Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEORANG pria muncul dari kain layar berkelir hitam. Ia mengerang kesakitan sambil memeluk tubuhnya dengan selembar kain tipis. “Aduh,” pria itu merintih, lalu tergeletak di lantai. Empat orang mengerumuninya dan melemparkan pertanyaan bertubi-tubi. “Kenapa? Sakit, ya? Sakit apa? Apanya yang sakit? Panas? Masuk angin?” mereka bertanya bergantian. Pria yang tampak kesakitan itu tak menjawab dan terus mengaduh pilu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Teater Teror Mental Putu Wijaya"