Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gelombang 'Reshuffle' Ketiga |
Bisik-bisik seolah telah menjadi menu harian yang digemari di Indonesia. Setelah babak bisik-bisik soal Wiranto usai, babak baru kini dimulai. Kali ini Laksamana Sukardi, Menteri Negara Penanaman Modal dan BUMN, dikabarkan akan diganti oleh Rozy Munir, masih trah NU. Begitu serius isu ini, sampai dikabarkan Rozy Munir sendiri sudah sibuk menyiapkan jajaran pembantunya. Adalah Ade Komaruddin Mochammad, anggota Fraksi Partai Golkar, yang mengangkat bisk-bisik ini ke permukaan. Menurut Ade, rencana pergantian itu sudah mendekati final. Laksamana akan segera diplot menggantikan Syahril Sabirin sebagai gubernur Bank Indonesia. Bagi Ade, ini tak lebih sebuah siasat. Ia melihat rencana pengangkatan Rozy adalah upaya halus untuk menyingkirkan Laksamana. Padahal, menurut Ade, kinerja Laksamana saat ini patut dibanggakan. ''Ia seharusnya dipertahankan bila mau menyelamatkan aset negara," Ade menegaskan. Bila hal itu benar terjadi, pergantian ini bisa disebut gelombang reshuffle ketiga yang mengempas kabinet. Pada gelombang pertama, Hamzah Haz terbanting dengan mudah hanya karena tak tahan sindiran. Gelombang kedua, Wiranto juga tak cukup alot untuk bertahan dari serbuan berbagai pernyataan presiden. Yang kini menjadi pertanyaan, akankah Laksamana menemui nasib yang sama? Jangan-jangan setelah dicopot sebagai menteri, ia tak bisa duduk sebagai gubernur BI karena melanggar undang-undang. Beberapa kalangan melihat bahwa hal ini menyiratkan dua hal. Di satu sisi, ini memperlihatkan inkonsistensi Presiden yang luar biasa. Dan menurut Ade, ''Ini cukup memprihatinkan."
Kini SIRA Dituding |
Gaya Abdurrahman Wahid yang suka menuding kini menular ke aparat kepolisian dalam menguak kasus terbunuhnya Tengku Nashiruddin Daud. Pada dengar pendapat dengan Komisi I DPR, Senin 14 Februari lalu, Kapolri Rusdihardjo juga tegas-tegas menuduh SIRA (Sentral Informasi Referendum Aceh) berada di belakang kasus tersebut. Menurut Kapolri, tersangka pembunuh anggota Pansus Aceh dari Fraksi Persatuan Pembangunan Nashiruddin Daud adalah Julizar, ketua SIRA. ''Korban adalah tokoh Aceh yang menentang opsi merdeka dan kekerasan. Dapat disimpulkan, beliau sangat merugikan GAM ekstrem dan karena itu harus dieliminasi," kata Kapolri dalam rapat itu. Secara tak langsung tersirat tudingan bahwa SIRA termasuk dalam kategori kelompok ekstrem ini. Polisi memperoleh informasi, Julizar ini masih kerabat korban. Sehari sebelum korban hilang, ia berkali-kali menanyakan rencana korban bermalam di Medan. Tersangka juga terlihat menelepon seseorang di Medan untuk memberi tahu bahwa Almarhum dalam perjalanan. Selain itu, polisi juga mempertanyakan kepergian korban, yang berniat menggunakan maskapai penerbangan Mandala ke Jakarta. ''Padahal, hari itu tak ada penerbangan ke Jakarta." Kesimpulan polisi, tentu ada seseorang yang menjanjikan hari itu ada penerbangan ke Jakarta. Kontan SIRA gerah dengan pernyataan yang terkesan sembrono ini. Ketua SIRA, Muhammad Nazar, ganti menuduh Kapolri menggunakan cara-cara Orde Baru untuk menghancurkan SIRA. ''Kami akan menuntut Kapolri atas keterangan tak berdasar itu." Nazar sendiri menyangkal Julizar adalah ketua SIRA. Tengku Nashiruddin Daud ditemukan tewas di Desa Simbahe, Tapanuli Utara. Saat itu ia sedang dalam perjalanan kembali ke Jakarta dari Kantor Perwakilan Pemda Aceh di Medan. Ia mati secara mengenaskan, dan jasadnya pun digali kembali setelah dikuburkan sebagai orang tak dikenal. Diduga ia disiksa terlebih dahulu sebelum dihabisi dengan menjerat lehernya menggunakan tali.
Putra Mantan Kabakin Ditahan |
Di negeri ini ternyata banyak juga yang bermimpi jadi Rambo. Termasuk Haryogi Maulani, anak mantan Kabakin Z.A. Maulani. Rabu dini hari pekan lalu, polisi menangkap Haryogi di Hotel Mercure, Jakarta Barat. Tak hanya sepucuk pistol Walter Colt 7,64 milimeter yang dibawa Haryogi, di kamar 102 hotel itu polisi juga menemukan senjata serbu otomatis standar Pakta Warsawa, Avtomat Kalashnikov (AK) 47 dengan nomor 4857. Di sana juga ditemukan sebungkus serbuk putih yang diduga shabu-shabu. Penangkapan Haryogi ini berawal dari laporan seseorang kepada petugas Polsekta Tamansari, sekitar pukul 20.00. Si pelapor, yang tak menjelaskan identitasnya, bahkan menyebutkan secara khusus kamar dan nama Haryogi. Dengan bekal itu, polisi mulai bergerak. Sayang, Haryogi sendiri tak ditemukan di kamar yang terpaksa dibuka dengan kunci master itu. Baru sekitar pukul 00.30 dini hari, polisi berhasil mencokok suami mantan model Sarita tersebut. Saat itulah, pistol itu ditemukan di balik bajunya. Sang ayah, Z.A. Maulani, bertekad untuk tak ikut campur dalam masalah tersebut. ''Saya tak kan mencampuri proses hukum. Saya serahkan semuanya kepada penegak hukum," kata mantan Kabakin ini. ''Itu sudah jadi prinsip keluarga." Gayung itu pun disambut Sarita, istri Haryogi. Ia tak ingin nama mertuanya dibawa-bawa. ''Masalah itu tak ada kaitannya dengan mertua saya," ujarnya menegaskan. Keberadaan senjata api di masyarakat luas memang makin mengkhawatirkan. Sejak kerusuhan Mei dua tahun lalu, berbagai senjata api genggam ataupun laras panjang makin gampang saja dibeli di pasaran. Sebuah sumber menyebutkan, sedikitnya 500 pucuk senjata beredar dalam perdagangan ini, setiap hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo