GURU marah, murid salah tingkah. Ini kejadian di Madrasah Ibtidaiyah Desa Ketro, Sragen, Jawa Tengah. Ada guru memarahi Supar, 11 tahun, murid kelas IV yang sering bolos dan rapornya merah melulu. Supar lalu mengadu kepada pamannya, Dalimi. Orang tuanya cerai, dan ibunya jarang di rumah karena bekerja sebagai tukang cuci dan buruh tani. Mendengar pengaduan Supar, si paman tak merasa heran sebab ia tahu bengalnya si keponakan. Lalu ia menyeletuk sekenanya. "Sudahlah, gurumu itu diracun saja," ujarnya. Belakangan Dalimi menyebut ucapannya ini hanya guyonan karena merasa jengkel dengan kenakalan si Supar. Tapi, dalam paham Supar, pesan pamannya ini merupakan dorongan semangat. Ia datang ke sekolah membawa sebungkus racun serangga, awal Mei silam. Pas hari itu ia mendapat giliran memasak minuman. Ini sebuah pelajaran tambahan untuk keterampilan di sekolah tersebut. Di dapur, Supar memasukkan racun serangga tadi ke dalam seduhan minuman. Dapat 10 gelas. Supar lalu masuk kelas. Belum sampai teh itu dihidangkan, para guru geger karena mencium bau yang menyengat dari arah dapur. Mereka lalu menanyai Supar. Murid berkulit cokelat dan bertubuh agak kekar ini mengaku memberi tambahan adonan dengan racun. Wah! Para guru bersyukur, mereka belum sampai meminum teh beracun itu. Lalu mereka mengadukan Supar ke polisi. "Ulah Supar sudah membahayakan. Bukan kenakalan biasa," kata M. Ngalim, kepala sekolah. Polisi turun tangan. Dalimi juga diperiksa. Supar tidak sampai ditahan karena masih di bawah umur. Tapi dia diskors dari sekolahnya. "Banyak yang menyarankan, dia dibawa ke Bispa. Kami sekeluarga setuju. Anak itu memang nakal," kata Dalimin kepada Kastoyo Ramelan dari TEMPO. Bispa itu singkatan Bimbingan Sosial dan Pengentasan Anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini