Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

MRT Cikarang-Tangerang Butuh Banyak Donor

PT MRT Jakarta mengklaim sudah memiliki beberapa perusahaan yang berminat meminjamkan dana untuk pembangunan jalur kereta MRT east-west line. Rute sepanjang 87 kilometer ini memang membutuhkan dana sekitar Rp 160 triliun.

3 Maret 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gambar udara Proyek MRT Fase 2 CP 202 di Stasiun Gajah Mada, Jakarta, 2 Maret 2022. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • MRT Jakarta menyebutkan ada empat perusahaan dan lembaga yang berniat meminjamkan dana untuk proyek east-west line.

  • Proyek east-west line akan dimulai dengan pembangunan stasiun dan jalur kereta di wilayah Jakarta.

  • Jalur kereta MRT east-west line yang melintas di Jakarta sepanjang 33,9 kilometer.

JAKARTA – Proyek jalur kereta mass rapid transit (MRT) dari Cikarang, Bekasi, hingga Balaraja, Tangerang, atau east-west line diprediksi membutuhkan anggaran sekitar Rp 160 triliun. Dalam proyek ini akan dibangun 49 stasiun dengan rute yang terbentang sepanjang 87 kilometer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, pendanaan megaproyek tersebut harus berasal dari sejumlah lembaga atau memakai skema multiple source of fund. "Tak bisa seperti pembangunan di rute Lebak Bulus-Ancol Barat yang cukup dari satu sumber saja," kata dia, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

William mengklaim perusahaannya sempat menerima pernyataan minat dari sejumlah lembaga peminjaman untuk proyek east-west line. Beberapa di antaranya adalah Asian Delevopment Bank, Asian Infrastructure Investment Bank, Japan International Cooperation Agency, dan pemerintah Inggris.

Bahkan MRT Jakarta sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan asal Inggris, Crossrail International Ltd, sejak tahun lalu. Rencananya, badan usaha milik daerah (BUMD) Jakarta ini akan menggali ilmu dan pengalaman dari perusahaan yang pernah membangun jalur kereta timur-barat sepanjang 117 kilometer di Kota London itu. Pembangunan jalur transportasi massal ini membutuhkan waktu 15 tahun (2008-2023) dengan biaya sekitar Rp 350 triliun. "Ada banyak hal yang bisa di-adopt dari pengalaman Crossrail membangun jalur timur-barat mereka," ujar William.

 

Hal tersebut disampaikan William sebagai tanggapan atas instruksi Presiden Joko Widodo yang meminta agar pembangunan seluruh jalur kereta MRT di Jakarta segera selesai, pekan lalu. Presiden meminta agar pembangunan tiga rute kereta MRT Jakarta lebih cepat untuk menciptakan sistem integrasi transportasi yang utuh.

Tiga rute tersebut adalah rute south-north, Lebak Bulus-Ancol Barat; rute east-west, Ujung Menteng-Kalideres; dan rute selatan, TMII-Fatmawati. Adapun MRT belum berhasil menuntaskan pembangunan rute I yang sudah beroperasi pada 2019. Saat ini, perusahaan pelat merah tersebut harus menuntaskan tender dan penunjukan langsung pembangunan pada tiga paket proyek.

Rute TMII-Fatmawati, kata William, akan segera masuk tahap pembangunan konstruksi fisik. Dokumen studi kelayakan atau feasibility study proyek sepanjang 12 kilometer tersebut akan selesai bulan ini. Sedangkan pembangunan east-west line baru masuk proses penyelarasan dokumen studi kelayakan. Selain itu, Kementerian Perhubungan tengah menyelesaikan desain dasar pembangunan stasiun dan jalur pada rute tersebut.

Rencananya, jalur MRT timur-barat di wilayah Jakarta akan menjadi ruas yang paling awal dibangun. Pembangunan rute sepanjang 33,9 kilometer ini dibagi menjadi dua segmen. Segmen I sepanjang 23,1 kilometer terbentang dari Ujung Menteng hingga Taman Anggrek, sementara segmen II dari Taman Anggrek sampai Kalideres sepanjang 10,8 kilometer.

Pembangunan Stasiun Tahmrin-Monas pada proyek MRT fase II di Jakarta, 28 Oktober 2021. TEMPO/Subekti

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulkifli, pun membenarkan bahwa proyek east-west line merupakan salah satu proyek pembangunan jalur kereta yang menjadi fokus tahun ini. Dalam outlook pengembangan perkeretaapian, pemerintah akan memulai proyek MRT tersebut dengan pembangunan prasarana, yaitu engineering service untuk fase I atau jalur kereta di wilayah Jakarta.

Pengamat tata kota Nirwono Joga menilai MRT Jakarta sebaiknya berfokus pada pembangunan jalur yang memiliki potensi jumlah penumpang tinggi. Selain itu, kata dia, MRT bertanggung jawab mempercepat pembangunan fase IIA dan IIB pada rute Lebak Bulus-Ancol Barat. Menurut dia, pembangunan rute selatan atau TMII-Fatmawati masih bisa ditunda karena belum signifikan.

Selain itu, Nirwono melanjutkan, pemerintah harus mengembangkan kawasan transit-oriented development (TOD) bersamaan dengan pembangunan east-west line. Pemerintah juga bisa membangun semua TOD pada jalur tersebut bersamaan dengan pengerjaan konstruksi fisik stasiun dan jalur kereta. Hal ini akan mempercepat proses pembangunan kawasan integrasi tersebut. "Terutama simpul-simpul potensial di setiap rute," kata dia.

FRANSISCO ROSARIANS
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus