Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Peneliti LIPI Sebut Efek Gigitan Ular Tergantung Hal Ini

Peneliti LIPI mengatakan efek gigitan ular berbisa tergantung jumlah bisa yang masuk, berat badan korban dan penanganan pertamanya.

26 Agustus 2019 | 17.57 WIB

Ular weling. wikipedia.org
Perbesar
Ular weling. wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Tewasnya Satpam perumahan Paramount Serpong, Tangerang, yang digigit ular berbisa Welang ramai dibicarakan. Menurut Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI efek gigitan ular berbisa tergantung beberapa hal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

"Ilmu toksin memang tidak sekuat ilmu neurotoksin atau yang menyerang sarap itu hampir semua bisa membunuh. Tapi saya garis bawahi bahwa itu tergantung satu jumlah venom (bisa) yang masuk, ukuran berat badan korban dan penanganan pertama," ujar Peneliti Herpetologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI Amir Hamidy, melalui telepon, Senin, 26 Agustus 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Neurotoksin merupakan salah satu jenis venom dari ular berbisa yang menyerang saraf. Jenis bisa tersebut terdapat di beberapa jenis ular, seperti Bungarus candidur (Weling) dan Bungarus fasciatus (Welang). Selain itu, juga terdapat pada Ophiophagus hannah (King Cobra), Calliophis bivirgatta (Ular Cabe Besar), dan Calliophis intestinalis (Ular Cabe Kecil).

Selain itu, Amir berkata, banyak atau tidaknya bisa yang masuk ke dalam korban gigitan ular tergatung dari ularnya. Jika ularnya berukuran besar tentu bisa yang dihasilkan akan lebih banyak, dan jika kecil maka bisa lebih sedikit.

"Dan ingat ular berbisa itu terkadang menggigit tapi tidak mengeluarkan bisa. Karena mekanisme keluar bisa itu mekanisme kontraksi otot antara pengitar taring dan kelenjar venomnya, kalau kontraksinya maksimal bisa keluar," kata Amir. "Dan biasanya jika gigitan kedua bisa akan lebih sedikit, karena sudah keluar di gigitan pertama."

Selain jenis neurotoksi, ada juga hemotoksin yang menyerang darah dan kardiotoksin yang menyerang jantung. Namun, yang paling umum itu adalah neurotoksin dan hemotoksin.

Amir menambahkan bahwa untuk penanganan korban gigitan ular, organisasi kesehatan dunia atau WHO sudah memiliki guide line terbaru.

"Yang sudah tidak membenarkan menghisap, menggores dan mengeluarkan darahnya. Yang direkomentasikan itu segera di bidai untuk meminimalisir penyebaran. Segera diberikan anti venom ketika masuk rumah sakit," tutur Amir.

Berita terkait bisa ular lainnya, bisa Anda simak di Tempo.co.

Yudono Yanuar

Yudono Yanuar

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus