BURUH pabrik gula Kebun Agung, Malang, agaknya akan tercatat sebagai pembaca wirid paling panjang dalam sejarah. Tiga bulan sudah, sejak 1 Februari 84, 25 orang buruh yang mewakili 580 teman mereka duduk di atas tikar membaca doa-doa dan salawat Nabi Muhammad s.a.w. Sampai pekan lalu, belum ada tanda-tanda kegiatan itu akan dihentikan. Soalnya, pihak pabrik, yang dituntut untuk membayar bonus 1982 dan 1983 sebesar 4,5 kali gaji, tetap tak peduli. Padahal, kata Ahmad yang memimpin wiridan rekan-rekannya sangat membutuhkan bonus itu. Meski hanya 4,5 kali gaji, karena jumlah buruh cukup banyak, tuntutan jadi besar juga:Rp 90 juta sampai hampir Rp 300 juta. Wiridan mula-mula diselenggarakan dipelataran pabrik, setiap asar sampai menjelang magrib - termasuk hari libur. Entah karena apa, wakil-wakil buruh itu mengalihkan kegiatan ke kantor FBSI, tak jauh dari pabrik. Dan karena cara menuntut begitu tak termasuk demonstrasi atau mogok yang dilarang, FBSI pun tak keberatan. Belakangan, buruh yang beragama Kristen menunjukkan solidaritas. "Mereka turut berdoa dan menyanyikan lagu gerejani didekat pabrik," kata Ahmad. Tapi rupanya hati pimpinan pabrik tak mudah dilunakkan. "Biar saja mereka berdoa, 'kan yang dapat pahala situ sendiri," ujar seorang pengurus pabrik dengan nada ketus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini