Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENJADI pengacara pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, tugas Yusril Ihza Mahendra tak hanya terkait dengan pemilihan presiden. Jumat dua pekan lalu, setelah bertemu dengan Abu Bakar Ba’asyir di Lembaga Pemasyarakatan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Yusril mengumumkan rencana pembebasan terpidana kasus terorisme tersebut. Belakangan, bawahan Jokowi ramai-ramai membantah kabar bahwa Ba’asyir akan dibebaskan. Rabu pekan lalu, di Hotel Mahakam, Jakarta Selatan, Yusril menanggapi pertanyaan Stefanus Pramono dan Raymundus Rikang dari -Tempo.
Siapa yang berinisiatif membebaskan Ba’asyir?
Ini bukan masalah inisiatif. Hak itu sudah ada pada Ba’asyir sejak 13 Desember lalu dan sudah dibicarakan berkali-kali di pemerintah.
Pemerintah akhirnya membatalkan rencana itu.
Saya tidak tahu apa yang terjadi dan dibahas setelah saya ke Gunung Sindur. Itu di luar kewenangan saya. Sampai sekarang belum ada komunikasi lagi dengan Presiden.
Presiden memberi tugas apa?
Saya mencari jalan keluar, dan jalan keluar yang saya berikan itu selesai. Presiden waktu di Garut bilang akan membebaskan Ba’asyir. Dia juga membenarkan menugasi saya. Jadi kan clear. Saya tidak mengada-ada, kecuali dia bantah mengatakan itu. Celaka saya.
Anda menganggap Ba’asyir harus bebas?
Berdasarkan Undang-Undang Pemasyarakatan, dia sudah memiliki hak bebas bersyarat. Tapi ada kendala syarat di Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, yakni harus menandatangani pernyataan kesetiaan kepada Negara Kesatuan RI dan Pancasila, yang Ba’asyir tidak mau. Aturan ini sebenarnya tidak bisa diberlakukan karena Ba’asyir divonis pada 2011. Aturan itu tidak retroaktif, tidak bisa berlaku surut. Jadi tak perlu ada penandatanganan itu.
Menteri Yasonna Laoly menyatakan aturan itu tetap dikenakan pada Ba’asyir.
Saya diminta mencari jalan keluar. Itu sebabnya saya berdialog dengan Ba’asyir. Saya dua kali ketemu di Gunung Sindur.
Seperti apa dialog dengan Ba’asyir?
Pertama jumpa, saya bilang orang yang menaati Islam pada saat bersamaan juga menaati Pancasila. Islam mengajarkan tauhid, menerima Tuhan Yang Maha Esa. Beliau bilang, “Kalau begitu, kenapa tidak taat kepada Islam saja?” Saya tak melanjutkan dialog karena saya paham pemikiran seperti itu. Ba’asyir tidak ditahan karena pemikiran itu, tapi karena kasus pendanaan terorisme di Aceh. Maka, menurut saya, ini bisa dikompromikan. Saya sampaikan kepada Presiden, dan Presiden bisa memahami hal itu.
Kenapa Anda membantu Ba’asyir?
Siapa saja saya bantu: kasus Luar Batang (kawasan di Penjaringan, Jakarta Utara, yang terancam digusur pada 2016), Hizbut Tahrir Indonesia (dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah). Saya bantu orang, orang aja yang tidak bantu saya, ha-ha-ha….
Anda berkoordinasi dengan menteri Jokowi?
Saya berkoordinasi dengan Kepala Polri serta Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Saya ketemu Pak Yasonna sewaktu debat calon presiden. Dia menanyakan rencana saya ke Gunung Sindur. Saya tanya, kok, sudah tahu. Kata dia, Presiden sudah memberi tahu. Saya bilang, “Besok saya akan memberitahukan bahwa Ba’asyir akan dibebaskan.”
(Yasonna membantah telah berkoordinasi dengan Yusril. Yasonna mengaku tidak diajak berbicara soal pembebasan Ba’asyir. “Tidak benar Presiden menelepon atau berbicara soal Ba’asyir dengan saya sebelum Yusril ke Gunung Sindur.”)
Kenapa baru sekarang ada rencana membebaskan?
Selama ini kan tidak bisa terlaksana. Kalau sudah, saya tidak diperlukan lagi.
Banyak yang menganggap momennya tak tepat, saat masa kampanye.
Kalau tidak sekarang, terus kapan? Apa pun keputusan yang diambil Presiden, pasti akan dipertanyakan, baik oleh lawan politik, wartawan, maupun LSM. Kalau hak Ba’asyir tidak dipenuhi, Presiden bisa digugat dan kalah di pengadilan tata usaha negara. Saya justru harus melindungi supaya itu tidak terjadi.
Anda membawa pengurus Partai Bulan Bintang dan ada wartawan di Gunung Sindur. Untuk menaikkan elektabilitas?
Itu tafsiran orang. Saya tak mau menanggapi persepsi orang lain.
Keluarga Ba’asyir sekarang kecewa karena janji pembebasan tak terwujud.
Waktu saya kasih tahu, keluarganya sangat senang. Sekarang bisa jadi dia unhappy. Soal itu tanya Pak Wiranto. Ha-ha-ha….
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo