Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Saling himpit

Keadaan tata kota tebing tinggi semrawut & semakin sesak. tidak diatur berdasarkan rencana induk kota. abrik, pemukiman, kantor saling berhimpit. pejabat setempat memikirkan perluasan keluar kota. (kt)

10 September 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TATA-letak kota Tebing Tinggi memang masih centang-perenang. Maklum, belum diatur berdasarkan suatu pola yang Iazim disebut rencana induk (master plan). Pabrik-pabrik maupun sarana industri lainnya tercogok di sembarang tempat yang sesungguhnya tak senonoh lagi dipandang mata, maupun kemaslallatan warga kota. Misalnya 2 buah pabrik minyak kelapa terletak di pusat kota. 2 buah pabrik rokok berdiri di Jalan Singamangaraja yang terbilang pusat kota pula. Tak jauh dari sana terdapat 3 buah pabrik penggilingan padi. Malahan sebuah pengasapan getah dengan anggunnya ada di tepi Jalan Imam Bonjol, salah sebuah jalan utama di kota ini. Semuanya saling berhimpit dengan rumah kediaman penduduk, maupun kantor-kantor. Keadaan begitu ternyata sudah cukup lama mengganggu fikiran para pejabat di Balaikota Tebing Tinggi ini. Dari pihak warga kota sendiri sudah lama cemas melihat sekitar mereka: kota (dengan luas 345 Ha dan penduduk 33.580 jiwa) semraut dan semakin sesak juga. Lebih dari itu, ancaman bahaya pengotoran udara juga sudah merasuki hati warga kota. Bahkan kekhawatiran pada bahaya kebakaran tak kurang pula. Lebih-lebih setelah akhir Juli lalu sebuah pabrik minyak kelapa di Jalan Jenderal Sudirman itu musnah ditelan api. Perluasan Namun bagi Balaikota Tebing Tinggi keadaan serupa itu tak akan selesai hanya dengan penertiban apalagi penggusuran. Sebuah peraturan daerah (perda) dapat saja diluncurkan ke atas bangunan-bangunan kurang pantas itu. Tapi ini artinya akan mempersilakan pemilik-pemilik pabrik itu untuk menyingkir ke luar kota. Nah, jika sudah begitu keadaannya, bukankah akan sama artinya dengan mengusir berbagai jenis pajak dari kas kotamadya yang selama ini memang tak terbilang besar itu. Menyediakan tempat khusus bagi pabrik-pabrik itu di lingkungan kotamadya memang juga sudah dilakukan. Tapi karena tempat itu ternyata terdiri dari tanah rawa dengan biaya penin-bunan tak sedikit, maka tak sedikit pula para pengusaha yang rnenampiknya. Malahan buru-buru mereka mencari tempat sendiri jauh di luar kota di luar jangkauan Kotamadya Tebing Tinggi. Kalau sudah begini, balaikota hanya tinggal gigit jan. Sehingga satu-satunya yang tampaknya menjadi fikiran pejabat-pejabat di kota ini sekarang ialah bersiap-siap meminta perluasan areal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus