PEMILIHAN lurah memang bukan pertandingan sepak bola yang bisa menelurkan juara kembar. Satu harus menang dan lainnya masuk kotak. Tapi ketika Sarmin,44, kalah dalam pemilihan Kepala Desa Pematang Syahkuda, 22 kilometer dari Pematangsiantar, Sumatera Utara, banyak penduduk tetap protes. Sarmin yang dikenal sebagai guru ngaji,dan sering memimpin wirldan, hanya mengumpulkan angka 897. Sebaliknya, Jafar Winata, 45, mendapat 1.183 suara. Penduduk memprotes karena 516 suara buat jafar berasal dari para germo dan WTS yang mukim di kompleks Bukitmaraja di desa itu. Selagi kampanye, Jafar yang semula menjadi ketua LKMD memang berjanji akan mempertahankan kompleks bursa cinta itu. Sebaliknya, Sarmin bertekad akan mengganyangnya. Penduduk yang memprotes mempersoalkan para WTS dan germonya, yan dinilai hanya sebagai penduduk temporer, berbeda dengan penduduk "asli". Tapi, kata Jafar,"WTS 'kan bukan PKI, mereka berhak memilih seperti pada Pemilu 1982 lalu. Kalau mereka disebut bukan penduduk, lalu apa namanya? Pihak Kabupaten pun menilai pemilihan sah. "Protes mestinya sebelum pemilihan berlangsung," kata sumber di Kabupaten. Namun, pejabat ini memaklumi: jangan-jangan, katanya, sebelum pemilihan tak ada yang mempersoalkan sah tidaknya suara WTS, sebab mungkin mereka terkesima melihat wajah WTS yang ikut memilih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini