Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dicekal singkatan

Rahmat yani,27, dan hasbullah,32, warga kisaran, sumatera utara batal masuk negeri malaysia. keduanya ditolak petugas perbatasan karena hanya soal singkatan kg (keji). keduanya terlanjur menjual harta untuk jadi TKI.

4 Juni 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SALAH kata ditolak masuk Malaysia. Pengalaman asam ini menimpa Rahmat Yani,27 tahun, dan Hasbullah, 32 tahun. Agar mendapat ongkos melancong ke sana,warga Kisaran di Sumatera Utara ini menabung setahun dari jerih keringatnyasebagai RBT (rakyat banting tulang), istilah setempat untuk penarik ojek.Selain menyiapkan biaya paspor Rp 130.000, fiskal Rp 102.500, tiket feripulang-pergi Rp 145.000, mereka juga siap masing-masing Rp 750.000, yakni uangtunjuk ke imigrasi Malaysia sebagai syarat melawat.Juga mereka punya alamat yang dituju: Amaluddin Sinaga di 33-D Lorong RajaMuda Musa Satu, Kg. Baru, Kuala Lumpur, Poskod 50300. Setelah empat jammengarungi gelombang, feri merapat di Port Klang, Malaysia. Tiga petugasimigrasi naik -- satu bermata sipit dan dua Melayu."Awak mau pigi mana?" tanya petugas kepada Rahmat. "Ke tempat abang,"jawabnya. "Awak punya abang siape name?" tanya sang petugas lagi. Rahmatmenyebut Amaluddin Sinaga plus alamatnya. Tapi Rahmat membacanya menurut lafallidah Indonesia. Singkatan Kg disebutnya kage."Kage itu apa?" tanya si petugas sambil mengernyitkan keningnya. "Yangsaya maksud kage itu ini," sahut Rahmat menunjuk tulisan Kg di kertas. "Itubukan kage, itu keji," si petugas menyebut dalam lafal Inggris. "Ya, ya,keji," kata Rahmat yang cuma tamatan SMP itu. "Keji, apa maksud?" sodokpetugas itu lagi. Rahmat bengong. "Kalau begitu, Enchik tidak bisa masukMalaysia, harus kembali ke Indonesia dengan kapal ini juga," ujar petugas."Kami punya duit. Kalau tak jumpa abang itu, bisa tidur di hotel," ujarRahmat sambil menepuk saku celananya yang menggelembung. Tapi sia-sia. Dari 93penumpang, ada delapan yang dicekal, termasuk Rahmat dan Hasbullah. Tak jelasapakah mereka semua dicekal dengan alasan ganjil seperti dialami Rahmat. Yangjelas, mencogok di tangga feri pun mereka dilarang. Keesokan harinya merekapulang ke kampung.Sementara itu, ayah Rahmat, Yus Rivai Harahap, akan menanyakan kasus anaknyaitu ke Konsulat Malaysia di Medan. Juga ia akan menggugat pemerintah Malaysiasebab pencekalan anaknya hanya karena tak mengerti singkatan di Malaysia itu."Manalah aku tahu arti singkatan mereka. Kalau turis Malaysia ditanya soalsingkatan di Indonesia, pasti mereka bingung juga," kata Rahmat.Menurut laporan Mukhlizardy Mukhtar dari TEMPO, kini Rahmat Yani kembalimenjadi RBT. Dan Hasbullah menganggur karena sepeda motornya dilego untukmenambah biaya ke Malaysia tadi. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus