KRISSANTO, 37, mendapat julukan cukup seram: Si Penjagal Daun Telinga. Ratusan orang, pria wanita, memang telah dijagalnya dengan pisau yang amat tajam. Namun, dokter tamatan Universitas Airlangga 1979 itu tak usah takut dicari polisi. Masyarakat Apo Kayan - daerah pedalaman Kalimantan Timur yang berbatasan dengJn Malaysia - malahan senang kepada Kris, yang sudah empat tahun bertugas di situ sebagai dokter puskesmas. Para warga Suku Dayak tempat Kris tinggal itu, baik pria maupun wanitanya, punya kebiasaan memanjangkan daun telinga. Caranya: memasang anting-anting besi atau perak berbentuk gelang. Setiap kali anting-anting itu ditambah, sehingga daun telinga makin terulur ke bawah. "Itu perlambang kecantikan atau kejantanan," tutur Anai Irang, kepala adat, kepada Rizal Effendi dari TEMPO, yang berkunjung ke sana belum lama ini. Tapi mode telinga panjang kini mulai tak digemari - apalagi oleh yang muda-muda. "Sudah tak musim," tutur Liting, cewek. Nah, Dokter Kris jadinya kebanjiran pasien. Mereka minta telinganya dipendekkan. "Saya tak pernah mimpi menjadi dokter tukang jagal kuping," Kris bilang. Sebagai blaya operasi, Kris mendapat bayaran berupa beras, ayam, telur, atau buah-buahan. Untuk sampai ke Apo Kayan, orang harus naik pesawat. Lewat sungai bisa juga, tapi dari Samarinda orang paling cepat tiga bulan baru sampai. Soalnya, medannya memang sulit dan liar. Tak heran bila Kris merasa seperti tahanan yang sedang dikucilkan, meski ia cukup bahagia bisa mengabdi. Apalagi mendapat makanan kuping, he-he.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini