SEKITAR 1.200 mahasiswa tingkat I Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, mulai pekan ini pindah kampus. Kuliahnya dialihkan ke Institut Ilmu Pemerintahan (IIP), Jakarta, selama setahun. Tujuan pemindahan, kata Rektor IIP Prof. Dr. Ngadisah, agar para praja terputus dari rantai kekerasan yang selama ini ”membudaya” di STPDN.
Beberapa bulan silam, tindak kekerasan ala STPDN membetot keprihatinan publik setelah Wahyu Hidayat tewas di tangan para seniornya. Sembilan praja tingkat akhir STPDN pun didakwa sebagai penganiaya praja muda itu.
Kebijakan pindah kampus bagi para ”plonco” STPDN tersebut bersifat sementara. Pemerintah belum menentukan apakah mereka akan dikembalikan ke STPDN atau pindah ke ”sekolah pembauran” IIP-STPDN. Jika alternatif kedua yang dipilih, Ngadisah memastikan para praja muda STPDN akan melahap kurikulum yang berbeda dengan yang mereka akrabi di STPDN. ”Kurikulumnya akan lebih menekankan pendekatan kompetensi,” ujar Ngadisah.
Untuk menampung ”tetamu”-nya, IIP sedang membenahi beberapa asrama mahasiswa.
Zainal Bakir, Imron Rosyid, Sapto Pradityo, Jobpie Sugiharto, Supriyantho Khafi, Sujatmiko (Mataram), TNR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini