Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sang Singa Terpuruk di Lubang Tikus

Saddam Hussein tertangkap tanpa perlawanan. Siapa yang mengkhianati Saddam?

21 Desember 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SADDAM Hussein tidak mengaum. "Ia tertangkap bak seekor tikus," kata Mayor Jenderal Raymond Odierno, Komandan Divisi Infanteri ke-4 Amerika Serikat, seraya menggambarkan kontras antara bayangan dan kenyataan yang dijumpainya, Sabtu malam 13 Desember lalu, di sebuah lubang di Ad Dawr, sebelah tenggara Tikrit. Saddam, yang bergelar "Singa dari Babilonia", terpuruk, terhina, tapi Amerika Serikat merayakannya sebagai kemenangan.

Inilah berita paling melegakan bagi pencinta perang di AS setelah Presiden George Walker Bush menitahkan pasukannya mendongkel Saddam Hussein pada Maret silam. Untuk menangkap seorang Saddam Hussein, AS mengerahkan 600 pasukan dari Brigade Tempur Pertama dari Divisi Infanteri ke-4 dengan sandi Operasi Fajar Merah (Operation Red Dawn). Pasukan Odierno dilengkapi dengan insinyur kavaleri, artileri, helikopter, mobil bersenjata, dan pasukan operasi khusus Gugus Tugas 121. Pasukan yang terakhir ini sengaja dibentuk untuk mengemban tugas memburu target yang sangat khusus. Perintahnya: bunuh atau tangkap Saddam Hussein.

Odierno dan pasukannya berangkat pada Sabtu pagi ke dua lokasi di Ad Dawr, sebelah tenggara Tikrit, kota kelahiran Saddam Hussein. Ad Dawr terletak di sisi Sungai Tigris. Kedua lokasi itu diberi nama sandi Wolverine One dan Wolverine Two.

Meski sudah mendapat informasi yang jelas, pasukan AS sempat gagal menyergap Saddam di dua rumah peternakan itu. Mereka hanya menemukan kambing riuh mengembik dan Qais al-Nameq, pemilik dua rumah peternakan itu, yang pernah mengabdi selaku pelayan pribadi Saddam. Tapi pasukan AS tak segera pergi, karena curiga pada satu gubuk dari tanah lumpur kering yang terletak di antara dua rumah peternakan. Apalagi saat pasukan mengepung gubuk itu, dua orang bersenjata AK-47 berupaya kabur.

Di depan sebuah gubuk, di antara semak-semak pohon jeruk, pasukan menemukan lubang 1 x 0,5 meter persegi yang disamarkan dengan kotoran dan batu bata. Lubang itu terletak di dekat gubuk berdinding lumpur. Di lubang sempit sedalam 2,4 meter itulah pasukan AS menemukan Saddam yang bertahan dengan kipas angin dan lubang ventilasi dari pipa besi menyembul ke permukaan tanah. Pasukan juga menemukan dua senjata tempur AK-47 dan 18 gepok uang sebanyak US$ 750 ribu dalam pecahan US$ 100 dalam kotak metal, dan dokumen setebal 500 halaman. "Jika Anda melihat tempat ia kami temukan, dia tentu telah bersembunyi di ratusan tempat yang berbeda, ribuan tempat seperti ini di penjuru Irak," ujar Odierno.

Saat ditemukan pada pukul 8.25 malam, Saddam kelihatan linglung dengan rambut gondrong, kumis dan jenggot menjuntai. Sepertinya ia grogi melihat cahaya terang yang datang tiba-tiba dan akibat bernapas lewat pipa besi pipih. Tak sebagaimana kedua anaknya, Uday dan Qusay, yang bertempur hingga tewas saat tersudut dikepung pasukan AS, Juli silam, Saddam tak melawan, meski pistol terselip di pinggangnya. "Ia seorang lelaki yang lelah dan juga pasrah dengan nasibnya," kata Letnan Jenderal Ricardo Sanchez, komandan pasukan AS di Irak. Tapi koran Yordania curiga penyerahan diri Saddam karena pasukan AS menyemprotkan gas ke dalam lubang persembunyian Saddam, sehingga ia teler. Hal yang sama juga dilakukan pasukan AS untuk memaksa gerilyawan Vietkong keluar dari liang tikusnya empat dasawarsa silam. "Jelas sekali dia (Saddam) dibuat mabuk selama penangkapan. Pertama dengan sejumlah gas, lalu dijejali obat yang mengakibatkan dia mengalami disorientasi," tulis seorang komentator di Koran Al-Dustur. Dalam kondisi teler itulah Saddam diterbangkan ke bandara Bagdad pada pukul 9.15 malam.

Washington, yang sedang bersuka cita mendapat tangkapan kakap, belum menanggapi tuduhan ini. Penguasa sipil AS di Irak, L. Paul Bremer, justru mengundang wartawan di Bagdad dengan latar belakang foto Saddam Hussein saat tertangkap. "Ibu-ibu dan Bapak-bapak, kami meringkusnya," kata Bremer dengan mata berkaca-kaca. Esoknya, Ahad 14 Desember, ucapan Bremer itu terpampang lewat lampu hias di puncak menara kontrol bandara Basra.

Di Bagdad penduduk menari di jalan raya, membagikan permen, melepaskan tembakan ke udara. "Hidup menjadi lebih aman sekarang," kata Yahya Hassan, 39 tahun. "Sekarang kita bisa memulai satu awal yang baru." Suasana yang sama juga tampak di Kirkuk, kota di wilayah utara Irak. Rumor tentang penangkapan Saddam menggerakkan etnis Kurdi ke jalan raya. Klakson mobil bercampur dengan ingar dentuman musik. "Sang iblis sudah tertangkap, tamatlah rezimnya," ujar Salahadin Mohammed.

Sebaliknya, di Tikrit, kampung halaman Saddam, jalanan lengang. Sekelompok orang tampak berkerumun di pintu masuk toko televisi, menyaksikan wajah Saddam Hussein lewat tayangan televisi. Sahab, 45 tahun, seorang veteran perang Irak-Iran, mengaku menderita dalam rezim Saddam, tapi toh ia sedih melihat AS memperlakukan Saddam. "Saya salah satu yang menderita dalam tentara (Irak), tapi dia masih bagian dari masyarakat kami," ujarnya. Sedangkan Ahmed Ali Abdullah, 40 tahun, tak mampu menahan kemarahannya. "Dia (Saddam) satu-satunya yang menentang Amerika, dan sekarang Amerika datang ke sini mencuri minyak kami," kata bekas polisi ini.

Orang yang dituding pencuri, Presiden Bush, hati-hati menanggapi keberhasilan pasukannya. "Saya punya pesan kepada rakyat Irak, ini adalah jaminan bahwa ruang penyiksaan dan polisi rahasia akan lenyap selamanya. Anda tak akan pernah takut lagi pada kekuasaan Saddam Hussein," kata Bush. Sejumlah pemimpin Eropa lainnya mengucapkan selamat kepada Bush. Tapi Bush dengan diplomatis menjawab bahwa tertangkapnya Saddam merupakan kemenangan bagi rakyat Irak.

Namun, dari Amman, Yordania, seorang gadis kecil cucu Saddam Hussein dari anak perempuannya, Raghad, meraung di sekolahnya saat mendengar sang kakek tertangkap. Raghad dan adiknya, Rana, mengungsi ke Amman awal tahun ini. Ia sedih melihat ayahnya dikerjai oleh pasukan AS. Tapi ia tetap bangga terhadap ayahnya. "Seekor singa tetaplah seekor singa, meskipun dibelenggu," katanya. Padahal Raghad dan Rana tak kurang menderitanya. Keduanya menjadi janda karena Saddam Hussein memerintahkan membunuh suami mereka, Jenderal Hussein Kamel Hassan dan Kolonel Saddam Kamel, pada 1992. Saddam berang karena kedua menantunya menghasut rakyat Irak agar memberontak.

Raghad mungkin benar. Di suatu tempat entah di mana, CIA menginterogasi Sang Singa secara intensif. Tapi tak banyak yang diperoleh dari mulut Saddam, meski ia dipaksa dengan cara melarang Saddam tidur. Saddam mengingkari tuduhan bahwa ia masih menyandera tentara Kuwait selama Perang Teluk pada 1991 dan Letnan Scott Speicher, pilot pesawat tempur Angkatan Laut AS yang jatuh tertembak pada Operasi Badai Gurun, 17 Januari 1991. Mayat Speicher hingga kini tak ditemukan. Saddam juga menyangkal memiliki senjata pemusnah massal. Kepada sejumlah anggota Dewan Pemerintahan Irak yang mengunjunginya, Saddam membantah membantai 5.000 warga Kurdi dengan senjata kimia di Kota Halabja pada 1988. "Itu kerjaan Iran saat berperang dengan Irak," kata Saddam. Saddam bahkan dengan enteng menjawab soal kuburan massal yang ditemukan setelah invasi AS. "Mereka pencuri. Mereka lari dari medan tempur dengan Iran dan Kuwait," ujarnya.

Menurut Ahmad Chalabi yang ikut menemui Saddam, jawaban Saddam itu itu menunjukkan Saddam sama sekali tak menyesali perbuatannya. "Jelas, dia sesungguhnya seorang narsis yang tak mampu menunjukkan penyesalan atau simpati terhadap hidup orang lain," katanya. Untuk ini Presiden Bush setuju Saddam diseret ke pengadilan internasional, yang ironisnya keberadan lembaga ini diingkari AS. Menurut Bush, Saddam pantas diganjar hukuman mati.

Begitu banyak rakyat Irak yang menginginkan kematian Saddam, baik kaum Syiah maupun Kurdi, tapi banyak pula yang mencintainya. Jadi, siapakah yang mengkhianati Saddam? Soal ini juga menjadi penting karena AS menyediakan hadiah US$ 25 juta untuk orang yang memberikan informasi persembunyian Saddam Hussein. AS sudah mencairkan hadiah US$ 30 juta untuk dua orang yang membocorkan tempat persembunyian Uday dan Qusay.

Pejabat militer AS mengaku, penangkapan Saddam bukan hasil petunjuk langsung, tapi hasil pengumpulan informasi intelijen yang diperas dari bekas pengawal dan anggota keluarga Saddam. Menurut Odierno, pasukan infanteri AS menangkap 5 hingga 10 anggota keluarga besar Saddam selama 10 hari sebelum penangkapan. Informasi disaring dari satu orang ke orang lain hingga akhirnya mengarah ke tempat persembunyian Saddam. Pejabat militer AS mengaku, pihak intelijen memperoleh informasi tentang persembunyian Saddam justru dari seorang yang disebut sangat dekat, yang merupakan anggota keluarga Saddam.

Siapakah dia? Satu laporan yang belum dikonfirmasi menyebut istri Saddam, Samira, yang bernyanyi. Padahal Samira istri yang paling disayangi Saddam Hussein daripada tiga istri Saddam lainnya. Koran Sunday Times melaporkan, Samira yang kini sudah berganti nama setidaknya sekali sepekan menerima telepon atau kiriman surat dari Saddam. Hingga saat ini tak jelas tempat Samira memulai hidupnya yang baru.

Tapi anggota dewan pemerintahan Irak, Dr. Mahmoud Othan, punya cerita lain. Menurut Mahmoud, sekitar 50 pasukan Kurdi Peshmerga yang ada di kawasan Tikrit membantu mengumpulkan informasi intelijen dan terlibat dalam operasi penangkapan Saddam. Ahmed Chalabi, pemimpin Kongres Nasional Irak, juga menyebut peranan pemimpin Kurdi, Kosrat Rassoul Ali, dalam operasi itu. Sumber Kurdi menyebut, mereka membangun jaringan antara pemimpin suku dan ulama di kawasan yang disebut segitiga Sunni, dekat daerah otonomi Kurdi (lihat "Biar Rakyat Kurdi yang Memutuskan").

Tertangkapnya Saddam serta-merta mendongkrak popularitas Presiden Bush, tapi tak mengurangi pekerjaan rumah Bush di Irak. Bahkan Letnan Jenderal Ricardo Sanchez dan Mayor Jenderal Raymond Odierno ragu bahwa penangkapan Saddam akan mengakhiri serangan gerilyawan anti-AS, apalagi menyelesaikan masalah Irak yang kompleks. Di Irak, wartawan TEMPO Rommy Fibry disambut dengan barisan superpanjang mobil-mobil yang mengantre bensin.

Di daerah Karama, 2 kilometer dari perbatasan Yordania-Irak, keadaan betul-betul kacau. Para sopir saling menyerobot, tak segan pula memarkir mundur, hanya agar bisa langsung menempati posisi terdepan. Tak pelak, perang mulut pun jadi panorama jamak. Ketika dua sopir itu adu urat, sopir yang lain menyerobot selang bensin, dan mengisikannya ke jeriken yang dibawanya. Begitu seterusnya, sehingga semua tak merasa pasti kapan gilirannya.

Saddam tertangkap, tapi Irak tentu tak banyak berubah. Apalagi, kata Odierno, Saddam tak terkait langsung dengan aksi gerilyawan. Buktinya, tak satu pun alat komunikasi yang ditemukan di gubuk Saddam di Ad Dawr. Selain itu, serangan gerilya tak putus meski Saddam tertangkap. Sehingga target penting pasukan AS kini justru Izzat Ibrahim al-Aouri, bekas tangan kanan Saddam. Izzat-lah yang diyakini sebagai tokoh kunci yang mengorganisasi perlawanan terhadap pasukan AS. Rakyat AS masih akan menyambut dengan tangis kedatangan peti mati dari Irak, yang akan menambah jumlah 200 peti mati berisi jenazah tentara AS sejak Bush mengumumkan perang.

Raihul Fadjri (CNN, The Independent, Time, NYT)


Perjalanan Sang Singa

17 Maret 2003
Presiden Bush mengultimatum Saddam Hussein dan anaknya agar hengkang dari Irak dalam waktu 48 jam. "Penolakan akan menghasilkan konflik militer yang akan dimulai pada waktu yang kami pilih," kata Bush dalam siaran televisi.

19 Maret 2003
Bush memerintahkan "serangan pemenggalan" terhadap Saddam Hussein. AS meluncurkan lebih dari 40 satelit untuk memandu rudal jelajah dari kapal perang ke sasaran.

17 April 2003
Bom AS menghancurkan satu bangunan yang diduga dihuni Saddam Hussein, Uday, dan Qusay. Saddam menyebar pesan audio, video, dan pesan tertulis yang menyatakan dia masih hidup.

30 Juli 2003
CIA mengkonfirmasi keaslian rekaman suara Saddam. Dalam rekaman itu Saddam mengakui Uday dan Qusay tewas dalam baku tembak dengan pasukan AS di Mosul pada 22 Juli 2003.

Akhir Juli 2003
Pejabat militer AS melaporkan penangkapan sejumlah pemimpin Irak dan pengawal pribadi Saddam di dekat kota kelahiran Saddam, Tikrit.

3, 4 Agustus 2003
Pasukan AS terlibat setidaknya 17 serangan dalam upaya memburu Saddam. Operasi terpusat di sekitar Tikrit dan berhasil merampas senjata, uang, dan menutup akses Saddam Hussein dari orang yang membantu menyembunyikan-nya.

13 Desember 2003
Pasukan Infanteri ke-4 yang bermar-kas di Tikrit me-nangkap Saddam Hussein di lubang tikus di Ad Dawr, Tikrit.

Sumber: CNN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus