pos polisi jauh lebih besar dentumannya. Setelah bom meledak, di pos itu juga ditemukan tiga mayat tergeletak. Salah satunya Dian Juni. Dua korban lain adalah Rico Hermawan—yang tengah ditilang—dan Sugito, kurir perusahaan swasta yang tengah melintas. Ajun Komisaris Besar Untung Sangadji, perwira menengah Pusat Pendidikan Polisi Udara dan Air, yang berada di lokasi kejadian, mengaku baru tahu kedai kopi Starbucks meledak belakangan. "Saya lihat sudah bolong besar," ujarnya.

Seorang polisi yang sudah melihat CCTV Starbucks mengatakan, sekitar pukul 09.00, seperti tertera dalam tampilan CCTV itu, Ahmad Muhazan, dengan memakai topi dan membawa ransel, masuk ke kedai kopi tersebut. Kondisi saat itu masih sepi pengunjung. Karena gambarnya agak buram, perwira polisi ini tidak memastikan warna topi yang dipakai pelaku. Setelah masuk, pelaku memesan kopi dan pergi ke teras Starbucks serta menaruh tas ranselnya di samping meja. Polisi menduga bom yang semula dibawa di ransel Muhazan dipindahkan ke bagian pinggang. "Pada pukul 10.00, Ahmad masuk lagi ke Starbucks, berputar-putar dan keluar lagi," dia menjelaskan tampilan CCTV tersebut.

Sebelas menit kemudian, kata perwira polisi ini, CCTV menunjukkan dua pelaku lain, yakni Muhammad Ali dan Afif, tampak masuk mengikuti Muhazan. Lalu, 20 menit berselang, Muhazan tampak sendiri menuju ke dekat bartender. "Ahmad meledakkan diri," ujar perwira ini. Karena ledakan tersebut, CCTV di dalam kedai kopi itu rusak.

Kepala Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Kepolisian Daerah Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan mengakui pihaknya sudah mengantongi CCTV Starbucks. Tapi ia tidak mau membeberkan tayangannya. "Ini jadi bahan penyidikan kami," kata Herry, yang juga ikut terjun ke lapangan saat teror itu terjadi, kepada Sunudyantoro dari Tempo.

Dari CCTV Gedung Jaya, ledakan di Starbucks tampak dari warna letupan api dari dalam. Tak lama kemudian, asap putih mengepul. Tampak orang berhamburan ke luar. Dari CCTV Starbucks serta Gedung Jaya, menurut pengakuan Aldi, dan temuan mayat pelaku, polisi memastikan ledakan di dalam Starbucks itu bom bunuh diri. "Dikuatkan saksi (Aldi) yang sempat dipeluk pelaku," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal.

Dari rekaman CCTV itu, sebelum meledak, tampak beberapa orang melintas di depan pos polisi. Satu polisi lalu lintas, belakangan diketahui Ajun Inspektur Satu Deny Mahiyu, tampak turun dari sepeda motor untuk mengambil sesuatu. Tak lama setelah ia kembali ke pos itu, ledakan dari arah samping kanan terjadi.

Menurut seorang polisi, saat ditanyai kesaksiannya oleh tim kasus ini, Deny mengaku, sebelum bom meledak, ia tengah menilang pelanggar lalu lintas dari depan Kedutaan Besar Jepang yang kemudian dibawa ke pos polisi itu. Saat masuk ke pos, ia menemukan ransel hitam dan dua kotak minuman kemasan di meja. Padahal sebelumnya barang-barang itu tidak ada di sana. Saat mendengar bunyi ledakan dari arah kedai kopi Starbucks, Deny bergegas keluar. Namun, baru sampai dia di pintu, bom meledak. "Bom diduga dari tabung gas tiga kilogram dengan memakai sakelar dari jarak dekat," kata polisi ini.

Untung Sangadji mengaku mendengar ledakan dari pos polisi itu. Ia ketika itu tengah menjamu saudaranya yang hari itu tengah menghadiri persidangan di Mahkamah Konstitusi di Walnut Bakery & Cafe, di Gedung Sarinah, seberang Starbucks. Bersama Inspektur Polisi Dua Tamat, Untung langsung menuju pos polisi itu. Dia menemukan tiga mayat bergeletakan dan satu mayat, yang belakangan diketahui Dian, badannya mengeluarkan asap. Saat mengelilingi pos, ia mendengar beberapa kali teriakan dari dalam. "Setelah saya lihat, ada polisi lalu lintas tergeletak dengan paku 5 sentimeter di sekujur tubuhnya seperti landak," kata Untung. Polisi itu akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan mobil patroli.

Tak sampai lima menit, massa sudah berkerumun di dekat pos polisi. Belum hilang rasa keterkejutan Untung, dari arah Jalan Thamrin menuju patung kuda terdengar tembakan. Dia melihat salah satu pelaku, Afif, tengah menembak acak ke polisi dan kerumunan orang. Beberapa detik kemudian, seorang pria berbaju hitam langsung terjungkal di jalan dengan luka di kepala. Lelaki ini belakangan diketahui Rais Karna, office boy Bangkok Bank, yang sempat dilarikan ke rumah sakit tapi tidak tertolong.

Dari CCTV dan pengakuan Untung, dua pelaku, Afif dan Muhammad Ali, kemudian berlari ke arah halaman depan kedai kopi Starbucks. Selama lima menit, terjadi baku tembak antara dua pelaku dan polisi, serta dua kali lemparan granat ke arah polisi di Jalan Thamrin. Untung, yang datang mengendap-endap dari arah belakang sebelah kiri pelaku yang berlindung di balik mobil putih, mengaku sempat menembak kaki Ali. Setelah itu, dia menembak tangan kanan Afif yang tengah memegang bom dan kemudian terjadi ledakan. "Saya hajar karena melihat ada bom yang lebih besar dan khawatir di tangannya masih ada pemicu," ujarnya.

Anton Aprianto, Cheta Nilawaty, Yohanes Paskalis, Sidik Permana (Bogor)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus