Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

RS Covid-19 di Kabupaten Bogor Penuh, Pasien Meninggal Tanpa Sempat Dirawat

Seorang pasien dengan gejala Covid-19 di Ciawi, Kabupaten Bogor, meninggal 3 hari setelah dibawa pulang karena RS sakit penuh.

21 Juni 2021 | 08.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi rumah sakit. TEMPO/Subekti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bogor - Dua pekan terakhir ini, kasus Covid-19 di Kabupaten Bogor melonjak tajam. Ruang isolasi di sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19 terisi tiga kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akibat ruang isolasi di rumah sakit penuh, pasien terpaksa melakukan isolasi mandiri di rumah. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mochamad Agung, 31 tahun, menceritakan bagaimana dia berusaha mendapatkan kamar isolasi di RS rujukan Covid-19 untuk keponakannya IF, 26 tahun. Keponakannya itu sesak napas sepulang dari luar kota. Agung pun membawa keponakannya ke RS rujukan terdekat dari Kampungnya di Ciawi.

Sesampainya di rumah sakit, IF langsung masuk IGD. Petugas RS meminta pihak keluarga menandatangani surat pernyataan.

"Anehnya, setelah tanda tangan si petugas bilang nanti setelah hasil keluar mendapat penanganan karena ruang penuh. Ponakan saya dibawa pulang dulu sambil menunggu hasil tes PCR. Kalau positif, nanti akan dijemput katanya,” ucap Agung kepada Tempo, Sabtu 19 Juni 2021. 

Setelah dibawa pulang, kondisi keponakan Agung semakin memburuk. Tiga hari menunggu di rumah, IF meninggal sebelum ada informasi dari rumah sakit apakah dia positif Covid-19. 

“Secara takdir kami ikhlas melepas kepergian IF. Tapi, sampai saat ini kami masih bertanya kenapa RS saat itu tidak merawat almarhum dengan alasan penuh. Padahal kan kalau penuh bisa dikasih rujukan ke mana gitu agar mendapat perawatan,” kata Agung.

Kesulitan memperoleh ruang isolasi bagi pasien Covid-19 juga dialami Atik Sulistyowati, 47 tahun, warga Tajur Halang, Kabupaten Bogor. Atiek menceritakan saat ini terjadi lonjakan kasus corona di kompleknya, hingga puluhan warga di kompleksnya terpapar virus itu. 



Setelah berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 dan Puskesmas Kecamatan, Atik pun aktif membantu membawa pasien Covid-19 ke RS rujukan.

“Beberapa sudah kita bawa RS rujukan, namun saking banyaknya pasien dan kondisi ruang isolasi di RS yang biasa kita bawa juga penuh akhirnya saya bawa ke rs rujukan lain. Sebagian ada yang diterima, sebagian tidak karena sudah penuh juga. Yang tidak kebagian, kita suruh isolasi mandiri sambil menunggu ruang di RS kosong,” kata Atik.

Ketua RW 14 Tajur Halang, Alkautsar Surya, 40 tahun, membenarkan jika terjadi lonjakan pasien di wilayahnya. Surya mengatakan, dalam sehari bisa tiga kali pulang pergi membawa pasien Covid-19 ke RS rujukan.

Surya menyebut, untuk penanganan di wilayah tim surveilan dan Satgas Covid-19 sudah bagus dan bekerja maksimal. “Kendalanya saat ini cuma satu, penuhnya rumah sakit,” kata Surya.

Karena RS rujukan Covid-19 sudah penuh, Surya terpaksa menyiapkan data waiting list bagi warganya dengan berkoordinasi dengan pihak RS. Surya terpaksa mengarahkan warga untuk isolasi mandiri. “Namun jika ada kendala dan kondisinya memburuk saya bakal bawa ke RS. Kalau penuh, biasanya ditangani dulu di ruang IGD atau ICU. Saat ruang udah kosong, baru dipindah,” kata Surya.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Bogor Irwan Purnawan membenarkan jika keterisian tempat tidur semua RS rujukan Covid-19 mengalami peningkatan siginifikan. Irwan menyebut, total ada 29 RS rujukan Covid-19 yang dimiliki Pemkab Bogor.

“Dua pekan kemarin, rate nya masih di bawah 20 persen. Saat ini sudah mencapai 65 persen,” kata Irwan.

Mengantisipasi lonjakan kasus, Kabupaten Bogor akan memaksimalkan dulu tempat tidur isolasi yang ada. Namun jika, terjadi lonjakan di luar prediksi kemungkinan akan diambil kebijakan dengan penambahan ruang isolasi darurat.



“Tapi kami berharap tentunya angka Covid kembali turun dengan pelbagai kebijakan yang kita galakkan mulai hari ini,” kata Irwan.

Kebijakan dalam meminimalisir penyebaran Covid-19, antara lain menggencarkan Tracing dan Testing sehingga kemunculan kasus baru, bisa segera tertangani dan tidak menunggu sampai keadaannya kritis. “Karena biasanya kan kebanyakan OTG, tapi mereka cuek. Nah kita antisipasi itu sejak dini dengan tracing dan traking,” kata Irwan.

Irwan mengatakan selain prioritas mendisiplinkan warga dan patuh melaksanakan prokes, Pemkab Bogor juga melakukan penjagaan dan pengetatan di tiap perbatasan masuk wilayah. Terutama, akses masuk ke jalur wisata.

“Semua warga dari luar Bogor wajib menunjukkan surat tes covid-19, jika tidak bisa menunjukan maka akan diputar balik,” kata Irwan.

Ikhtiar penjagaan dan pengetatan ini adalah salah satu bentuk upaya mengurangi mobilitas warga. Jika mobilitas warga tidak dibatasi maka kasus Covid-19 bisa semakin banyak dan keterisian ruang isolasi juga turut penuh. “Kalau mobilitasnya turun, covid-19 juga kita tekan,” kata Irwan.

M.A MURTADHO

#Cucitangan
#Pakaimasker
#Jagajarak

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Pakansari, Ibu Ini Senang Dapat Sembako dari Jokowi

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus