TAMPANG dan penampilannya mirip lelaki. Rambut pendek, selalu bercelana panjang dan berjaket jeans. Sejak bocah Rohaeti memang sudah begitu. Dulu ia gemar main kelereng dan hanya betah berkumpul dengan anak-anak lelaki. Perilakunya? Ini yang aneh di mata warga desa: Rohaeti, 20 tahun kini, pernah memacari empat perawan. Tapi, sejauh itu penduduk Air Mancur, sebuah desa di pelosok Bandung, belum merasa perlu mencampuri urusan pribadi si Roh. Apa salah, seorang wanita berperilaku seperti lelaki? Celaka, sebelum terjawab, pertanyaan itu kedaluwarsa sudah. Sebab, muncul pertanyaan yang lebih relevan. Yakni benarkah Rohaeti seorang perempuan, atau ia laki-laki? Tersebutlah seorang perawan Desa Air Mancur bernama Dewi Setiawati. Belakangan ini gadis 18 tahun itu tampak semakin gemuk. Sampai akhirnya keluarga si Dewi menduga dia hamil. Dibawalah ia ke klinik, dan pemeriksaan di pertengahan Juni lalu itu mengatakan positif. Artinya, Dewi yang masih lajang itu hamil. Keluarga Dewi, seperti lazimnya sebuah keluarga, geger. Dewi konon bungkam seribu bahasa bila ditanya siapa yang membuatnya hamil. Keluarga ini lebih geger karena tiba-tiba Dewi hilang. Kini bukan hanya keluarga itu, tapi Desa Air Mancur pun ikut bingung. Soalnya, si Rohaeti ikut menghilang. Persoalan semakin membingungkan, setelah dua hari kemudian dua yang hilang muncul kembali bersama-sama. Puncak kebingungan terjadi ketika Dewi dan Roh minta dikawinkan. Segera, rapat darurat dilakukan oleh kedua keluarga. Tapi tak dihasilkan kata putus. Mengapa mereka minta dikawinkan? Siapa pula yang menghamili Dewi? Itulah masalah yang tak terjawab. Akhirnya kedua keluarga sepakat, rapat diperbesar, dengan melibatkan para tetua desa. Dalam sidang darurat desa inilah, sekali lagi terjadi kejutan. Rohaeti tiba-tiba membuat pernyataan bahwa ia telah menghamili Dewi dan sanggup bertang- gung jawab. Kalau pernikahan mereka tak direstui, ia mengancam akan membawa kabur ceweknya. Anggota sidang, konon, hanya bengong. Mana ada di dunia ini perempuan menghamili perempuan, begitu mungkin pikir mereka. Sebelum kebengongan habis, tiba-tiba kata si Roh, "Saya telah berubah jadi lelaki." Kali ini kejutan meledakkan suasana dengan tawa. Semua peserta pertemuan ini terkekeh-kekeh. Begitu suasana kembali tenang, seseorang menoleh pada Rohaeti, dan minta bukti bahwa ia sudah berubah. Bukannya memberikan bukti yang diminta, Rohaeti malah meradang. "Tidak perlu. Pokoknya, saya bertang- gung jawab," jawabnya. Adakah kemudian sidang, yang akhirnya mengabulkan pernikahan itu, menemukan bukti bahwa Roh berubah kelamin? Tampaknya, tidak. Sebab, kata Adang Suharna, warga desa yang ikut dalam pertemuan itu, pada Ahmad Taufik dari TEMPO, "Tak- dir Tuhan siapa tahu? Mungkin saja ada burung bersembunyi dalam dirinya." Hanya ada seorang warga yang yakin bahwa si Roh tetap perempuan, dan tak mungkin menghamili Dewi. Itulah Iyum, ibu Rohaeti, yang ketika mengandung Roh berharap yang lahir bayi laki-laki. Belum diputuskan kapan pernikahan yang meragukan ini akan dilangsungkan. Priyono B. Sumbogo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini