Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Minuman bersoda, Pepsi, belakangan mulai sulit ditemukan di Tanah Air. Pasalnya merek asal Amerika Serikat itu mulai bersiap untuk angkat kaki dari Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara PepsiCo menyebutkan telah mengakhiri kontrak kerja sama produksi dengan PT Anugerah Indofood Barokah Makmur atau AIBM di Indonesia. Kedua perusahaan sepakat menghentikan proses produksi per 10 Oktober 2019. Dengan demikian, merek minuman seperti Pepsi, Mirinda, 7Up, dan Mtn Dew dipastikan tidak akan beredar lagi di Indonesia dalam waktu dekat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pakar pemasaran Yuswohady mengatakan langkah Pepsi hengkang dari Tanah Air sejatinya tidak begitu mengagetkan. Sebabnya, ia melihat tren konsumsi minuman berkarbonasi memang sudah mulai anjlok sejak satu dekade ke belakang.
Salah satu faktor pendorongnya, ujar Yuswohady, adalah terjadinya disrupsi konsumen, atau ia menyebutnya sebagai disrupsi milenial. Generasi yang lahir pada era 1980 hingga awal 2000-an memang cenderung mengurangi konsumsi soda.
"Sebenarnya sejak sepuluh tahun lalu, konsumsi soda sudah menurun sistematis karena eranya memang sudah enggak soda, melainkan ke sari buah, teh dan AMDK (air minum dalam kemasan) yang lebih sehat," ujar dia melalui sambungan telepon kepada Tempo, Kamis, 3 Oktober 2019.
Menurut Yuswohady, generasi milenial mulai peduli lingkungan dan kesehatan seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan mereka. Sehingga, kini mereka cenderung memilih minuman sehat, atau bahkan membawa bekal minuman dalam tumbler. "Itu lah semangat zaman milenial, bukan pilihan tapi keharusan."
Di samping anjloknya konsumsi minuman soda lantaran tak lagi laku di kalangan milenial, Yuswohady mengatakan Pepsi juga belum berhasil merebut pasar Indonesia dari Coca Cola. Berdasarkan pengamatannya, ia melihat Pepsi selalu membayangi pesaingnya, namun tak kunjung menguasai pasar.
"Pepsi pasti sudah berhitung karena invest di sini lalu profitnya flat, maka mungkin putuskan keluar gitu. Jadi secara bisnis sudah enggak nutup," tutur dia. Apalagi dengan kondisi peralihan konsumen, ia meyakini pemasaran minuman berkarbonasi semakin sulit. "Intinya, karbonasi itu era zaman lalu dan enggak sehat."
Pengumuman kebijakan penghentian kontrak kerja sama antara PepsiCo dan AIBM menjawab dugaan publik selama ini. Produk-produk PepsiCo mulai lenyap dari pasar Indonesia selama beberapa bulan terakhir.
Hal itu diperkuat oleh pernyataan dua perusahaan makanan cepat saji di Indonesia, yakni Pizza Hut dan KFC. Kedua perusahaan itu mengumumkan telah menghentikan kontrak kerja sama dengan penyedia minuman Pepsi mulai 1 Oktober 2019.
Berdasarkan pantauan Tempo di lapangan, sudah lebih dari tiga bulan lamanya sejumlah jaringan ritel atau minimarket tak lagi menjual Pepsi. Kabar tersebut setidaknya dibenarkan oleh tiga petugas jaringan ritel yang Tempo datangi pada Sabtu, 28 September 2019.
Tiga gerai minimarket atau toko ritel yang dipantau Tempo tersebut adalah tiga toko ritel dari jaringan yang berbeda.Tiga jaringan ritel tersebut adalah Indomaret, Alfa Express dan Lawson.
Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Hingga kini, manajemen Pepsi belum menjelaskan alasan utama PepsiCo dan AIBM menghentikan kerja sama tersebut. Hanya disebutkan bahwa perusahaan yang berkantor pusat di New York, AS ini berharap dapat kembali ke Indonesia.
PepsiCo juga tidak menjelaskan nasib karyawan berikut dengan rantai pasok yang ditinggalkan akibat kebijakan tersebut. Ihwal perkara ini, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk Franciscus Welirang enggan berkomentar.
"Itu saya enggak bisa berbicara mengenai Pepsi. Karena itu ada corporate secretary, corporate investment communication, saya kira dalam satu dua hari ini mereka akan memberikan pengumuman," ujar Franciscus di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat, 27 September 2019.
Sebelumnya, Direktur Wilayah III Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Aries Indanarto menjawab kabar soal keluarnya merek minuman asal negeri Abang Sam itu. Aries mengatakan sampai pekan lalu, BKPM belum menerima adanya permohonan pencabutan atau penutupan perusahaan yang menaungi Pepsi.
“Sepanjang perusahaan belum ada permohonan dimaksud, kami belum dapat menyatakan perusahaan tersebut hengkang dari Indonesia,” kata Aries dalam keterangannya kepada Tempo di Jakarta, Sabtu, 28 September 2019.
Selama ini, proses produksi, distribusi, dan penjualan merek minuman miliki PepsiCo di Indonesia dikuasai oleh AIBM, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP). Pada awalnya, AIBM merupakan perusahaan patungan antara ICBP dan Asahi Group Holdings Ltd, sebelum Asahi memutuskan melepas kepemilikannya.
Pelaku usaha minuman di Indonesia berharap hengkangnya Pepsi tak berdampak negatif terhadap industri ini dan justru diyakini dapat membuka peluang bagi perusahaan minuman lain.
Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan dampak dari hengkangnya PepsiCo dari Indonesia baru dapat dirasakan minimal tiga bulan ke depan.
Kendati demikian, dia menyebutkan pasar minuman kemasan di Indonesia masih mengalami pertumbuhan yang menjanjikan. Untuk itu, Rachmat mengharapkan hengkangnya Pepsi tidak berpengaruh terhadap industri ini.
“Kami mengharapkan keputusan PepsiCo tidak berdampak banyak bagi industri dalam negeri kita. Justru dengan hengkangnya PepsiCo membuat pemain lain di sektor serupa masuk ke Indonesia, karena ceruk pasar yang tersedia menjadi lebih luas,” tutur dia.
Adapun Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan Indonesia (Asrim) Triyono Pridjosoesilo menilai hengkangnya PepsiCo dari Indonesia lebih disebabkan oleh keputusan individu perusahaan. Pasalnya, industri minuman berkarbonasi di Indonesia masih tumbuh 4 persen secara tahunan sepanjang semester I/2019.
“Kebijakan PepsiCo tersebut lebih kepada keputusan mereka sendiri dalam menanggapi dinamika pasar di Indonesia. Mungkin saja mereka akan kembali lagi ke Indonesia dengan bentuk bisnis atau jenis produk lain,” ujarnya.
Triyono meyakini dengan masih positifnya pertumbuhan industri minuman berkarbonasi dan minuman dalam kemasan di Indonesia, ceruk pasar yang ditinggalkan PepsiCo akan segera diisi oleh perusahaan lain.
FAJAR PEBRIANTO | DIAS PRASONGKO | BISNIS