KETIKA Raden Soedjarwo menjadi Bupati Jember, belum terfikir
oleh siapapun bahwa tanah di sebelah timur Kali Bedadung bakal
menjadi ramai. Tapi Bupati Soedjarwo waktu itu ingin membangun
satelit kota di sana. Untuk itu didirikanlah sebuah jembatan
yang menghubungkan kota Jember dengan daerah yang termasuk desa
Sumbersari, Kecamatan Wirolegi itu.
Namun ketika maksud Universitas Negeri Jember untuk membangun
kampus Universitas di Ketajik sana, yang jauh dari keramaian
kota di kawasan kecamatan Panti ditolak, maka daelah "wetan
kali" itupun menjadi perhatian. Jembatan tadi yang sebelumnya
diterlantarkan, kini malahan diperbaiki dan diberi nama
"jembatan Soedjarwo".
Bupati Abdulhadi pun turun tangan untuk menjadi Ketua Umum
Panitya pembangunan kampus. Seperti ketika membangun mesjid "Al
Baitul Amien" yang konon arsitekturnya paling indah di kawasan
Asia Tenggara, Abdulhadi akan membangun kampus ini juga dari
kantong masyarakat. "Artinya masyarakat yang membangun secara
gotong royong", katanya dulu selesai membangun masjid. Dengan
demikian maka terlintas dalam fikirannya hahwa pada saatnya yang
tepat nanti, para petani dikenakan sumbangan berapa kwintal
gabah selama berapa kali panen. Seperti membangun masjid dulu
sekwintal gabah untuk dua kali panen.
Agak Menyesal
Tak tanggung-tanggung menurut rencana Bupati Abdulhadi
pembangunan kampus ini akan menelan biaya 200 milyar rupiah, di
atas tanah 200 hektar dan diperkirakan selesai dalam 20 tahum
Maka perhatian orang pun makin tertuju ke wetan kali, terutama
kaum berduit. Dua tiga tahun yang lalu tanah di sana masih
selatus sampai 300 rupiah per-meter. Tapi kini melonjak menjadi
Rp 8.000. Sedang yang agak jauh bisa 4 ribu rupiah. Temyata
tanah itu banyak dibeli orang berduit, termasuk para pejabat dan
dosen universitas Jember. "Entah maksudnya untuk buat membangun
rumah sendiri atau untuk dijual kepada panitya dengan harga
tinggi", kata Kepala Desa Awijaya.
Pencarian dana untuk kampus yang dipimpun Bupati Abdulhadi
dilakukan terus. Antara lain dengan cara mendatangkan film bagus
yang di-premier-kan, sampai kontes kacamata dan boksen. Uang pun
terkumpul sedikit demi sedikit. Sementara itu dana dari
Pemerintah lewat Pengembangan Pembangunan Universitas Daerah
mulai mengalir. Rektor Soetardjo ingin lebih dulu memanfaatkan
uang dropping itu untuk membangun perumahan dosen lalu kampus
Fakultas Sastra. Dan dari ADO Jawa Timur selesai dibangun pula
sebuah gedung serba guna "Pusat Kegiatan Mahasiswa".
Berdasarkan surat keputusan Bersama antara Mendagri, Menteri
P&K, Menteri Keuangan dan Menteri PUTL di daerah Jawa Timur
dibangun tiga Pusat Kegiatan Mahasiswa. Masing-masing untuk
Universitas Negeri Jember, IKIP Malang dan IKIP Surabaya.
Ketiganya dibangun dengan biaya 200 juta rupiah dan pertengahan
masa kampanye pemilu lalu diserahkan Mendagri Amirmachmud kepada
Sekjen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan T. Umar Ali untuk
diteruskan kepada para rektor. Tak heran jika kampung wetan kali
semakin menarik perhatian, lebih-lebih jika bulan ini listrik
mulai masuk ke sini.
Melihat uang mulai mengalir dari Departemen P&K, Bupati
Abdulhadi tak perlu payah-payah lagi mengumpulkan uang serupiah
dua rupiah. Akhirnya toh 20 tahun lagi kampus juga akan selesai
tanpa mengerahkan energi daerah kelewat banyak. Tapi tak urung
Abdulhadi agak menyesal juga. "Masakan saya tidak diberitahu
kalau universitas punya uang dan bisa membangun kampus", katanya
kepada pengurus Dewan Mahasiswa. Apa jawab pejabat Universitas
Negeri Jember, "Lha wong yang diterima Universitas ini uangnya
departemen sendiri dan merupakan anggaran rutin, dibuat belanja
apapun kan untuk kita juga". Tahun ini juga kampus Fakultas
Sospol akan dibangun juga di Tegalboto. Sementara itu harga
tanah mulai menggila, sebab banyak menyangka Universitas Negeri
Jember banyak uang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini