Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berebut Ruang di Jalanan

Penepian kerucut lalu-lintas yang menjadi pembatas jalur sepeda menuai kecaman dari sejumlah penggowes.

18 Juni 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengguna sepeda melintas di jalur sepeda yang dibatasi traffic cone di Jalan Thamrin, Jakarta, 17 Juni 2020. TEMPO/Muhammad Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pengguna pesepeda khawatir terhadap keselamatannya saat melintasi Jalan Jenderal Sudirman-M.H Thamrin.

  • Sebab, traffic cone yang menjadi batas jalur sepeda yang dilebarkan, pop-up bike lane, di ruas jalan itu kini dipinggirkan oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya.

  • Traffic cone menjadi pembatas agar pesepeda aman dan nyaman di jalur sepeda.

JAKARTA – Pesepeda Jakarta khawatir terhadap keselamatan mereka saat melintasi Jalan Jenderal Sudirman dan M.H. Thamrin. Sebab, kerucut lalu-lintas yang menjadi batas jalur sepeda yang dilebarkan, dikenal dengan pop-up bike lane, di sana dipinggirkan oleh petugas Kepolisian Daerah Metro Jaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Padahal traffic cone dipasang agar pesepeda merasa aman di jalan raya," kata Ketua Bike to Work Indonesia Poetoet Soedarjanto kepada Tempo, kemarin. Menurut dia, jalur sepeda sebisa mungkin diberi pembatas agar tidak diserobot kendaraan bermotor dan berujung pada ancaman terhadap keselamatan mereka. "Jalur Transjakarta yang sudah dibatasi pakai separator saja masih dilanggar."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poetoet menilai, meski trotoar di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin telah diperlebar dan bisa dilalui penggowes, pengguna pit tidak leluasa melaluinya karena berimpitan dengan pejalan kaki.

Poetoet meminta pemerintah DKI memperluas pop-up bike lane ke ruas jalan lain. Tujuannya, mendorong peningkatan jumlah pesepeda. "Kami ingin orang beralih ke sepeda dan meninggalkan kendaraan bermotor pribadi," katanya.

Anggota Brompton Monas Cyclist Aswin Gantina mengatakan kunci keamanan pesepeda adalah kesadaran untuk menghormati hak sesama pengguna jalan. Bagi dia, kerucut lalu lintas merupakan alat bantu untuk menegakkan prinsip saling berbagi di jalan raya. "Dengan adanya traffic cone, kami lebih terbantu," kata karyawan Bank Indonesia yang bersepeda sepekan tiga kali itu

Pelebaran jalur sepeda diusung pemerintah DKI untuk meningkatkan penggunaan sepeda sebagai alat transportasi. Kereta angin dinilai lebih aman dari segi pencegahan penyebaran virus corona ketimbang kendaraan umum. Namun, pop-up bike lane itu layu sebelum berkembang setelah polisi lalu lintas meminggirkan traffic cone di Sudirman-Thamrin pada Senin lalu dengan alasan menghambat arus kendaraan bermotor yang sedang padat. Kemarin, kami menyusuri Jalan Sudirman dari Bundaran Hotel Indonesia sampai Simpang Susun Semanggi. Kerucut lalu lintas itu terlihat mepet dengan trotoar.

Ditemui saat peresmian penataan stasiun terpadu di Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, kemarin, Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo enggan berkomentar ihwal hal itu.

Gubernur DKI Anies Baswedan juga bungkam saat ditemui dalam acara yang sama. Selasa lalu, dia mengatakan DKI mengusung pop-up bike lane agar keamanan pesepeda di jalan raya lebih terjamin. Terlebih, dia melanjutkan, telah terjadi peningkatan jumlah pesepeda selama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi di Jakarta. Dia mengajak warga meningkatkan fungsi sepeda. "Mari memandang sepeda bukan sekadar sebagai alat olahraga, tapi juga alat transportasi," katanya.

Kepala Pembinaan dan Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Fahri Siregar, belum bisa memberikan pernyataan ihwal pemindahan traffic cone di jalur sepeda itu. "Besok (hari ini) akan rilis terkait dengan jalur sepeda ini," ujarnya, kemarin.

Sebelumnya, Direktur Lalu Lintas Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo mengatakan pemindahan traffic cone yang menjadi batas jalur sepeda dilakukan atas diskresi kepolisian. Keberadaan traffic cone itu dianggap menghambat laju kendaraan yang mulai padat saat limitasi transisi. "Penggeseran kami lakukan karena melihat situasi," ujarnya. 

Penepian kerucut berlangsung pada pukul 07.30, kata Sambodo, agar ruas tersebut kembali menjadi tiga lajur. "Dari Dukuh Atas sampai Bundaran HI itu jalurnya sempit. Sehingga, kalau diambil satu lajur untuk sepeda, hanya tersisa dua lajur," katanya.

Sambodo menambahkan, di sejumlah sisi Jalan Sudirman-Thamrin, belum ada marka jalur sepeda. Akibatnya, polisi tidak bisa menjatuhi sanksi bagi pelanggar jalur khusus itu.

IMAM HAMDI | GANGSAR PARIKESIT


Berebut Ruang di Jalanan

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus