Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Perang teluk: cnn bagaikan diplomat

Cnn kini menjadi media yang prestisius dan menjadi perhatian seluruh dunia. langganannya para dunia. banyak berita dunia penting yang diliput secara langsung oleh cnn disiarkan ke seluruh dunia.

9 Februari 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peter Arnett, reporter televisi CNN, adalah wartawan asing yang kini masih tinggal di Irak. Selasa pagi pekan lalu, bersama menteri penerangan Irak, ia bertemu dengan Saddam Husein di sebuah rumah biasa di luar kota Baghdad. CNN, kini mencakar perhatian seluruh dunia. Langganannya para kepala negara Robert McNeil dari perusahaan TV American Public mengatakan CNN telah memainkan peran sebagai diplomat elektronik. Inilah wajah CNN, yang kini menjadi penyalur utama tayangan drama hidup Perang Teluk itu. Racikan dari The Sunday Times Magazine, IHT dan CNN. The Inside Story -- Hank Whitetemore. "Kilat putih berhamburan di mana-mana. Peluru ditembakkan ke udara. Langit pun menjadi terang-benderang," ujar John Holliman. Inilah wajah Perang Teluk di mata seorang wartawan tele- visi CNN. Ditemani oleh Bernard Shaw dan Peter Arnett, Holliman menjadi saksi serbuan Sekutu ke jantung Irak. Ia menuturkan nyanyian perang yang dahsyat itu dari lantai 9 Hotel Al Rashid, Baghdad. Sementara itu, wartawan dari media massa Amerika lainnya memilih bersembunyi di lantai dasar hotel, jauh hari sebelumnya. Dini hari pukul 3.40 waktu Baghdad, pada 17 Januari. Holliman mengulurkan mikrofon ke luar jendela. Terdengar getaran bom dan ledakan rudal yang menyeramkan. Simfoni maut itu menggelinding ke -- paling sedikit -- 105 negeri di seluruh dunia kendati tanpa gambar. Ia telah mencakar hati warga dunia, yang penuh tanya sejak batas waktu 15 Januari lewat. Jauh di seberang benua, seorang pemirsa terkejut. Ia tahu persis perang sedianya baru dijadwalkan 20 menit kemudian. Dari "musik" CNN itulah ia --George Bush, Presiden AS -- sadar, waktu serbuan telah bergeser. Tiga puluh menit kemudian, muncul Marlin Fitzwater, juru bicara Gedung Putih. Secara resmi, Fitzwater mengumumkan perang telah dimulai. Tapi, itu bukan kejutan lagi. CNN sudah mendahuluinya. Be Live and Be There telah menjadi semboyan Robert E. Turner. Pemilik stasiun televisi CNN yang biasa dipanggil Ted Turner. Tatkala Irak mencaplok Kuwait sebagai provinsi ke-19, CNN kontan bertindak. Jaringan televisi yang khusus menayangkan berita itu mengerahkan 40 armada pemantau. Dengan lusinan peralatan siaran, wilayah Timur Tengah siaga tampil di layar kaca yang bermarkas di Atlanta, AS bagian selatan itu. Be there. Ed Turner, wakil presiden eksekutif untuk pengumpulan berita, memberikan tiga perempat dari 24 jam waktu siarannya untuk lakon krisis Teluk. Kalangan pemerintah, militer, dan ekonom di AS, Timur Tengah, dan negeri lainnya dinobatkan sebagai sumber berita. Tak kurang dari 1 juta dolar belanja per hari. Salah seorang karyawan CNN sampai khawatir, jangan-jangan CNN bangkrut lantaran Perang Teluk. CNN lihai membuat kenyang penonton. Di Amman, Yordania, seorang anggota "pasukan darat" CNN berhasil "menangkap" Jagan Sharma, warga Amerika keturunan Indian, satu di antara sandera dari Barat yang dibebaskan setelah Irak masuk ke Kuwait. "Kami mengejar Sharma dan menanyakan apakah ia bersedia diwawancarai untuk siaran langsung kami," ujar Will King, editor internasional kawakan. CNN menyediakan "imbalan" untuk Sharma: bicara dengan istrinya di Idaho, melalui telepon satelit yang disediakan CNN. Suami-istri Sharma tak kuasa menampik. Sebab, percakapan lewat kabel itu menjadi "pertemuan" pertama mereka, setelah perpisahan 28 hari. Setelah Sharma, hari berikutnya, tampil drama hidup yang lain. "Aktor"-nya: Saddam Hussein. Pemirsa diajak melihat pertemuan pemimpin Irak itu dengan Stuart Lockwood, bocah lima tahun dan sekelompok sandera Inggris. Ini pemunculan pertama Saddam sejak masuknya Irak ke Kuwait. Melalui jalur CNN juga Presiden Mesir Husni Mubarak membacakan pidatonya menanggapi krisis di Teluk untuk dis- ebarluaskan ke negara lain. Menyusul keterangan pers Raja Hussein dari Yordania pada hari yang sama. Sampai giliran pemimpin Arab Saudi, Raja Fahd, yang menjelaskan keputusan penting: meminta dukungan militer dari AS dan negara lain. Raja Fahd dan kebanyakan pejabat di kementerian luar negeri Eropa menjadikan CNN sebagai jendela dunia. Akibatnya, para pembantu orang-orang penting ini mendapat tambahan kerja. Diharuskan memantau jalur CNN 24 jam sehari. Pernah suatu kali, Presiden Turki, Turgut Ozal, dihubungi reporter CNN. Ketika ditanya apa yang dilakukannya, Ozal menjawab, "Sedang mengikuti berita-berita Anda." Waktu itu CNN sedang memutar siaran langsung di Gedung Putih, pertemuan Bush dengan sejumlah wartawan. Terdengar Bush mengatakan pada wartawan, "Saya mau menelepon Presiden Turki dahulu." Tak lama telepon di ruang kerja Ozal berdering. Ozal mengangkatnya. Terdengar suara Bush di seberang sana. CNN telah menjadi media yang prestisius. Langganannya para kepala negara. Sampai-sampai koran The Wall Street Journal mengatakan, "Sekarang, kalau pemimpin-pemimpin dunia mau bicara satu dengan yang lain, mereka menghubungi CNN." "Drama hidup akan mampu memaku penonton," kata Ted Turner, pendiri CNN dan pemimpin perusahaan Turner Broadcasting System. Keunggulan CNN dalam meliput Perang Teluk membuktikan, sekali lagi, kecemerlangan gagasannya. Sebelum menjadi primadona dengan kisah-kisah krisis Teluk, CNN telah dengan gemilang menyajikan peristiwa penyelamatan Jessica McClure, gadis kecil yang terjebak dalam sumur di Texas, pada 1987. Di kantor Ed Turner, di atas ruang pemberitaan utama markas CNN, teronggok deretan televisi. Tiga di antaranya tengah memutar film soap opera selagi CNN menyiarkan percakapan bekas sandera Jagan Sharma dan istrinya. "Mereka yang ingin mengetahui dunia di sekitarnya tentu ingin lebih mengenal Sharma dan keinginan-keinginannya, ketimbang ingin tahu sifat salah satu tokoh opera sabun yang banci ini," ujar Turner sambil tertawa. Gagasan-gagasan Ted diterjemahkan dengan baik oleh Ed, tangan kanannya. Praktek-praktek CNN kini mengingatkan pada ahli komunikasi Marshall McLuhan. Pada tahun 60-an ia bermimpi tentang sebuah "kampung sejagat". Di sana informasi dan berita tersedia mulai dari metropolitan yang terbesar sampai pelosok yang paling sempit. Bagi CNN, teori McLuhan bukan mimpi. Ted mewujudkan ide "Laporan Dunia CNN" yang benar-benar warta berita sejagat dengan merangkul 153 penyiar dari 120 negara dan wilayah. Masing-masing diminta mengirim berita tiga menit setiap minggu dan diperbolehkan mencari penyumbang berita di daerahnya masing-masing. Pada 1982, jalur CNN yang semula domestik mengalami revolusi. Atas permintaan para penyiar Jepang yang lapar berita dari Amerika dan internasional, CNN mulai disemprotkan lewat satelit ke Timur Jauh. Tujuh tahun kemudian, CNN menjalar ke Amerika Latin dan Selatan. Pada tahun yang sama, CNN berhasil menerobos ke Uni Soviet, Timur Tengah, dan Afrika, atas "jasa" Statsionor 12 -- satelit milik Uni Soviet. Dan kini, ditopang teknologi satelit yang canggih dan hasrat memberitakan peristiwa dunia, CNN ditonton di 97 negara dan wilayah. Hampir semua paket berita internasional dikirim melalui satelit ke stasiun bumi CNN di Atlanta untuk dirapikan. Setelah siap, diluncurkan kembali ke luar melalui satelit. Beberapa cerita di negara lain itu disajikan di layar televisi di AS. Tapi lebih sering diulang untuk konsumsi Eropa, Afrika, Timur Tengah, Uni Soviet, India, dan Pakistan. Ini menjadikan pemirsa di banyak negara terbiasa mencari berita di CNN. Untuk sampai ke mata penonton, CNN melambungkan sinyal -- dari pemancar di Techwood, Atlanta, langsung ke transponder in- duk di satelit Satcom IV yang berpangkalan di atas benua Amerika. Dari Satcom IV sinyal ini diteruskan ke satelit-satelit lain, yang ada di atas Pasifik, Timur Tengah, Samudera Hindia, atau daratan Eropa. Dari satelit perantara itu, siaran CNN turun ke bumi dan masuk ke rumah-rumah. Pengiriman berita ke Atlanta juga lewat jalur yang sama. Biaya lalu lintas berita 24 jam ini 5 juta dolar per tahun. Tak seberapa dibanding keuntungan total, 134 juta dolar, dua tahun lalu. Untuk kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia, siaran CNN dilayani oleh satelit Intelsat yang nongkrong di atas Samudera Pasifik. Semua orang leluasa menonton CNN. "Asal punya antena parabola yang dihadapkan ke Pasifik," kata J.L. Parapak, Direktur Utama Indosat. Antena parabola ini memang menjadi syarat mutlak. Sebab, siaran dari satelit tak bisa ditangkap dengan antena Yogi. Kalau ini antena parabola makin mewabah di Indonesia, itu bisa dimengerti. "Pemakaian antena parabola tidak dilarang," kata Parapak. Di Amerika, perwakilan CNN menyediakan antena-antena parabola secara gratis. Orang baru membayar jika mau menghubungkan TV-nya dengan antena itu. Di awal sejarah CNN, Ted hanya dibantu anak-anak muda yang bermodalkan keberanian. Kini ia punya 1.700 karyawan -- hampir dua kali lipat jumlah tiga besar ABC, NBC, dan CBS. Pasukan CNN ini tersebar di sembilan biro dalam negeri dan 17 kantor cabang CNN. Di dalam negeri, CNN telah menggaet 55 juta penonton. Di luar Amerika, CNN hadir di 9 juta rumah tangga dan 250 ribu kamar hotel. Namun, semakin tinggi pohon, semakin banyak pula angin bertiup. Kritik terhadap CNN pun melonjak. Umumnya suara sumbang itu seperti yang dikatakan Robert McNeil -- dari perusahaan TV "American Public" -- "CNN secara tak sadar telah memainkan peran sebagai diplomat elektronik". Ed keberatan. "Justru kemampuan CNN membuat siaran langsung adalah bentuk keterlibatan kami dalam persoalan dunia yang tidak dilakukan perusahaan komunikasi sebelumnya," jawabnya. Ed boleh bangga karena juru bicara Gedung Putih sependapat. "CNN telah membuka sistem komunikasi baru antarpemerintah dalam hal kecepatan dan kemampuan siaran langsungnya. Dalam banyak kasus, ini jalur penghubung utama yang kita miliki," ujar Marlin Fitzwater. Ted ikut memberikan pembelaan. Media elektroniknya ia nyatakan sudah menyiarkan berita berimbang. Sebab, reporter-reporternya ditugasi mencari tanggapan dari para pemimpin par- lemen tentang perkembangan suatu topik dunia yang tiba-tiba. Kadang-kadang, jawaban anggota kongres atau senator itu hanya beberapa saat setelah melihat perkaranya di CNN. Secara berkelakar, Kepala Staf Gedung Putih John Sununu mengatakan, "Saya belajar lebih banyak tentang percobaan kudeta di Panama dari CNN daripada CIA." "Kami dituduh sebagai alat propaganda dan 'dimanfaatkan'," kata Turner. Padahal, kata Turner, para tokoh dan pemerintah memang "memanfaatkan" media massa, semenjak munculnya koran pertama kali. "Hanya saja media elektronik seperti kami lebih cepat. Tapi ada bedanya antara 'dimanfaatkan' dan 'dimanipulasi'," kata Ted. CNN, katanya lebih lanjut, boleh dituduh memanipulasi, bila misalnya, hanya meliput pihak Saddam Hussein. "Ini kan tidak. Kami mencari juga analisa, kritik, dan debat tentang suatu etika." Tuduhan tidak bertanggung jawab muncul setelah CNN menyiarkan pertemuan Saddam dengan sandera Inggris. Televisi Irak lewat teleksnya menginginkan peristiwa itu ditayangkan dalam program berita siang dan disebut sebagai acara "Saddam dan 'tamu-tamunya'." Lewat siaran itu untuk pertama kalinya, sejak peristiwa invasi ke Kuwait, dunia melihat Saddam. Tapi ada yang tak wajar. Pemimpin Irak itu tampil dengan jas dan dasi -- bukan seragam militer. Ia tampak senewen, padahal ia sedang mencoba meyakinkan kamera dan orang-orang yang kelihatan ketakutan di ruangan itu bahwa situasi baik-baik saja. CNN diprotes karena memutar siaran langsung itu tanpa disunting sama sekali. Padahal, CNN justru menganggap "nilai" beritanya terletak pada rangkaian potret-potret hidupnya. Barangkali karena paling jujur menggambarkan suatu persoalan. "Gampang saja menyuntingnya kalau kamu belum melihat orang yang tengah menjadi pusat perhatian dunia sejak krisis dimulai. Kalau kamu belum melihat dia bicara meskipun suasananya dibuat-buat dan belum melihat sandera-sandera itu," kata Ed Turner. "Tentu saja televisi hiburan menyunting laporan beritanya. Soalnya, mereka hanya memberi waktu 21 menit untuk berita," kata Ted Turner dengan sengit. Namun, Bush tetap menganggap Saddam telah melakukan propaganda di TV. Sebab, "Kejam sekali mengatakan 'sandera-sandera' kita sebagai 'tamu-tamunya'. Itu manipulasi dan sinis. Saya prihatin dia mendapat kesempatan tampil dengan cara seperti itu menghadapi publik Amerika," ujar Bush. "Saya juga ingin mendapat kesempatan yang sama untuk menampilkan keadaan kami di muka rakyat Irak." Menurut Ted, persoalannya terletak pada perbedaan pandangan. Apa yang dianggap propaganda di satu negeri boleh jadi dianggap cara hidup biasa di negeri lain. "Sedangkan TV kami melayani seluruh dunia. Jadi, harus dilihat dengan pengertian yang lebih luas," kata Ted. CCN punya patokan untuk menilai kelayakan suatu berita. Kalau beritanya sampah, anak buah Ted akan merekamnya dan mempertimbangkan untuk memutarnya lain kali. "Kita tidak bisa membuat satu surat keputusan yang berlaku untuk sepanjang masa. Berita terus berubah sepanjang hari," ujarnya. Rupanya, tidak mudah menjawab pertanyaan bagaimana sebaiknya mengatur arus informasi yang bebas. "Kita sudah punya teknologinya. Dan teknologi itu tidak akan pergi. Persoalannya bagaimana kita memanfaatkannya," kata Ted. "Coba saja kalau dulu-dulu teknologi sudah secanggih sekarang, pemirsa bisa menonton Eva Braun dan Hitler pada acara tanya-jawab di layar gelas itu." BSU

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus