Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Putu Wijaya, keturunan aristokrat Bali, mengabdi kepada seni. Digembleng di Bengkel Teater W.S. Rendra.
Masuk dunia jurnalistik, tapi tetap menjadi diri sendiri untuk berkesenian. Memantapkan diri berteater selepas tenggat pekerjaan.
Menghabiskan waktu puluhan tahun di dunia jurnalistik dan kembali berfokus di teater.
PERDEBATAN beberapa orang terpelajar, seperti Arief Budiman, Goenawan Mohamad, dan Salim Said, dalam sebuah pertemuan di kantor majalah Horison pada 1970-an menyisakan kesan mendalam bagi Putu Wijaya. Saat itu ia diajak dramawan W.S. Rendra datang ke Jakarta untuk berpentas. Selama di Yogyakarta, ia bahkan tak pernah menemukan perdebatan semacam itu. Perdebatan dengan landasan ilmu yang kuat.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Friski Riana berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Putu di Antara Teater dan Tenggat"