Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Isak tangis terdengar di ruang Cenderawasih Balai Sidang Jakarta. Sekitar 500 orang tak bisa menahan tangis ketika diingatkan keangkuhan mereka di depan Allah. Ary Ginanjar Agustian, 42 tahun, mengoyak batas kesombongan mereka dalam pelatihan emotional and spiritual quotient (ESQ).
Suasana makin mencekam manakala gemericik air tiba-tiba berubah menjadi suara musik yang berdentum keras. Jantung pun berdetak kencang. Pelatihan ESQ selalu melibatkan perangkat multimedia berikut tata suara berkekuatan 3.000 watt. Ary memanfaatkan dramatisasi cuplikan gambar, musik, dan narasi. Tiga unsur itu menjadi padu ketika syarat ruangan terpenuhi. Tinggi langit-langit minimal 3 meter, kedap suara, lantai dilapisi karpet, bisa gelap total jika lampu dimatikan.
Dengan syarat ruangan itu, pelatihan ESQ selalu terkesan wah. Acara diadakan di hotel atau gedung pertemuan. Uang pendaftarannya pun bisa mencapai Rp 3 juta untuk kelas eksekutif. Padahal tengoklah pada 2001. Ary masih menyewa tata suara dari sopirnya yang sekaligus bertindak sebagai teknisi merangkap bagian angkat barang. Dia juga membeli laptop bekas. Peminatnya juga masih bisa dihitung dengan jari.
Ary membuat pelatihan ESQ supaya materi dalam buku lebih mudah dicerna. Dia menerbitkan buku pada 2001: Emotional Spiritual Quotient: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. ”Banyak orang yang baca cuma satu bab sudah capek. Makanya dibuatlah training yang nyaman,” katanya.
Bukunya pun laris sehingga dicetak ulang sampai 16 kali. Ary mengulang sukses dengan buku kedua: Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power. Kini alumni program pelatihan ESQ sudah mencapai 200 ribu. Ary juga memiliki karyawan 400 orang dengan 100 pelatih.
Peserta pelatihan itu tak saja dari kalangan muslim. Ary membuka pelatihan ini dari berbagai agama: Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan lainnya. Usianya: anak-anak, remaja, hingga dewasa. Ary juga mengingatkan bahwa program ini merupakan pelatihan sumber daya manusia. ”Saya bukan ustad,” ucapnya. ”Kebetulan saja saya memakai Al-Quran sebagai sumber pelatihan.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo