Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Perjuangan Wanita Tulang Punggung Keluarga Jadi Driver Gojek

Suami kena PHK menjadi alasan Soesi Ernawati memilih menjadi pengemudi ojek online Gojek untuk memberi nafkah keluarga.

22 Juli 2018 | 07.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rara (Ketiga dari kiri) mendapatkan penghargaan dari Go-Jek. Sumber: swa.co.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Surabaya - Soesi Ernawati, pengemudi ojek online Go-Jek atau Gojek, adalah tulang punggung ekonomi keluarga. Maklum saja, sang suami sudah tidak bekerja lagi lantaran perusahaan tempatnya bekerja itu gulung tikar. Suaminya itu pernah menjabat kepala cabang salah satu perusahaan perkapalan di Banyuwangi, Jawa Timur serta sempat berkarier di perusahaan logistik minyak dan gas (migas).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Suami saya mengambil pensiun dini di perusahaan logistik migas karena perusahaan mengurangi jumlah karyawan,” ujar Soesi yang akrab disapa Rara saat dihubungi melalui sambungan telepon kepada SWA pada Rabu 18 Juli 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, Rara adalah wanita karier. Ia pernah bekerja di perusahaan perkapalan di tahun 1991-1996 dan logistik pada 2000-2002. Ia terpaksa menelan pil pahit. Sebab, Rara di-PHK oleh manajemen salah satu perusahaan perkapalan. Ia memaklumi alasan itu karena bisnis perusahaan tempatnya bekerja itu hendak bangkrut. Alhasil, penghasilan rutin keluarga tidak lancar lagi lantaran sang suami terpaksa pensiun dini di 3 tahun silam.

Baca: Kisah Perjuangan Pengemudi Gojek untuk Kuliah dan Punya Rumah

Perempuan kelahiran Surabaya pada 1 November 1969 ini mencari solusi untuk memperoleh penghasilan agar bisa menafkahi keluarganya. “Selama 3 tahun tidak ada penghasilan untuk menafkahi keluarga. Setelah saya mendapat informasi Gojek membuka pendaftaran driver, saya buru-buru mendaftar untuk menjadi driver di Gojek,” tutur Rara menjabarkan alasannya mendaftar sebagai mitra pengemudi Gojek pada Desember 2016.

Mayoritas pemesanan (order) konsumen Gojek yang sering dilayani Rara adalah Go-Ride. Awalnya, dia merasa sungkan dan malu mengantarkan penumpang Gojek. “Takut ketahuan teman-teman karena mereka itu kebanyakan dari kalangan atas,” ucap Rara yang menggondol ijazah SMA. Perasaan itu berangsur-angsur sirna dari benak Rara. “Saya semakin banyak punya teman di komunitas Gojek dan menikmati penghasilan dari GO-JEK yang mirip gaji bulanan manajer. Jadi, kenapa saya harus malu? ‘Kan penghasilan saya sama lah dengan gaji manajer,” ungkap Rara melontarkan nada optimistis.

Sebagian besar penumpang Rara itu berasal dari kalangan kaum Adam. Rute perjalanan dan operasional Rara di kawasan Perak Utara, Surabaya. “Rumah saya di daerah Perak,” sebutnya. Rara bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 400 ribu apabila dia beroperasi sejak jam 7 pagi hingga pukul 12 malam. “Tapi, target harian saya sekitar Rp 300 ribu,” imbuh ibu dari 6 anak ini.

Jika tubuhnya lelah, wanita yang mengenakan hijab ini beristirahat di masjid untuk menunaikan sholat lima waktu. Rata-rata order konsumen yang dilayaninya berkisar 20-22 order per hari. Seringkali Rara mendapat uang tambahan dari konsumen. “Makanya, teman-teman heran, kok saya bisa dapat penghasilan segitu. Alhamdulilah, ini rezeki dari Allah. Yang penting kita kerja ikhlas,” ungkapnya. Kiprah Rara sebagai pengemudi ojek online ini mendapat acungan jempol dari para kolega. Makanya tak heran, ia diganjar penghargaan kategori Mitra Inspiratif yang diberikan Gojek. “Saya tulang punggung ekonomi keluarga. Saya bersyukur atas penghargaan dan bantuan program Swadaya dari Go-Jek,” jelas perempuan yang lulusan dari salah satu SMA di Jawa Timur ini.

Rara mengapresiasi program Swadaya yang membantunya untuk menunaikan ibadah umroh. Keinginannya itu berjalan mulus karena Rara bisa menyicil tabungan umroh di BNI Syariah melalui program Swadaya. “Kemarin iseng-iseng mengisi tabungan Umroh di Bank BNI Syariah, Surabaya. Permohonan saya disetujui dan menurut mereka itu saya adalah mitra Gojek yang pertama kali mendaftar tabungan umroh ini,” sambungnya.

Baca:
Nabung 3 Tahun, Pengemudi Gojek Ini Nonton Piala Dunia di Rusia
Kisah Mitra Go-Jek Bisa Berpenghasilan Diatas UMR

Rara menyicil Rp 25 ribu per hari yang dipotong otomatis dari depositnya di Gojek.“Alhamdulillah bisa menyisihkan untuk umroh,” tukasnya. Biaya umroh ini berkisar Rp 20 juta. Demi mengapresiasi mitranya, Gojek menggandeng BTN, Permata Bank Syariah, dan BNI Syariah. Melalui kerja sama ini mitra Gojek dapat mencicil rumah murah di BTN, ibadah umroh di BNI Syariah, dan cicilan haji di Permata Bank Syariah melalui program Swadaya yang digagas oleh Gojek itu.

CEO Gojek, Nadiem Makarim, dalam penandatangan kerja sama dengan tiga bank itu, menuturkan program Swadaya memudahkan para mitra Gojek mengakses layanan jasa keuangan (perbankan dan asuransi), cicilan otomatis yang terjangkau, diskon untuk kebutuhan sehari-hari, akses terhadap kesempatan bisnis untuk meningkatkan pendapatan keluarga, serta pelatihan berkendara.

“Para pekerja sektor informal seperti mitra kami sering dianggap tidak bankable sehinggga mengalami kesulitan saat mengakses produk perbankan. Dengan kerja sama ini, para mitra kami punya akses kepada produk KPR, tabungan haji, dan tabungan umrah yang sebelumnya tidak bisa mereka dapatkan,” jelas Nadiem.

SWA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus