Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
FRANSISKUS Xaverius Hadi Rudyatmo masih mengingat jelas hari berpulangnya ibu Presiden Joko Widodo, Sudjiatmi Notomihardjo, pada Rabu, 25 Maret 2020. Rudy—panggilan Hadi Rudyatmo, saat itu Wali Kota Surakarta—dimintai tolong oleh keluarga Presiden untuk mengurus jenazah dari Rumah Sakit TNI Slamet Riyadi, Solo, hingga ke rumah duka di Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Jawa Tengah. Namun tugasnya bertambah saat ia mendengar istri Presiden, Iriana Jokowi, tak datang ke rumah duka.
Ketua Dewan Pengurus Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu berinisiatif mencarikan alasan bagi para menteri kabinet yang menanyakan. “Saya bilang ibu negara sedang terkena Covid,” kata Rudy kepada Tempo di Solo, Jumat, 10 November lalu.
Rudy tak pernah tahu pasti alasan Iriana tak mendampingi Jokowi yang tengah berduka. Dua kerabat Jokowi juga menyatakan Iriana tak hadir di rumah duka hingga permakaman keluarga di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sehari kemudian. Adik perempuan Jokowi, Iit Sriyantini, terlihat terus berada di samping kakaknya.
Seorang kolega Jokowi dan dua kerabatnya bercerita, hubungan Iriana dengan keluarga Jokowi bagai air dan minyak. Entah apa penyebabnya. Menurut mereka, kondisi itu terjadi sebelum Jokowi menjabat Wali Kota Solo pada 2005. Namun perbedaan sikap ini belakangan mencair setelah mencuat gagasan Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden.
Pencalonan Gibran menjadi perhatian besar keluarga besar Jokowi dan Iriana. Tiga anggota keluarga besar Jokowi menyatakan masih ada yang mempertanyakan alasan Gibran maju. Sebab, karier politiknya terbilang masih sangat pendek. Gibran baru dilantik menjadi Wali Kota Solo menggantikan Rudy pada Februari 2021.
Orang dekat Gibran bercerita kepada Tempo bahwa koleganya itu lebih akrab dengan keluarga Iriana. Menurut narasumber ini, keluarga Iriana kerap memberi nasihat tentang gaya komunikasi Gibran. Kakak Iriana, Hariyanto alias Antok, disebut-sebut sering memberi masukan untuk Gibran. Misalnya cara berkomunikasi dalam bahasa Jawa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Francisca Christy Rosana, Hussein Abri Dongoran, Shinta Maharani dari Yogyakarta, dan Septhia Ryanthie dari Solo berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Diplomasi Keluarga Ibu Negara"