Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Pemerintah Atur Tarif dan Kuota Taksi Online, Ini Kata Bos Gojek

Bos Gojek Nadiem Makarim setuju pemerintah mengatur tarif taksi online, tapi tidak setuju jika ada kuota.

12 Oktober 2017 | 07.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bos Gojek Nadiem Makarim menanggapi rencana pemerintah membuat aturan tentang  taksi online. Sebelumnya, Kementerian Perhubungan akan memberlakukan ketentuan tentang angkutan online dengan mengatur wilayah, tarif dan kuota.

Baca juga: Pemerintah Atur Tarif, Wilayah, dan Jumlah Taksi Online 

Menurut Nadiem, pemerintah lebih baik membuat regulasi harga untuk taksi online agar bisa bersaing dengan yang konvensional. "Kalau untuk kuota sulit. Saya sendiri tidak setuju kalau kuota yang dibatasi," ujar Nadiem kepada Tempo di Jakarta, Rabu, 11 Agustus 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nadiem menambahkan bisnis transportasi telah berkembang di sejumlah wilayah. Bahkan, untuk Jawa Barat, pangsa pasarnya Gojek cukup besar di sana. "Jadi, pemerintah harus buat aturan yang adil."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejauh ini, Nadiem mengatakan Gojek akan mendukung seluruh keputusan pemerintah untuk mengatur keberadaan transportasi online dan konvensional. Namun, kata dia, pemerintah jangan sampai membuat peraturan ihwal pembatasan taksi online di setiap daerah.

Pada Selasa, 10 Oktober 2017, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melarang beroperasinya angkutan online termasuk Gojek. Keputusan tersebut diambil buntut prostes yang dilayangkan sopir angkutan kota. Untuk mengantisipasi adanya gesekan, sopir taksi online di Jawa Barat, juga melakukan mogok beroperasi selama empat hari sampai 13 Oktober 2017.

Nadiem mengaku belum mengetahui dengan jelas terkait larangan angkutan online beroperasi di Jawa Barat sejak 10 Oktober 2017. "Sebenarnya saya belum terlalu tahu larangan itu (taksi online di Jawa Barat)," katanya.

Nadiem menyesalkan masih adanya penolakan  taksi online di sejumlah tempat. Padahal, menurut dia, transportasi online membantu ekonomi kerakyatan. Soalnya, 60 persen sopir Gojek, merupakan pekerja lepas yang bergabung menjadi mitra. "Mereka mencari uang tambahan dengan menjadi mitra kami," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus