Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Problem Kusut Air Bersih Warga Jakarta

Sulitnya akses air minum masyarakat di permukiman padat masih menjadi masalah yang tak kunjung usai. Semakin minimnya ketersediaan sumber air baku menjadi penyebab sulitnya pemenuhan hak air minum warga. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan segera menuntaskan problem pemenuhan hak air minum bagi warganya. 
 

5 Januari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga memeriksa pasokan air di sumur di Jalan Lodan Raya, Gang Madrasah, Kampung Bandan, Jakarta Utara, 4 Januari 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Sulitnya akses air minum masyarakat di permukiman padat masih menjadi masalah yang tak kunjung usai.

  • Semakin minimnya ketersediaan sumber air baku menjadi penyebab sulitnya pemenuhan hak warga atas air minum.

  • Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diharapkan segera menuntaskan problem pemenuhan hak atas air minum bagi warganya.   

JAKARTA -- Sembari menenteng dua ember plastik bekas wadah cat, Jefri menyusuri gang sempit selebar setengah meter di kawasan Gang Madrasah, Kampung Bandan, Jakarta Utara, kemarin. Pria berusia 30 tahun itu hendak menimba air sumur yang jaraknya tak sampai 20 meter dari rumahnya.
 
Sesampai di lokasi, Jefri melempar gayung bertali ke dalam sumur mungil yang berdiameter tak sampai satu meter. Selanjutnya, ia menenteng kedua ember melewati gang sempit itu lagi. Kali ini ia berjalan perlahan sembari menjaga agar air di ember tidak tumpah. "Air akan dipakai cuci piring," katanya sambil tersenyum, kemarin.
 
Kegiatan menimba air sering Jefri dan beberapa warga RT 9 RW 2 Kampung Bandan, Kelurahan Ancol, lakukan dalam beberapa bulan terakhir. Musababnya, air pipa PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) terganggu sejak empat bulan yang lalu. 
 
Buruknya aliran air pipa juga dikeluhkan Kasno, pemilik usaha warung makan di Gang Madrasah. Menurut dia, air hanya mengalir saat siang. Itu pun air yang keluar dari keran tak sederas biasanya. "Sudah begitu, airnya keruh dan berbau busuk," kata Kasno.
 
Tempo sempat melihat air pipa dari rumah Kasno. Benar saja, air itu keruh kecoklatan. Bau busuk pun tercium dari air tersebut. 
 
Buruknya air pipa membuat Kasno harus menyiapkan duit lebih untuk membeli air isi ulang galon untuk memasak di warung makan miliknya. Satu galon air isi ulang dihargai Rp 5.000. Setidaknya, dalam satu hari, Kasno membeli lima galon air isi ulang. "Untuk menanak nasi, masak sayur, dan minum. Tidak mungkin saya pakai air keruh dan bau untuk memasak," kata pria yang menjabat Wakil Ketua RT 09 tersebut. 
 

Warga menunjukkan kualitas air yang menguning di Jalan Lodan Raya, Gang Madrasah, Kampung Bandan, Jakarta Utara, 4 Januari 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Beruntung Kasno masih punya saluran pipa air tanah yang bersumber dari sumur di belakang rumahnya untuk kebutuhan mandi dan lainnya. Menurut dia, kualitas air tanah jauh lebih bagus ketimbang air keruh pipa Palyja. 
 
Kasno pun mengaku sudah jengah mendengar keluhan warga tentang buruknya kualitas air pipa. Ia sempat mengusulkan aksi protes kepada Palyja ke Ketua RW dan Dewan Kelurahan. Namun mereka menolak rencana Kasno cs. "Mereka bilang tunggu dulu. Lebih baik sampaikan surat ke Palyja," kata dia. 
 
Kasno dan warga lainnya menyesalkan sikap Palyja yang tak memberikan kabar tentang buruknya kualitas air pipa. Bahkan sejak layanan air terganggu pun, tak ada kejelasan sebab musabab dari perusahaan. "Kami harap air segera diperbaiki. Air penting untuk kami. Toh, kami membayar biaya per bulannya," kata Kasno.
 
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta, Tubagus Soleh Ahmad, mengatakan pemenuhan hak atas air bersih warga Jakarta merupakan problem yang tak kunjung usai. Menurut Tubagus, penyebab utama sulitnya memenuhi hak air adalah sumber air permukaan dan tanah yang semakin terbatas. 
"Hal ini karena kualitas yang semakin buruk akibat pencemaran," kata Tubagus ketika dihubungi, kemarin. 
 
Masalah bertambah ketika pemerintah menyerahkan sumber air bersih kepada operator swasta yang tak sanggup menjawab hak dasar warga akan kebutuhan air. Sebab, operator swasta sejauh ini hanya mengejar keuntungan ekonomi. "Padahal kualitas layanan airnya pun tak merata," kata Tubagus.
 
Jika sudah begini, Tubagus mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan layanan perpipaan mampu menjangkau seluruh masyarakat secara adil dan layak. Ia pun berharap pemerintah provinsi bisa memberikan layanan air pipa secara gratis kepada masyarakat. 
 
Tubagus juga mendesak pemerintah segera memulihkan sumber air baku di permukaan dan tanah demi mengembalikan kualitas air minum. "Dan melarang sektor komersial untuk mengambil air tanah," kata dia.

 

Pihak Palyja belum memberikan tanggapan tentang keluhan layanan air di Kampung Bandan. Upaya konfirmasi melalui pesan singkat kepada Corporate Communications and Social Responsibility Division Head Palyja, Lydia Astriningworo, kemarin, belum mendapat respons.
 
Pakar tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, juga mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memudahkan akses air minum kepada warga yang tinggal di kawasan padat dan kumuh. Menurut Nirwono, pemerintah bisa memulai dengan menyusun rencana induk pembangunan jaringan perpipaan air minum dan peta jalan pemenuhan kebutuhan air minum dalam 10 tahun ke depan. 
 
Menurut Nirwono, sudah seharusnya Pemprov DKI memprioritaskan kawasan yang darurat sumber air minum. "Seperti di Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur bagian utara," kata Nirwono kepada Tempo, kemarin.
 
Selain kawasan padat penduduk, Nirwono menyarankan Pemprov DKI menyiapkan jaringan air perpipaan di kawasan industri, perkantoran, pusat belanja, dan kawasan permukiman menengah-atas. Nirwono juga berharap pemerintah bisa mengoptimalkan sumber air baku dan tempat penampungannya, seperti waduk, embung, danau, dan sungai. "Serta melakukan proses distilasi air laut untuk memenuhi kawasan pesisir pantai utara Jakarta," kata dia. 
 
INDRA WIJAYA
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Indra Wijaya

Indra Wijaya

Bekarier di Tempo sejak 2011. Alumni Universitas Sebelas Maret, Surakarta, ini menulis isu politik, pertahan dan keamanan, olahraga hingga gaya hidup.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus