DI Sarnath, ada bisik perdamaian. Di Sarnath, kota kecil di India Utara, 25 abad lalu, Gautama Budha pertama kali bertutur tentang "pencerahan". Dan ke Sarnath mereka datang: Sherpa yang menjelajahi tebing Himalaya dan para biksu dari dataran Asia, juga bangsa Tibet yang tertindas. Di bawah sinar purnama terakhir, Desember lalu, mereka datang untuk upacara Budhisme Tibet Kalachakra Tantra. Selama 10 hari mereka mendengarkan kembali wejangan sang Budha. Di pojok seorang perempuan bermantra sambil menggulir mala, tasbihnya, dengan khusyuk. Sementara, di bawah tenda dan kain warna-warni, para biksu beradu pendapat menguji iman. Ritual ini diselingi tarian, lalu semadi bersama Dalai Lama. Kalachakra Tantra punya arti tersendiri bagi bangsa Tibet. Jarang mereka bisa menatap wajah pemimpinnya yang hidup dalam pengasingan. Titisan Bodhisastva itu pun berkhotbah tentang perdamaian. Bukan cuma bagi dua juta rakyat Tibet, tapi untuk seisi dunia. Di Sarnath, nirwana terletak di balik gerbang mandala. Di istana khayalan ini bersemayam 722 sosok Budha. Dalai Lama membimbing setiap insannya melalui ruangan istana yang melambang- kan perjalanan spiritual sang Budha. "Semoga bisik kami mampu mengenyahkan segala kejahatan dari dunia ini," katanya lirih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini