Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah perempuan telah terpilih sebagai kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah tahun lalu. Mereka menarik perhatian karena memiliki penampilan yang enak dipandang. Tentu saja para pemimpin ini ingin membuktikan kinerja mereka tak kalah cantik. Berikut ini empat di antara sekian banyak perempuan pemimpin tersebut--satu di antaranya menggantikan wali kota sebelumnya yang meninggal.
Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal Wudu dan Lulur
COBA tanya apa rahasia kecantikan Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa'aduddin Djamal, kepala daerah perempuan pertama di Provinsi Aceh ini akan menjawab tidak ada kiat khusus. Semua yang ia lakukan adalah kebiasaan orang lazimnya. Illiza bahkan mengaku jarang ke salon. "Saya lupa kapan terakhir ke salon," ujarnya kepada Adi Warsidi dari Tempo, Rabu pekan lalu.
Illiza memimpin Kota Banda Aceh sejak 16 Juni 2015, menggantikan Wali Kota Mawardy Nurdin yang meninggal. Sebelumnya, Illiza dan Mawardy sukses meraih tampuk jabatan itu untuk periode kedua (2012-2017). Setelah beberapa saat menjadi pelaksana harian wali kota, Illiza akhirnya dilantik parlemen setempat menjadi orang nomor satu di kota itu. Tentu saja, di pos barunya itu, kegiatan perempuan 42 tahun ini kian padat. Itulah sebabnya Illiza tak punya waktu lagi untuk pergi ke salon. Sesekali, ketika badannya pegal, ia akan meminta diurut sekaligus dilulur. Selain itu, kata Illiza, berpikiran positif juga membantunya tampil cantik. "Air wudu lima kali sehari juga akan membuat kita bersih," ujar ibu tiga anak itu.
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani Dikira Masih 20 Tahun
Indah Putri Indriani hakulyakin keberhasilannya memenangi pemilihan Bupati Luwu Utara tahun lalu bukan karena kecantikan. Mantan dosen pascasarjana ilmu politik Universitas Indonesia ini terpilih karena punya visi dan misi membawa kemajuan bagi daerahnya.
Indah tidak punya kiat khusus menjaga kecantikannya. Bahkan, untuk berdandan, perempuan 39 tahun ini hanya butuh waktu lima menit. "Yang lebih lama justru memakai jilbab. Bisa sampai sepuluh menit," ujarnya kepada Haswadi dari Tempo.
Perempuan yang menguasai teori dan pemikiran Wilhelm Friedrich Hegel ini pernah dikira masih gadis oleh seorang peserta Rapat Kerja Nasional Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada Desember 2015 di Jakarta. "Dia mengira saya masih berusia 20 tahun," kata ibu dua anak ini, lalu tertawa. "Dia tidak tahu bahwa saya bupati terpilih."
Meski menjadi pejabat publik yang sibuk, Indah tetap melaksanakan perannya sebagai ibu. Ia masih rutin memakaikan baju sekolah kedua putrinya dan mengantar mereka. "Mereka tidak mau orang lain, harus saya," tutur istri Muhammad Fauzi ini.
Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid Berhijab untuk Publik
Asmin Laura Hafid tak mau memungkiri kemenangannya pada pemilihan Bupati Nunukan, Kalimantan Utara, akhir tahun lalu salah satunya disokong oleh kecantikannya. "Isu yang disuarakan masyarakat seperti itu," kata Laura. "Di kalangan pemuda, mungkin memang (memilih) karena itu," ujar perempuan 32 tahun ini.
Ketika berkampanye di berbagai daerah, Laura mengalami hal yang terkait dengan kecantikannya itu. "Udah, tidak usah pidato. Kita foto bareng saja," kata Laura, menirukan suara para pendukungnya. Tapi Laura memastikan bahwa ia memang punya kemampuan menjadi bupati. "Bukan hanya karena cantik."
Menyadari akan menjadi pejabat publik, Laura membulatkan niat untuk berhijab. "Lebih nyaman dan memang agama menganjurkannya," ujar ibu tiga anak ini. Lebih merasa cantik sesudah atau sebelum berhijab? "Sama saja," kata Laura, lalu tertawa.
Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana Cari Suami
Bupati Karawang terpilih, Cellica Nurrachadiana, punya pengalaman yang mengejutkan ketika berkampanye pada Desember 2015. Dalam sebuah acara kampanye di Kecamatan Telukrambe, Cellica tampil bernyanyi di hadapan para pendukungnya.
Salah seorang penggemar Cellica, antara lain, adalah pria tua berusia sekitar 60 tahun yang ikut bejoget-joget di atas panggung. Tak disangka, si laki-laki memberi Cellica setangkai bunga. Kemudian, "Dia mengajak saya menikah," kata perempuan 35 tahun itu kepada Hisyam Luthfiana dari Tempo.
Sebagai orang tua tunggal, Cellica mengaku tahu bakal ada risiko seperti itu. Termasuk ketika berada di kerumunan warga, tak jarang Cellica mendapat colekan. "Pipi saya sampai dicubit-cubit, lengan ditarik-tarik, dan juga dicium," ujar dokter lulusan Universitas Maranatha Bandung itu. Karena itu Cellica sadar butuh pasangan hidup dan kini sedang mencari calon suami. "Saya ingin dicintai," ujar ibu satu anak ini. "Bukan sebagai Bupati Karawang, tapi sebagai diri saya sendiri."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo