Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Proyek Lain Mister Sam

Selain berbisnis minyak, Sam Pa menawarkan investasi di sektor-sektor lain. Dikenalkan dengan Jokowi sebelum pelantikan presiden.

24 November 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRESIDEN Joko Widodo mengumpulkan sejumlah menteri di Istana Negara pada akhir Oktober lalu. Bukan melakukan rapat kabinet, mereka sedang menjamu tamu dari jauh: Sam Pa. Pebisnis dari Cina itu ditemani dua fungsionaris Partai NasDem, Enggartiasto Lukita dan Rerie L. Moerdijat.

"Presiden membicarakan rencana membuka investasi di sektor transportasi, pelabuhan, dan energi," kata Enggartiasto, Kamis pekan lalu.

Tetamu bisnis itu merupakan orang-orang dekat Surya Paloh. Rerie adalah Wakil Presiden Media Group, konglomerasi media milik Ketua Umum Partai NasDem itu. Adapun Enggartiasto merupakan pengusaha yang lama berkongsi dengan Surya. Begitu juga Sam Pa. Dia kolega bisnis politikus dan pelaku bisnis senior itu. Menurut sejumlah koleganya, perusahaan katering Surya menangani manajemen kamp sejumlah ladang minyak perusahaan Sam Pa.

Setelah mengobrol empat jam, Presiden Jokowi meminta dipanggilkan Basuki Tjahaja Purnama, Pelaksana Tugas Gubernur Jakarta, yang pekan lalu resmi memimpin Ibu Kota secara definitif. Basuki tiba ditemani ajudan pukul 16.00. Ia langsung bergabung dengan tamu-tamu lain Presiden.

Sembari memperkenalkan tamu-tamunya, terutama Sam Pa, Jokowi mengatakan kepada Basuki bahwa mereka tengah membicarakan investasi di bidang infrastruktur. Di situlah Sam Pa, yang terlihat pendiam, angkat bicara. "Mister Sam mengatakan, jika proyek mass rapid transit perlu diselesaikan segera, ia siap membantu," ujar Enggartiasto.

Menurut Enggartiasto, Basuki tak langsung menjawab tawaran itu. Ia menyerahkannya kembali kepada Presiden dan para menteri. Waktu itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Andrinof Achir Chaniago juga hadir. "Kewenangan investasi dalam infrastruktur besar memang ada di Bappenas," kata Enggartiasto.

Saat Jokowi menjadi Gubernur Jakarta pada 2012, ia menggeber proyek mass rapid transit yang terkatung-katung selama 25 tahun. Kini proyek itu mulai berjalan dengan pembangunan konstruksi bawah tanah dari Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta Pusat hingga Blok M di Jakarta Selatan. Sam Pa menawarkan pembangunan ruas lain transportasi massal itu.

Basuki mengatakan hadir dalam pertemuan di Istana itu. Namun ia menolak menceritakan detail isi pertemuannya. "Saya cuma lima belas menit di sana," ujarnya.

Bagi Jokowi, Sam Pa sudah dikenal sebelum ia dilantik menjadi presiden pada 20 Oktober 2014. Surya Paloh dan Enggartiasto pernah mengantar laki-laki setengah baya itu ke rumah dinas Gubernur DKI, tempat tinggalnya sebelum pindah ke Istana Negara. Mereka membicarakan berbagai peluang investasi di Indonesia, ditemani, menurut Enggartiasto, sajian mi rebus andalan tuan rumah.

Sudirman Said menggambarkan betapa pembicaraan antara Jokowi dan Sam Pa tentang kerja sama Pertamina dengan Sonangol telah dilakukan jauh sebelum ia menjadi Menteri Energi. Setelah ditunjuk menjadi menteri, Sudirman mengaku hanya diberi tahu bahwa Indonesia sudah sepakat dengan pemerintah Angola untuk mengimpor minyak mentah. "Perantaranya, ya, Sam Pa itu," ucapnya.

Sonangol, perusahaan minyak milik pemerintah Angola, akan mengimpor minyak mentah sekitar 100 ribu barel. Sebagai menteri yang tak diajak berdiskusi sejak awal, Sudirman menanyakan kepada Pertamina soal Sam Pa dan Sonangol. "Ini perusahaan bonafide dengan produksi minyak 1,8 juta barel sehari," katanya. Indonesia, dengan jumlah penduduk sepuluh kali lipat, hanya memproduksi minyak 700 ribu barel sehari.

Sam Pa telah berkongsi dengan Surya di ladang minyak Blok Cepu, Jawa Timur. Perusahaan Sam Pa, China Sonangol Ltd, bersama PT Surya Energi Raya membeli 4,5 persen saham ExxonMobil Ltd yang menggarap Cepu pada 2009. Waktu itu, Surya Energi terancam gagal bayar karena Merrill Lynch, lembaga pemberi pinjaman, mengundurkan diri. Sam Pa lalu memberikan pinjaman US$ 200 juta kepada Surya untuk keperluan ini.

China Sonangol merupakan perusahaan patungan Sonangol EP--perusahaan minyak Angola--dan New Bright International Development, yang berbasis di Hong Kong. Sam Pa tak lain pemilik 70 persen saham New Bright. Menurut Rerie Moerdijat, berkat Sam Pa, Angola bersedia memasok minyaknya ke Indonesia. "Pak Surya yang menjembataninya," ujar Rerie.

Perkongsian Sam Pa dan Surya Paloh dimulai pada 2000. Menurut Surya, ia berkenalan dengan Sam Pa secara unik dan tak terduga, yakni sebagai sesama pelanggan sebuah salon di Singapura. "Jangan tanya barbershop yang mana," kata Surya. Sejak itulah keduanya melanjutkan persekutuan bisnis di Blok Cepu.

Surya mengatakan sadar akan dicurigai ketika memperkenalkan Sam Pa kepada Presiden. Apalagi perkenalan itu ditindaklanjuti dengan kesepakatan bisnis impor minyak dengan Angola. Ketika kesepakatan Angola-Indonesia diteken, muncul tudingan bahwa sektor minyak Indonesia telah beralih ke tangan "mafia baru".

Surya menjamin tak mengambil untung dari bisnis impor minyak itu. Dalam skema yang sudah disusun Pertamina, perusahaan pengimpor minyak akan dibuat dengan saham patungan Indonesia dan Angola lewat pola joint venture. Dengan diskon US$ 15 per barel dan tender tak lagi melalui Petral--anak usaha Pertamina yang berbasis di Singapura, yang mengurusi impor minyak--Indonesia akan hemat Rp 11 triliun setahun.

Kekhawatiran minyak dikuasai "mafia baru" bukan tanpa alasan. Sam Pa diberitakan oleh media-media luar negeri, seperti The Economist, sebagai kepanjangan tangan pemerintah Cina. Bisnis minyak lelaki 56 tahun ini menjangkau negara-negara Afrika lewat Queensway Group. Sam Pa ditengarai menjalin kerja sama produksi minyak dengan pemerintah Presiden Robert Mugabe di Zimbabwe.

The Economist dalam laporan utama "China International Syndicate and the Africa Trade", edisi Agustus 2011, menyebut Sam Pa seorang laki-laki misterius yang memiliki banyak nama alias. Nama lain dia di antaranya Samo, Sam King, Sa Muxu, Xu Songhua, Xu Jinghua, dan Ghui Ka Leung.

Perkenalannya dengan Angola dimulai pada 2002, ketika Cina membuka perdagangan dengan negara asing setelah menutup diri secara komersial. Mula-mula Sam Pa berkenalan dengan Helder Bataglia, pedagang Portugal yang besar di Angola. Dari sana, ia menjalin lobi dengan Pierre Falcone, pedagang Aljazair yang tinggal di Prancis tapi punya hubungan erat dengan elite Angola.

Ketiganya membujuk pemerintah Angola mengekspor minyak ke Cina dengan mendirikan China Sonangol. Misi Sam Pa berhasil ketika Wakil Presiden Angola Manuel Domingos Vicente didapuk menjadi Presiden China Sonangol pada 2005. Perantara ekspor minyak tersebut adalah Sinopec, yang kemudian membawa Sonangol ke Indonesia.

Sam Pa belum bisa dimintai komentar untuk tulisan ini. Enggartiasto dan Rerie, yang berjanji menghubungi Sam Pa untuk diwawancarai Tempo, belum memenuhinya hingga tenggat.

Menurut Enggartiasto, Sam Pa akan masuk ke semua sektor yang dibuka Jokowi. "Transportasi, pelabuhan, kampung nelayan, dan perumahan rakyat. He just tried dan akan bekerja sama dengan banyak BUMN," katanya.

Ayu Prima Sandi, Bagja Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus