Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berita Tempo Plus

Perjalanan Putu Wijaya Sebagai Wartawan dan Dramawan

Putu Wijaya tak hanya menghidupkan seni teater. Ia juga jurnalis yang efisien dan berdisiplin. Selepas tenggat ke teater.

24 Maret 2024 | 00.00 WIB

Putu Wijaya, saat menjadi wartawan Tempo, di Jakarta, 1977. Dok. Tempo/Ed Zoelverdi
Perbesar
Putu Wijaya, saat menjadi wartawan Tempo, di Jakarta, 1977. Dok. Tempo/Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Putu Wijaya, keturunan aristokrat Bali, mengabdi kepada seni. Digembleng di Bengkel Teater W.S. Rendra.

  • Masuk dunia jurnalistik, tapi tetap menjadi diri sendiri untuk berkesenian. Memantapkan diri berteater selepas tenggat pekerjaan.

  • Menghabiskan waktu puluhan tahun di dunia jurnalistik dan kembali berfokus di teater.

PERDEBATAN beberapa orang terpelajar, seperti Arief Budiman, Goenawan Mohamad, dan Salim Said, dalam sebuah pertemuan di kantor majalah Horison pada 1970-an menyisakan kesan mendalam bagi Putu Wijaya. Saat itu ia diajak dramawan W.S. Rendra datang ke Jakarta untuk berpentas. Selama di Yogyakarta, ia bahkan tak pernah menemukan perdebatan semacam itu. Perdebatan dengan landasan ilmu yang kuat.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Friski Riana berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Putu di Antara Teater dan Tenggat"

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus