Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENGANCIK pukul tiga sore pada hari pencoblosan 17 April, wajah tetamu di rumah peninggalan orang tua Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta Selatan, terlihat lesu. Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, Djoko Santoso, dan Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais menekuk muka.
Mereka menatap satu-satunya layar televisi yang menampilkan saluran TV One di ruang tengah itu. Saluran tersebut mulai menayangkan hasil hitung cepat pemilihan presiden 2019 oleh sejumlah lembaga survei. Salah satunya Indikator Politik Indonesia, yang menunjukkan perolehan suara Joko Widodo-Ma’ruf Amin mencapai 55,97 persen dan Prabowo-Sandiaga 44,03 persen. Waktu itu, data yang masuk belum separuhnya.
Amien Rais membuka suara. Menurut Amien, peluang menang kian tipis jika selisih suara kian tebal. “Bisa kalah kita kalau lebih dari 10 persen,” ujarnya. Ia membalikkan badan, lalu masuk ke ruang kerja Prabowo. Di dalam ruangan, Prabowo, Sandiaga, serta sejumlah pendukungnya, seperti Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera Salim Segaf Aljufri dan Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama Yusuf Muhammad Martak, menggelar rapat tertutup.
Tetamu di ruang tengah membuka-buka telepon selulernya. Ada yang mencari tahu situasi di lapangan dengan mengontak tim sukses di daerah, ada juga yang mengecek hasil hitung cepat di media lain. Di antara mereka, ada sekumpulan purnawirawan jenderal yang duduk di sofa, seperti Mayor Jenderal Purnawirawan Soenarko dan Letnan Jenderal Purnawirawan Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah 2008-2013. “Ini tegang. Tegang,” ujar Soenarko, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus.
Walau kalah, perolehan suara Prabowo-Sandiaga dalam hitung cepat melampaui prediksi sejumlah lembaga survei sebelum pencoblosan. Dalam sigi mereka, perolehan suara Prabowo-Sandiaga 30-40 persen. Setelah pemilih yang belum menentukan pilihan terserap, lembaga survei memperkirakan perolehan suara Prabowo dan Jokowi terpaut 15-20 persen.
Sekitar pukul 15.40, Wisjnuprapto, guru besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, yang duduk di sebelah Soenarko, mengabarkan bahwa Prabowo-Sandiaga unggul dalam hitung cepat di Kompas TV, yang dia lihat di telepon selulernya. Politikus Gerindra, Ahmad Riza Patria, yang berada di dekat televisi, meraih remote control dan mengganti saluran.
Perolehan suara ternyata sama saja: Prabowo-Sandiaga di bawah Jokowi-Ma’ruf. Ahmad Riza mengembalikan saluran ke TV One. Keriuhan mereda ketika guru agama Prabowo, Ansufri Idrus Sambo, memanggil tetamu untuk melakukan salat asar bersama jagoan mereka. Televisi pun dimatikan.
Seusai salat, Prabowo-Sandiaga langsung kembali ke ruang kerja Prabowo. Ustad Sambo meminta hadirin yang masih bersila berdoa bersama agar jagoan mereka memenangi pemilihan presiden.
Di ruang sebelah, Prabowo, Sandiaga, dan elite penyokongnya kembali meriung. Kali ini, para pendukung mendesak Prabowo menyikapi hasil pencoblosan. “Jenderal tentara (purnawirawan) dan pemimpin Islam maunya people power. Prabowo dianggap terlalu baik karena tidak mau,” ujar sahabat Prabowo, Maher Algadri, yang hadir dalam rapat.
Setengah jam kemudian, Prabowo-Sandiaga kembali ke ruang tengah. Sandiaga langsung duduk bersila di karpet, sedangkan Prabowo berpidato. Menurut Prabowo, pernyataan sejumlah lembaga survei bahwa Jokowi-Ma’ruf menang adalah strategi dalam perang urat saraf yang dilancarkan petahana. Prabowo mengatakan media pun membesar-besarkan hasilnya. “Ini untuk menjatuhkan moral pendukung kita dan menerima kenyataan bahwa mereka menang,” ujar Prabowo berapi-api.
Ia pun menyatakan akan mendeklarasikan kemenangannya ke publik. Koalisi, kata Prabowo, sedang mempersiapkan gerakan “people power” tanpa kekerasan dengan nama “Gerakan Bhinneka Tunggal Ika” yang dipimpin Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama. Politikus Partai Berkarya, Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto, yang juga ada di ruangan, tampak serius menyimak mantan suaminya berpidato.
Pidato Prabowo dilanjutkan bekas Menteri Koordinator Kemaritiman, Rizal Ramli, dan Amien Rais. Menurut Rizal, nantinya aksi yang dimaksud hanya duduk, berdoa, menyanyikan lagu kebangsaan, dan mendengarkan orasi sejumlah tokoh di depan Istana Negara. Orator yang disiapkan di antaranya Prabowo, Rizal, dan aktivis Gerakan Nasional Pengawal Fatwa, Bachtiar Nasir. “Target satu juta penduduk yang hadir dan digaungkan sampai media internasional,” ujar Rizal.
Sandiaga tak mengucapkan apa-apa kepada para tamu. Sebelum kembali ke ruang kerja Prabowo, Sandiaga dipeluk koleganya dan ditepuk-tepuk pundaknya. Wajahnya murung. Matanya berkaca-kaca. Menurut politikus Gerindra, Miftah Nur Sabri, Sandiaga sedang sakit. “Bang Sandi istirahat di kamar yang berada di lantai dua rumah Prabowo,” katanya.
Prabowo tak mengikuti Sandiaga. Ia keluar dari rumah dan berpidato di panggung di depan pekarangan mengklaim kemenangannya di hadapan pendukung serta wartawan yang berjejal di sana. “Kita menang 55,4 persen. Semua relawan harus mengawal kemenangan di TPS hingga kecamatan,” ujarnya.
Prabowo kembali ke atas panggung pada pukul 20.25. Kali ini, ia menyebut angka kemenangannya naik dari 55,4 menjadi 62 persen. Prabowo menutup orasinya dengan takbir, lalu bersujud syukur di hadapan pendukung.
Di dalam rumah, putra Prabowo, Ragowo Hediprasetyo alias Didit, mondar-mandir mencari ayahnya, yang rupanya telah kembali ke ruang kerja setelah berpidato. Didit menghampiri ayahnya, yang kemudian keluar menuju ruang tengah. Prabowo menyalami para tamunya yang masih bergimbung. Sejumlah hadirin menginterupsi salam-salaman dengan minta berswafoto. Mereka bersorak-sorai, “Presiden... Presiden... Presiden....”
Sekitar pukul 22.00, Prabowo kembali menampakkan diri. Kali ini, ia menggendong kucing peliharaannya yang bernama Bobby the Cat. Dari lantai dua, ia menyorong-nyorongkan kucingnya ke tetamu yang menengadah. “How are you, Mister Vice President?” kata Prabowo kepada Bobby.
Pada Jumat malam dua hari kemudian, hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei sudah final. Hasilnya tak berbeda jauh dengan yang ditayangkan siaran televisi di rumah Prabowo setelah pencoblosan. Indo Barometer, misalnya, memperlihatkan perolehan suara Prabowo-Sandiaga 45,65 persen. Lawannya, Jokowi-Ma’ruf, 54,35 persen.
Walau kalah, perolehan suara Prabowo-Sandiaga dalam hitung cepat melampaui prediksi sejumlah lembaga survei sebelum pencoblosan. Dalam sigi mereka, perolehan suara Prabowo-Sandiaga 30-40 persen. Setelah pemilih yang belum menentukan pilihan terserap, lembaga survei memperkirakan perolehan suara Prabowo dan Jokowi terpaut 15-20 persen.
Indikator Politik Indonesia, misalnya, menyebutkan perolehan suara Jokowi-Ma’ruf mencapai 53 persen dan Prabowo-Sandiaga 30 persen—responden sisanya tak menjawab—pada Oktober 2018. Lima bulan kemudian, survei Indikator menyebut elektabilitas Jokowi dan Prabowo naik, masing-masing menjadi 55,4 persen dan 37,4 persen. “Kami memprediksi Prabowo-Sandi memperoleh 42,1 persen dalam survei Maret lalu,” kata peneliti Indikator, Rizka Halida, Jumat, 19 April lalu.
Pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Kertanegara, Jakarta, 18 April 2019. ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Menurut Rizka, pesatnya kenaikan perolehan suara Prabowo itu lantaran pemilih beragama Islam dan berpendidikan tinggi yang selama ini masuk kategori pemilih mengambang dan pemilih yang belum menentukan pilihan akhirnya berlabuh ke calon nomor 02. Pasangan ini juga dinilai sukses mengkampanyekan isu ekonomi dan daya beli. Faktor lain adalah bergeraknya mesin Partai Keadilan Sejahtera.
Ketua PKS Mardani Ali Sera menuturkan, pada akhir masa kampanye, partainya makin giat memenangkan Prabowo-Sandiaga. Contohnya, para kader di Jawa Barat yang dikomandoi bekas Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, gencar mengetuk pintu rumah calon pemilih dan menggelar pengajian. “Suara kami di Jawa Barat naik dibanding lima tahun lalu,” ujar Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga itu, Kamis, 18 April lalu.
Tapi yang dianggap menjadi gong melonjaknya perolehan suara Prabowo-Sandiaga adalah pernyataan dukungan mubalig Abdul Somad Batubara, Abdullah Gymnastiar, dan Adi Hidayat. Menurut Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional yang juga Wakil Ketua Badan Pemenangan Prabowo-Sandiaga, Eddy Soeparno, para pengkhotbah tersebut bisa menarik pemilih Islam yang masuk kategori undecided voter. “Abdul Somad saja bisa menambahkan dua-tiga persen pemilih secara nasional,” ujar Eddy.
Hasil exit poll Indikator terhadap pemilih yang baru keluar dari bilik suara menunjukkan suara pemilih beragama Islam lebih banyak masuk ke Prabowo-Sandiaga, dengan persentase 51 berbanding 49. Prabowo juga meraup suara telak dari pemilih yang berasal dari kalangan Muhammadiyah dan organisasi Islam lain yang hidup di perkotaan, seperti Persatuan Islam, sebagaimana tecermin dalam exit poll lembaga Poltracking Indonesia.
Toh, Prabowo-Sandiaga tetap kalah meskipun hitung cepat Indikator mencatat pasangan ini menang di 13 provinsi. Menurut Mardani Ali Sera, penyebab utamanya adalah kekalahan yang jero di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Guncangan itu tidak bisa ditutupi dari kemenangan di Jawa Barat dan provinsi lain,” ujarnya.
Menurut hasil hitung cepat Indikator di sejumlah provinsi, Prabowo mendulang suara dari basis lamanya. Tidak hanya dipertahankan, keunggulannya kian telak. Di Jawa Barat, provinsi dengan pemilih terbesar, misalnya, perolehan suara Prabowo mencapai 60,63 persen, naik dari 59,78 persen pada 2014. Di Sumatera Barat dan Aceh, perolehan suaranya bahkan menembus 80 persen. Prabowo pun unggul jauh di Banten, daerah asal Ma’ruf Amin.
Toh, Prabowo-Sandiaga tetap kalah meskipun hitung cepat Indikator mencatat pasangan ini menang di 13 provinsi. Menurut Mardani Ali Sera, penyebab utamanya adalah kekalahan yang jero di Jawa Tengah dan Jawa Timur. “Guncangan itu tidak bisa ditutupi dari kemenangan di Jawa Barat dan provinsi lain,” ujarnya. Perolehan suara Prabowo di Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut versi hitung cepat “hanya” 22,98 persen dan 34,34 persen. Selain Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah provinsi dengan jumlah pemilih paling gemuk.
Hingga Jumat, 19 April lalu, Prabowo masih tak menerima hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei. Di rumah peninggalan keluarganya di Kertanegara, ia menyelenggarakan syukuran kemenangan. “Saya ulangi, pada hari ini, saya, Prabowo Subianto, menyatakan bahwa saya dan Sandiaga Uno mendeklarasikan kemenangan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI tahun 2019-2024 berdasarkan penghitungan lebih dari 62 persen real count,” kata Prabowo.
Sandiaga, yang kali itu muncul di depan kamera, tetap tak berkata-kata. Ia hanya mengacungkan jari telunjuk dan jempolnya.
HUSSEIN ABRI DONGORAN, DEVY ERNIS, BUDIARTI UTAMI PUTRI, RYAN DWIKY ANGGRIAWAN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo