INI kisah pengantin gaek. Juga di Cilacap. Kakek Padmoatmodjo, 65 tahun, kalang kabut. Begitu bangun pagi, istrinya tak ada. Di kamar, di dapur, tak ada. Warga Desa Rejamulya, Kecamatan Kedungreja, itu akhir bulan lalu juga sudah menguber sampai ke rumah anak-anaknya. Para tetangga pun mengubek semua sudut desa. Tapi nenek Sarikem, 60 tahun, seperti digondol setan. Beberapa jam kemudian, seorang penduduk melihat si nenek leha-leha bertengger. Di mana? Di pucuk pohon kelapa tak jauh dari rumah Pak Atmo. Kontan, ia jadi tontonan penduduk. Jangan-jangan si nenek diangkut hantu ke atas sana. Sarikem emoh disuruh turun, meski dibujuk rayu cucunya. Dari ketinggian sekitar lima meter itu, nenek bilang, "Saya mau turun asal Pak Atmo makan tokek yang berbunyi tujuh kali." Orang-orang pada gerr. Rupanya, memang tokek yang membawa Sarikem terbang. Suatu malam (begitu cerita Atmo, setelah istrinya mendarat), suami-istri itu mendengar tokek "nyanyi". Lalu mereka taruhan. Atmo menebak tokek "nyanyi" lima kali Sarikem menebak tujuh kali. Kalau tebakan tepat, salah seorang akan mati duluan sedang yang ditinggal boleh kawin lagi. Ternyata, si tokek berpihak pada Atmo. Dan Sarikem, yang kalah, meradang. Lalu? Paginya ia terbang.... "Demi nyawa istri, saya rela makan tokek," kata Atmo. Kakek segera menguber seekor tokek, lalu dicekek dan dibakar sampai hangus. Kemudian kulitnya dikelupas, lalu ditumbuk, dicampur kopi dan gula. Dan sambil memicingkan mata, sruput, gleg, gleg.... Sarikem, yang menyaksikan dari atas, mendadak ngeri, karena ia tak bisa turun sendiri. Orang-orang pun lalu membantunya dengan tali....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini