Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -CEO GoJek Nadiem Makarim mengatakan perkembangan teknologi digital mengubah dunia dengan cepat. Indonesia dinilai harus bersiap dengan berinvestasi sumber daya manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia memperkirakan perubahan akan sangat cepat terjadi sehingga manusia harus terus belajar hal baru setiap lima tahun. Nadiem memproyeksikan siklus ini terjadi dalam 15 tahun ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nadiem mengatakan generasi muda Indonesia harus disiapkan dengan pendidikan. "Bukan lagi pelajaran seperti biasa, tapi diajari cara berpikir, menyelesaikan masalah, hingga berkolaborasi," kata dia dalam sebuah seminar di acara Hari Oeang di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 26 Oktober 2017.
Menurut Nadiem, ada beberapa pelajaran yang harus diwajibkan di tingkat sekolah menengah atas (SMA). Salah satunya adalah bahasa Inggris.
Kemampuan berbahasa harus ditingkatkan karena banyak digunakan dalam teknologi digital. Masyarakat Indonesia juga perlu mendapat pelajaran mengenai bahasa pemograman. "Tanpa menguasai bahasa programming, dunia digital tidak akan bisa dibangun," ujarnya.
Nadiem juga menilai pelajaran statistik perlu diwajibkan di SMA. Dia menuturkan, hanya data yang akan bicara di dunia digital. Tanpa kemampuan membaca data secara kritis, mereka akan dibohongi data tersebut.
Pelajaran lainnya adalah psikologi. "Buat saya aneh psikologi tidak jadi pelajaran mandatory di SMA," kata dia. Nadiem menilai psikologi sangat sulit dikuasai. Padahal ilmu tersebut berguna dalam hubungan penyedia dan pengguna jasa.
Selain keempat ilmu di atas, Nadiem menilai masyarakat juga perlu diberi pendidikan mengenai nasionalisme. "Nasionalisme yang sempit itu membahayakan," kata dia. Nadiem mengacu kepada penolakan orang asing di Indonesia. Dia menilai transfer ilmu dari ahli asing tetap diperlukan.
Menurut bos Gojek tersebut, pola pikir masyarakat perlu diubah. Bukan lagi orang Indonesia yang pergi keluar negeri, namun sebaliknya. Indonesia mengundang orang asing yang ahli untuk memberikan ilmunya kepada masyarakat Indonesia.