Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasien kanker payudara kadang kala membutuhkan perawatan paliatif untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Namun, perawatan ini kerap mendapatkan stigma negatif. Ada anggapan bahwa perawatan ini hanya untuk pasien yang akan meninggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Instalasi Paliatif Rumah Sakit Kanker Dharmais, Maria Witjaksono. Ia menegaskan, kenyataannya perawatan tersebut tidak untuk pasien yang akan meninggal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Justru perawatan paliatif dibutuhkan sejak awal. Bahkan ketika sel kanker itu belum ganas," kata Maria melalui siaran pers dalam rangka Bulan Kanker Payudara Yayasan Kanker Payudara Indonesia yang diterima Tempo.co, Senin, 5 Oktober 2020.
Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut menyontohkan, pada kondisi pasien belum didiagnosis kanker payudara, sementara dicurigai bahwa itu adalah kanker payudara stadium lanjut, maka pasien membutuhkan perawatan paliatif.
"Untuk apa? Yang utama bagaimana mereka bebas dari gejala yang sedang atau akan mereka rasakan," terang dokter Maria.
Adapun bagi mereka yang baru didiagnosis kanker payudara, maka bukan hal yang mudah untuk menerima penyakit tersebut begitu saja. Maka perawatan paliatif bermanfaat bagi pasien untuk mengerti tentang penyakitnya.
"Pasien bisa menerima penyakitnya dengan baik, dengan demikian pasien bisa kita ajak untuk berdiskusi mengenai pengobatan apa yang terbaik untuk pasien tersebut," lanjutnya.
Selain stigma negatif, perawatan paliatif juga sulit dilakukan akibat kurang tepatnya respons keluarga. Maria menjelaskan, ada banyak keluarga yang tetap memaksakan pengobatan ketika dokter menyatakan bahwa sudah tidak ada lagi pengobatan bagi pasien yang menderita kanker stadium lanjut.
Di saat seperti ini, dikatakan Maria, perawatan paliatif sebetulnya akan sangat bermanfaat. Karena justru saat-saat seperti ini perawatan ini dilakukan untuk pasien yang bisa dikatakan sudah tidak bereaksi terhadap pengobatan kuratif.
Usaha tersebut lebih penting daripada memaksakan diri untuk melakukan tindakan yang dokter sendiri sudah tidak dapat lagi dilakukan.
Selain karena hasilnya tidak akan lebih baik, tambah Maria, memaksakan pengobatan dalam kondisi tersebut juga akan membuat pasien kehilangan waktunya untuk bisa bersama dengan keluarga.
"Dengan tidak dilakukan tindakan yang invasif, pasien bisa memiliki harapan hidup yang lebih panjang," kata dia.