TELEPON berdering di apartemen Faisal Zagallai, di lingkungan _
kampus Colorado State University. Mahasiswa Libya itu kemudian
berbicara dengan seseorang. Orang ini memperkenalkan diri
sebagai agen dinas rahasia AS CIA. Dan 3 memberi info: ia
punya beberapa Petunjuk yang sangat penting bagi keamanan
Faisal. Faisal Zagallai tak terkejut. Sudah beberapa kali
sebelumnya, FBI -- dinas rahasia lokal AS memperingatkan hal
yang sama: ia menjadi target para pembunuh yang dikirim Muammar
Qaddafi ke Amerika Serikat.
Setelah si mahasiswa menyiasati si penelepon lewat pembicaraan,
dan mendapat tanda-tanda yang bisa dipercaya, janji bertemu
dibuat. Dan beberapa menit kemudian pintu Faisal diketuk. Si
pembawa info masuk. Tinggi besar, berjambang, berwajah militer.
Berjas panjang seperti biasanya anggota dinas rahasia. Namun
pembicaraan tak sampai terjadi. Si tamu mengeluarkan pistol
kaliber 22 dari balik jasnya.
Melihat gelagat buruk, Faisal melompat--berusaha meraih senjata
di meja di dekatnya. Tapi dua Jetusan duluan terdengar--dan
Faisal rubuh:
Darah mengucur deras dari mata kirinya, yang ringsek. Si
penembak kabur. Peristiwa yang terjadi tahun lalu itu sempat
menggegerkan Amerika Serikat. Pengumuman Qaddafi bahwa ia akan
membunuh lawan-lawan politik sebangsanya di luar negeri, tak
syak penyebab utama kegegeran ini. Faisal memang orang yang
dicari.
Ia berumur 35 tahun, anak bekas walikota Tripoli--ibukota
Libya--yang mendapat bea siswa belajar. Di Amerika
sebenarnya ia sudah menyelesaikan studi. Lalu berubah pikiran:
ia dikenal sebagai pemimpin gerakan anti Qaddafi.
Tapi hukuman atas dirinya ternyata tak sampai lengkap. Ia tidak
mati--walau sempat sekarat, sedang mata kirinya menjadi buta.
Dan hukuman yang tak lengkap itu, di luar kepentingan gerakannya
menentang Qaddafi, malah kemudian melibatkannya dalam sebuah
kasus rumit -- yang mungkin akan menjadi kunci terbongkarnya
sebuah jaringan korupsi yang berbelit-belit.
Yang jadi sebab: penembaknya, Eugene Tafoya, tertangkap. Ia
menyangkal tuduhan terhadap dirinya sebagai utusan Qaddafi.
Dalam pemeriksaan ia mengaku diperintahkan agen-agen CIA untuk
memperingatkan Faisal--agar tidak melakukan teror anti-Israel.
Ia justru tak tahu si mahasiswa penentang Qaddafi. Ia menembak
untuk membela diri, katanya, karena Faisal mau menembaknya.
Tafoya sendiri barangkali kaget ketika CIA menyatakan: tak
pernah menugaskan siapa pun untuk membayangi si mahasiswa.
Si penembak kemungkinan besar memang tak punya hubungan dengan
Qaddafi. Namun ketika ia ditangkap, April tahun lalu di rumahnya
di New Mexico, padanya terdapat sejumlah surat yang menunjukkan
hubungannya dengan Edwin P. Wilson. Juga nomor telepon, nomor
teleks dan alamat Wilson sendiri--di Tripoli.
Inilah sosok kompleks. Edwin P. Wilson adalah bekas agen CIA
yang diduga punya hubungan luas di kalangan atas dinas rahasia
itu. Tapi di sisi lain, ia juga dicurigai punya hubungan dagang
dengan Qaddafi: jual beli senjata dan jual beli pengalaman di
bidang intelijen. Ia bahkan diduga membantu Qaddafi
mengorganisasi kelompok pembunuh bayaran yang terlatih: para
bekas anggota pasukan AS yang terkenal, Baret Hijau.
DAN benar: Eugene Tafoya, 47 tahun, memang bekas anggota Baret
Hijau. Ia veteran yang tercatat. Berdinas selama 23 tahun dan
punya pengalaman perang dalam pasukan itu di Vietnam.
Majalah Time memberitakan, Tafoya mulai diadili awal November
kemarin ini. Yang menarik: dalam sidang ia tidak hanya dituduh
berusaha membunuh--tapi juga berkomplot. Edwin P. Wilson
seolah-olah ikut diadili. Dan justru ini yang rumit. Pengadilan
pun diperkirakan akan bersidang sebulan penuh.
Time tidak menyebutkan ke mana arah tuduhan "berkomplot" itu.
Tapi majalah berita mingguan ini nampaknya berpendapat, kasus
Tafoya bisa menjadi kunci terbongkarnya manipulasi sebuah klik
di baliknya, yang mungkin melibatkan sejumlah pejabat teras CIA
sendiri. Edwin Wilson-sosok utama komplotan--setahun terakhir
ini sudah terkurung berbagai persangkaan. Praktek-praktek
curangnya konon sudah diketahui FBI maupun CIA sejak lama.
Namun, sampai kini, pengadilan di berbagai negara bagian Amerika
Serikat yang menyidangkan kasusnya tak punya alasan cukup kuat
untuk menjebloskannya.
Itu sebabnya mengapa Time--juga beberapa media lain--sangat
berhatihati menganalisa kecurangan Edwin Wilson dan sindikatnya.
Umumnya terbatas pada penyidikan pengadilan sendiri. Untuk
beberapa perkiraan yang tajam, Time mengutip bahan-bahan yang
dikumpulkan majalah The New York Times.
Memang, majalah terakhir itulah yang telah menempuh risiko besar
mengungkapkan praktek-praktek Edwin Wilson, dan yakin betul
bekas agen CIA tersebut telah memanfaatkan hubungan baiknya
dengan bekas rekan-rekannya di kalangan atas CIA. Juga tentunya
menuduh.
NYT merasa kuat karena memiliki sumber--yang menurut perhitungan
majalah itu merupakan kunci terbongkarnya sindikat. Sumber itu
bukan lagi Tafoya, tentu--melainkan Kevin Mulcahy, seorang rekan
Edwin Wilson yang membelot. Ia berbalik haluan karena sadar
hubungan Wilson dengan Libya membahayakan keamanan nasional AS
maupun dunia. Orang inilah yang pertama kali melaporkan
manipulasi Edwin Wilson ke CIA dan FBI-lima tahun lalu, 1976.
Kevin Mulcahy datang ke NYT dengan kekecewaan. Empat tahun ia
menunggu, semua laporan yang diberikannya kepada CIA dan FBI
tidak ada dengungnya. Sedang orang yang dianggapnya biang bahaya
tidak juga ditangkap. Malah masih juga menjalankan praktek
kotor.
Berdasar cerita Mulcahy itulah NYT mengumpulkan berbagai bahan.
Memonitor beberapa pengadilan, mengikuti usaha Kejaksaan Agung
membuat tuntutan, dan melakukan wawancara--termasuk dengan
Stansfield Turner, bekas direktur CIA. Bahanbahan itu disusun
bekas redaktur senior majalah itu, Seymour M. Hersh--yang kini
sedang menulis buku tentang Kissinger. Kemudian diturunkan dalam
dua nomor penerbitan di bulan Juni yang lalu.
Usaha Mulcahy yang terakhir ini efektif. Sejak Juni, kasus Edwin
Wilson mulai ramai dibicarakan--terutama di Senat dan Kongres.
Ini tentunya besar pengaruhnya pada pengusutan. Sedang fokusnya,
kini: pengadilan Tafoya di Kota fort Colins, Negara Bagian
Colorado.
Sebenarnya sudah sejak Skandal Watergate bau CIA tercium kurang
sedap. Dalam tubuh dinas rahasia itu diduga dipraktekkan
berbagai kecurangan yang tak lagi bisa dikontrol. Maklum badan
tersebut sudah bagai raksasa yang sangat berpengaruh.
Satu-satunya dinas rahasia di AS yang punya kesempatan membangun
jaringan luarbiasa luas, sementara ia bukan satusatunya
organisasi sejenis. Malah sebenarnya tergolong yang paling muda:
struktur organisasinya baru lengkap 1947. Ditambah lagi, di
samping CIA dan FBI--biro penyelidikan dalam negeri dengan cara
operasi mirip dinas rahasia--terdapat beberapa dinas rahasia
militer yang berada di bawah sebuah badan, DIA (Defense
Intelligence Agency).
CIA sendiri sebenarnya bukan dinas militer. Tapi sebuah badan
yang awalnya dirasakan perlu urtuk menentukan politik luar
negeri. Menurut Undang-Undang Keamanan AS, CIA bertugas
mengumpulkan data dari berbagai negara--ekonomi, sosial politik,
ideologi, bahasa, sejarah dan kekuatan teknologi--untuk kemudian
menyusun perkiraan bagi kepentingan politik luar negeri AS.
Begitu pentingnya perkiraan dan analisa ini rupanya, sehingga
CIA satu-satunya dinas rahasia yang punya jalur langsung dengan
presiden.
Dengan cepat badan ini pun berkembang Selain karena mendapat
beberapa prioritas, bidang yang ditanganinya memang sukar
dibatasi. Tak syak akhirnya juga menyusup ke berbagai badan di
dalam negri: pengaruh AS di mana-mana mengakibatkan hampir tak
ada organ dalam tubuh pemerintah AS yang tidak bisa dihubungkan
dengan masalah luar negeri.
Tak salah alamat bila Nixon mencoba memanfaatkan "kekuasaan"
CIA. Dan Nixon bukan satu-satunya. Konon, sudah sejak masa
kepresidenan Kennedy, CIA merupakan kartu yang cukup menentukan
bagi seorang calon presiden untuk terpilih--dan bagi seorang
presiden untuk menjalankan program. Termasuk untuk menekan Senat
dan Kongres.
Hak untuk merahasiakan berbagai hal, tak syak merupakan faktor
utama CIA untuk menghindar dari kontrol --dan dari situ
membangun kekuatan. Bekas direkturnya, John A. McCone, dalam
eseinya yang dimuat di Book Of The Year 1976, Encyclopaedia
Britanica mengakui terdapat kelemahan pada mekanisme kontrol
atas CIA. Menurut dia, Badan Keamanan Nasional--yang membawahkan
semua dinas rahasia--dan juga Kongres dan Senat, yang para
anggotanya senantiasa berganti, tak akan dapat mengerti
keseluruhan operasi intelijen CIA. Seharusnya, menurut dia lagi,
terdapat badan-badan tetap pada lembaga-lembaga itu yang
mempekerjakan para ahli intelijen. Badan-badan itulah yang
memisahkan mana bagian yang seharusnya dirahasiakan dan mana
yang bisa dimasalahkan di Senat dan Kongres.
John A. McCone mengungkapkan, bagian paling rawan dalam kontrol
adalah "operasi-operasi rahasia". Di sini tersangkut anggaran
yang besar-toh tersembunyi. Boleh diingat bahwa bagian ini
merupakan kegiatan utama CIA--yang sudah berkembang menjadi
jaringan yang rumit. Sodokan Kongres AS, dengan adanya Skandal
Watergate, sama sekali tak menggoyahkannya. Dan di sinilah
pangkal kasus Edwin Wilson.
Luasnya bidang yang ditangani CIA mengakibatkan bangunnya
berbagai industri dan badan perdagangan yang tercatat sebagai
pensuplai kebutuhan organisasi ini. Badan-badan usaha swasta ini
pada akhirnya seperti menjadi bagian CIA sendiri.
Industri-industrinya mendapat lisensi khusus untuk memproduksi
berbagai senjata rahasia--yang sering luput dari pengamatan
undang-undang persenjataan AS.
Berbagai industri itu sendiri berkembang menjadi usaha-usaha
raksasa-sebab konsumen mereka umumnya negara. Dan jangan kaget:
para pengusahanya umumnya orang-orang sekitar CIA. Bekas
pejabat, bekas agen, tak jarang pula yang masih aktif.
Edwin P. Wilson adalah salah seorang perintis usaha dalam
kelompok itu. Ia masuk CIA 1951. Dan pada 1960 tercatat membantu
membangun sebuah usaha, Consultants International Inc. di
lingkungan CIA. Berdagang barang-barangyang dikategorikan
sebagai obyek intelijen.
Sejak tahun itu, Ed Wilson dikenal sekaligus sebagai agen CIA
dan pengusaha. Ia jadi perantara berbagai usaha dan industri AS
dengan sejumlah negara pembeli.
Ed cukup licin. Hampir semua pekerjanya agen GlA sendiri. Di
samping itu ia juga mencantumkan berbagai nama penting dalam
badan komisaris perusahaannya. Antara lain Robert Keith Gray,
seorang pejabat humas kepresidenan AS yang dikenal punya
hubungan dekat dengan Nixon maupun Ronald Reagan kini. Alhasil,
perusahaan Ed nampak sebagai perusahaan negara yang bergerak
demi kepentingan nasional.
Sebagai agen sendiri Ed Wilson termasuk orang penting. Tahun
1961 ia menduduki jabatan kunci sebagai pengatur keuangan dalam
'Operasi Teluk Babi'--sebuah usaha bersama beberapa negara
Amerika Latin, dengan sponsor AS--untuk menjatuhkan si orang
kuat Kuba Fidel Castro.
Pamornya makin nampak ketika ia diperintahkan masuk dinas
rahasia Angkatan Laut AS -- bertugas di sebuah kelomPok khusus
yang cuma terdiri dari 50 orang. Dikenal dengan nama Task Force
157, satuan ini dibentuk untuk mengorganisasi pengiriman senjata
nuklir ke Eropa yang memang harus lewat laut.
Ed Wilson seharusnya--menurut catatan--berhenti dari dinas
rahasia AS tahun 1976, bersama dengan dibubarkannya Tas'k Force
757. Namun tak ada yang tahu dengan pasti kapan persisnya ia
mundur. Kenyataannya ia keluar masuk seenaknya di semua dinas
rahasia AS, termasuk CIA--juga ketika ia masih tercatat bekerja
di Task Force. Beberapa kalangan menduga hal ini bagian dari
siasat CIA: melindungi identitas keanggotaan agennya, dan
sengaja mengoperasikan si agen sebagai "orang luar".
Tapi menurut penyelidikan NYT sendiri, Ed Wilson terpental dari
CIA pada 1977. Waktu itu direktur CIA yang baru, Stansfield
Turner--yang belakangan juga diwawancarai NYT--mengeluarkan
aturan: tak seorang agen pun boleh menjalankan perintah Ed
Wilson. Namun sejauh itu tidak dijelaskan kedudukan Ed--apakah
ia "agen tugas luar" atau bukan sama sekali.
Di pihak Ed Wilson sendiri, masuk akal kalau ia mati-matian
mempertatahankan pamornya dalam organisasi. Ia tercatat punya
saham di kurang lebih 100 usaha rekanan CIA, yang mau tak mau
bergantung pada hubungan baiknya dengan dinas rahasia tersebut.
Edwin P. Wilson bertemu secara kebetulan dengan Kevin
Mulcahy-yang akhirnya membocorkan skandal kepada NYT tadi--lewat
istrinya, Barbara Wilson. Mulcahy menyewa salah sebuah rumah
Barbara--dan dari situ jadi kenalan baik. Sampai pada suatu kali
Barbara mengundangnya untuk makan malam, pertengahan 1974. Dan
Ed segera tertarik--karena Mulcahy bekas agen CIA juga. Bukankah
Ed banyak mempekeriakan bekas "teman sekantor"?
Bahkan keluarga Mulcahy bisa dibilang turun-temurun bekerja di
CIA --dan itulah memang salah satu cara membina agen dinas
rahasia yang sip. Ayah Kevin, Donald V. Mulcahy, adalah agen
rahasia senior yang bertugas 28 tahun. Ia pemegang bintang jasa
tertinggi untuk jenis profesi tersebut di A5. Dari enam saudara
laki-laki Kevin, empat orang juga jadi agen CIA. Kevin sendiri
masuk dinas rahasia itu 1963 --dan bekerja di bagian peralatan
komunikasi. Ia ahli komputer dan alatalat komunikasi dengan
program khusus. Namun tahun 1968 Kevin keluar, dan bekerja di
sebuah industri elektronik.
Menjelang 1970 ia mengalami guncangan. Menjadi alkoholik, dan
bercerai dari istrinya. Kemudian menganggur. Menjadi pasien
rumah sakit untuk pengobatan kecanduan alkohol, dan hidup
berdasar tunjangan sosial pemerintah. Untung akhirnya sembuh.
Karena itu, tawaran Ed untuk bekerja pada perusahaannya segera
diterimanya. Gaji yang diajukan lumayan: US$ 50.000 setahun.
Tambahan lagi bila bekerja baik akan menerima bonus plus sebuah
rumah mewah dengan sembilan kamar tidur yang terletak di
sebidang tanah pertanian.
Kevin Mulcahy segera bekerja-kurang lebih 18 jam sehari. Cukup
berat: ditugaskan melayani kurang lebih 10.000 pensuplai
berbagai barang seperti parasut, makanan kaleng, senapan mesin
sampai pesawat terbang.
Awal 1976 Ed memperkenalkannya kepada Frank Terpil, juga seorang
bekas agen CIA, dan menawarkan sesuatu yang mengejutkan: bertiga
membangun sebuah perusahaan baru. Sudah tentu tawaran ini
terlalu baik untuk ditolak. Maka usaha baru pun berdiri,
Inter-Technology Inc. Sebuah usaha patungan dengan pembagian
saham masing-masing sepertiga bagian, dan merupakan cabang
perusahaan raksasa Edwin Wilson. Bidangnya adalah produksi dan
penjualan alat-alat komunikasi dengan program khusus serta
komputer generasi kedua. Kevin diangkat jadi direktur, sebab
usaha tersebut dianggap meliputi daerah spesialisasinya.
Untuk menghindari keingintahuan Kevin, Ed mengungkapkan: CIA
berusaha mendekati sejumlah negara dunia ketiga dengan menjual
peralatan teknologi tinggi. Tak ada jalan lain-sebab,
menurutWilson, negara-negara itu toh akan memiliki peralatan
jenis itu walau tanpa bantuan AS. Kevin percaya. Lebih dari itu
ia mendapat kesan, Ed Wilson tak lain agen khusus CIA yang
menjalankan beberapa misi paling rahasia.
Namun kecurigaan muncul juga. Suatu kali Kevin menemukan,Wilson
dan Terpil menjual sejumlah senjata khusus yang dilengkapi alat
peredam suara, ke Zambia. Menurut analisanya, senjata itu bukan
perlengkapan angkahn perahg. Tapi lebih cocok dikategorikan alat
pembunuh--secara gelap lagi.
Diganggu keingintahuan, Kevin mencari keterangan pada BATF
tBureau of Alcohol Tobacco and firearms), sebuah adan di bawah
FBI yang mengawasi perdagangan tembakau, alkohol dan senjata. Ia
menunjukkan seberkas dokumen penjualan, dan menanyakan data-data
tentang Wilson dan Terpil. Ia jadi tenang karena FBI menyatakan:
Wilson dan Terpil "bersih".
Malah Kevin jadi semakin yakin: Wilson adalah agen khusus CIA.
Ia sempat memperhatikan tindak-tanduk bosnya itu. Menakjubkan:
hampir tak ada keterangan yang tak bisa didapatnya. Dalam 15
menit misalnya Ed bisa memperoleh data tentang apa dan siapa
pun, baik dari Markas Besar Kepolisian di Washington, Biro Data
CIA, sampai Kementerian Dalam Negeri. Juga tak jarang ia
diminta, entah oleh siapa, menghubungi anggota Kongres maupun
Senat. Dan Ed menghubungi mereka cukup dengan telepon!
Maka Kevin tak terkejut ketika bulan Mei 1976 Ed menelepon
Theodore G. Shackley, kepala bagian operasi rahasia CIA, yang
tak syak salah seorang paling penting dalam dinas rahasia
tersebut. Ed membuat janji bertemu.
MENURUT Qtatan NYT, T.G.Shackley mengenal Ed Wilson ketika
sama-sama bertugas pada 'Operasi Teluk Babi'. Lalu, catatan
lain: T.G. Shackley adalah sosok menentukan dalam menjatuhkan
kekuasaan orang kuat Chili, Salvador Allende Gossens, yang
dianggap akan membawa negerinya ke pemerintahan sosialis.
Pertemuan diselenggarakan di rumah Shackley. Hadir di situ
selain Wilson juga Terpil, Kevin dan Harry Rastatter. Yang
terakhir ini penghubung Wilson di Timur Tengah, yang konon
membawa titipan dari dinas rahasia Iran (waktu itu) SAVAK Kepada
Shackley Wilson mengungkapkan: ia mendapat pesanan dari Muammar
Qaddafi. Wujudnya? Sejumlah bom waktu--yang peledakannya diatur
dengan alat-alat elektronik yang menggunakan gelombang radio,
dengan waktu ledak yang dapat dimaju-kan atau diundurkan.
Qaddafi, menurut Wilson, membutuhkan bom jenis itu untuk
membersihkan ladang minyak Libya dari ranjau-ranjau yang ditanam
pada masa perang Arab-Israel 1973.
Entah bagaimana reaksi Shackley dan entah apa pula yang
dikatakannya waktu itu. Sampai kini tak ada media massa yang
berani mengungkapkannya. Jua NYT. Barangkali juga karena Kevin
sendiri tak begitu yakin, bagaimana persisnya tanggapan orang
penting CIA tersebut.
Yang bisa dipastikan hanya, usaha Ed Wiison jalan terus. Untuk
proyeknya yang sebuah ini ia malah dikejar waktu. Qaddafi minta
dalam jangka sebulan--Juni 1976--bom sudah bisa didemonstrasikan
di negerinya. Masalah bagi Wilson ialah:mencari pabrik yang mau
membuat bom jenis itu.
Maka seminggu sesudah pertemuan dengan Shackley, Wilson
menghubungi salah satu rekanan CIA, Americon Electronic
Laborotories Gf Colmor, Pa. Wilson tidak langsung memesan--tapi
membuat janji bertemu.
Dan "delegasi" Ed Wilson (Ed sendiri, Frank Terpil dan seorang
agen CIA yang masih aktif, Patry E. Loomis) berdasar janji
menyelenggarakan sarasehan dengan pemimpin tertinggi American
Electronic. Cukup janggal: pembicaraan tidak menyinggung kontrak
jual beli--tapi semacam diskusi memperhitungkan beberapa
kemungkinan. Bahan yang dibicarakan pun bukan detonator bom,
tapi masalah yang dipaparkan Patry E. Loomis.
Masalah tersebut besar kemungkinannya masalah CIA. Loomis adalah
agen rahasia yang bertugas di Timur Jauh. Dalam pembicaraan, ia
mengungkapkan kemungkinan mensuplai alat komunikasi rahasia ke
sebuah industri pesawat udara yang sedang dibangun di sebuah
negara Asia Tenggara, yang merupakan pos bagi operasi rahasianya
membina beberapa kekuasaan militer.
Dalam perbincangan yang tentu memberi kesan sungguh-sungguh itu,
Ed Wilson ingin meyakinkan bahwa mereka adalah delegasi CIA.
Dalam perkenalan ia seolah-olah menekankan: bila Loomis pengamat
Timur Jauh, Wilson adalah pengamat Eropa.
Sedang Terpil pengamat Timur Tengah. American Electronic
nampaknya mendapat gambaran baik. Dan itulah yang penting.
Nyatanya Ed bisa menyusup ke perusahaan tersebut dan berhubungan
dengan William Weisenburger, seorang kepala bagian--yang juga
masih bekerja sebagai agen CIA. Dan, 10 detonator bom pesanan
Qaddafi jadi dibuat di situ di bawah pengawasan Weisenburger
tadi--dikerjakan di luar jam kerja. Salah satu bagian tersulit
dari masalah pesanan Qaddafi selesai.
Bahan peledak untuk 10 bom percobaan itu sendiri nampaknya tak
jadi masalah benar. Juga pengirimannya Libya--mungkin karena
jumlahnya kecil. Awal Juni bom-bom diberangkatkan.
Pengalaman Kevin Mulcahy berlanjut. Masih pada bulan Juni itu
juga, ia ikut menghadiri bursa perdagangan senjata di Inggris.
Pada "lelang senjata" ini ia mendapat proyek: pesanan Abdallah
Engineering dari Suriah. Negara yang dekat dengan Libya ini
memesan alat komunikasi dengan program khusus.
Dalam pembuatannya, Kevin sempat bertanya kepada Ed tentang izin
penjualan alat komunikasi yang ada kemungkinan tak boleh
diekspor. Maklum, alat komunikasi tersebut mampu secara luar
biasa memonitor berbagai hubungan radio dan diperlengkapi
komputer yang bisa menerjemahkan berbagai sandi. Tak syak ini
barang intelijen. Namun Wilson menjelaskan: ia tak pernah
menggunakan izin untuk menjual apa pun. Agak tak enak Kevin
mendengar jawaban itu.
KEMUDIAN kegiatan bulan Juli membangunkan kembali kecurigaan
Mulcahy. Di bulan itu, Wilson dan Terpil menjual ribuan teropong
infra merah--teleskop untuk menembak di malam hari--yang dibuat
khusus untuk senapan otomatik M-16, kepada Libya dan Afrika
Selatan. Kevin tahu benar, peralatan ini dikontrol ketat
penjualannya ke luar-sebab keampuhannya sangat dikhawatirkan
jatuh ke tangan teroris. Nah, siapa yang tak tahu Libya (diduga
keras) mendalangi berbagai kegiatan teror? Yang menambah
kecurigaan Kevin: peralatan itu dimasukkan ke dalam peti yang
ditulisi "perlengkapan instalasi ledeng". Juga tidak langsung
dikirimkan ke Libya--tapi ke Kanada lebih dulu, dan dari sana
baru ke Tripoli.
Di bulan Juli itu juga diterima kabar dari Libya: hanya 6 dari
10 bom waktu percobaan yang berhasil. Menurut analisa Wilson,
kegagalan terjadi karena John Harper, bekas ahli bom CIA yang
ditugaskan menyelenggarakan demonstrasi, salah merakit beberapa
bagian.
Namun Qaddafi memberi reaksi hebat: ia tetap memesan bom
itu--dengan jumlah yang sekarang tidak tanggung-tanggung:
500.000 buah, atau paling sedikit 300.000. Ditambah catatan:
yang 100.000 pesanan "segera". Buat itu semua Qaddafi berani
membayar US$ 35 juta.
Dan Wilson menerima uang muka US$ 1 juta. Dan, memang, ia segera
bergerak. Keputusannya cepat dan tepat: tidak akan mengirimkan
bom dalam bentuk jadi, tapi hanya partikel-partikelnya. Kemudian
merakitnya di Libya sendiri dengan membangun laboratorium
senjata di sana. Untuk itu ia segera membuka sebuah cabang di
Tripoli, Merprico Inc., dan menunjuk John Harper sebagai kepala
perwakilan dengan gaji US$ 2000 seminggu.
Kecurigaan Kevin sudah selangit kini. Ia kini memastikan, bom
waktu yang dipesan Qaddafi terang bukan untuk membersihkan
ladang minyak. Perbandingan jumlahnya sami sekali tak masuk
akal. Tapi ia belum mengambil tindakan.
Malah masih juga mengikuti Wilson menghubungi berbagai rekanan
CIA untuk melayani pesanan Libya. Kali ini tak begitu sulit
mencari penawaran: jumlah uang yang dilambai-lambaikan Qaddafi
membuat hampir semua pensuplai lupa daratan, tak lagi memikirkan
risiko--apa pun.
Dalam waktu relatif singkat, Wilson menandatangani kontrak
dengan Scientific Communications Inc. yang bersedia menyediakan
partikel-partikel detonator, dan sanggup menyelesaikan 500 unit
dalam 30 hari.
Bahan peledak, sebenarnya juga tak sulit didapat. Namun Wilson
terbentur pada pengiriman. Karena waktu yang mendesak, bahan
penghancur ini hk mungkin dikirimkan lewat laut. Harus udara.
Dan karena pesawat militer tak mungkin dipakai, harus digunakan
pesawat penumpang. Lalu, satu-satunya, perusahan yang punya
hubungan udara dengan Tripoli tak lain perusahaan penerbangan
Jerman Barat, Lufthansa.
Namun, sialan: Lufthansa segera menolak--sekalipun dengan
bayaran tinggi. Toh Wilson yang hebat ini tak putus asa. Ia
menghubungi Jerome Brower, Presiden Direktur Brower and
Associates, yang dikenalnya. Dengan harga tinggi ia memindahkan
order bahan peiedak ke perusahaan ini. Dengan persyaratan,
tentunya, perusahaan tersebut bertanggung jawab untuk memalsukan
semua peti bahan peledak-dan tutup mulut.
Kali ini Wilson berhasil. Dan sebuah skandal luar biasa besar
terjadi. Bahan peledak itu tergolong sangat peka-dan karenanya
termasuk barang yang dilarang keras diangkut dengan pesawat
udara. Sebab di samping mengandung TNT, juga punya bagian cairan
kental ciclotrimetilene--dikenal dengan kode RDX.
Namun Wilson bukan Wilson kalau ia mengenal larangan. Bahan ini
disusun rapi dalam sebuah container pesawat udara dengan label
bahan industri. Dan berkat surat jalan Brower and Associates
yang rapi pula, Lufthansa mengangkutnya ke Tripoli tanpa
masalah.
Padahal, menurut analisa para ahli, itu benar-benar usaha nekat.
Bayangkan: kemungkinan selamat hanya 10% Umpama saja pesawat
terguncang secara agak berat karena masuk kantung udara, bisa
dipastikan ledakan tak bisa dihindari. Catat: sudah tentu
pesawat itu membawa penumpang . . .
NAMUN nasib baik masih, berpihak pada Wilson. Semua selamat
sampai di Tripoli. Dan Kevin Mulcahy termasuk di antara mereka
yang menarik napas panjang. Tapi ia tak sempat memprotes
tindakan gila-gilaan itu. Ia segera dikirim untuk kedua kalinya
ke Inggris--bertemu dengan sejumlah pmbeli senjata. Kali ini ia
berangkat bersama Frank Terpil.
Tamparan ke dada Kevin bertambah lagi. Dalam pertemuan rahasia
di Inggris, ia--tak pemah dibayangkannya--bertemu muka dengan
teroris intemasional kelas berat: Carlos Ramirez. Inilah orang
yang bertanggung jawab atas teror di Olympiade Munich 1972, di
samping mendalangi sejumlah keributan lain.
Kini ia harus pula mendengarkan keterangarl Frank Terpil--bahwa
selama ini Carlos bersembunyi di Libya, di sebuah bekas
pangkalan militer AS.
Ia harus pula jadi saksi kenyataan-bahwa potret Carlos yang
disebarkan oleh hampir separuh polisi dan dinas rahasia seluruh
dunia, ternyata bukan potret Carlos yang sebenarnya.
Cerita Terpil dan kenyataan yang dilihatnya memang sukar
disangkal. Carlos datang sebagai anggota rombongan Sayed
Qaddafi, Kepala Dinas Rahasia Libya dan saudara sepupu Muammar
Qaddafi.
Inilah mimpi paling buruk. Dan begitu ia berlalu, Kevin mendapat
kesempatan merenung sendirian. Frank Terpil terbang ke Libya
menyusul Wilson, sedang ia ke Kopenhagen untuk satu tugas lain.
Di kota tua ini ia dosa.
Lalu, seperti ditakdirkan, dalam keadaan runyam itu hantaman
yang paling keras datang. Dari Libya Wilson mengirim kawat--agar
ia segera kembali ke Washington. Wilson mendapat informasi, ada
18 buah peluru kendali artileri yang ditawarkan sebuah badan
gelap. Kevin diminta mengatur pembelian--berapa pun
harganya--karena Qaddafi, sekali lagi, berminat.
Tapi di sinilah Kevin sampai pada keputusan: melapor!
Ia tahu betul apa peluru kendali artileri itu. Dikenal dengan
nama Redeye, sebuah peluru yang bisa mengejar pesawat berdasar
panas. Peluru kendali jenis ini dipakai Israel dalam perang
1973, dan terhitung banyak menggugurkan pesawat Arab.
Di samping itu Kevin tiba-tiba ingat: Terpil pernah menjual
baju-baju anti-radiasi pada Libya. Jadi, mungkinkah Redeye di
tangan Qaddafi menjadi peluru kendali berkepala nuklir? Dengan
Wilson di sampingnya, bukannya tak mungkin Muammar Qaddari
mendapat uranium 235 dan plutonium, bahan peledak senjata
nuklir. Kalau Qaddafi memintanya, pikir Kevin Mulca-hy, demi
Tuhan Ed akan mencarikannya.
Tak sebuah pun tugas yang dibebankan padanya teringat, ketika
Kevin mendarat di bandar udara Washington. Satu saja pikirannya:
membongkar file perusahaan, termasuk file Wilson dan Terpil.
Dan, sekali lagi ia terkejut melihat dakumen-dokumen yang
digeledahnya. Wilson dan Terpil ternyata begitu jauh membantu
Qaddafi. Kevin hampir tak mengerti: ada orang yang sebegitu
gilanya pada uang, uang, uang, dan bersedia berbuat apa saja
asal ditimbuni uang.
Dokumen-dokumen itu mengungkapkan: Wilson dan Terpil ternyata
mengorganisasi berbagai latihan teror di Libya. Para pelatihnya
bekas anggota pasukan Baret Hijau AS--yang juga pernah menjadi
induk bagi Eugene Tafoya, si pembunuh yang menembak mahasiswa
Libya Faisal Zagallai di muka. Kurikulum latihan tersebut
tertersusun untuk 26 minggu. Dan salah satu soal ujian yang
tercantum bagi lulusan pertama: menghancurkan pipa minyak Aramco
di Arab Saudi.
Namun Kevin berhati-hati dalam melapor. Ia masih berpikir untuk
tidak mencelakakan siapa pun. Ia hanya ingin mencegah
praktek-praktek Wilson yang dianggapnya sangat membahayakan
negerinya.
Karena itu ia memilih jalan yang dianggapnya terbaik: menelepon
Theodore G. Shackley, Kepala Bagian Operasi Rahasia CIA tadi.
Pejabat tinggi ini dianggapnya bisa berdiri di tengah: sebagai
agen resmi, tapi juga sebagai kawan Wilson. Kepada Shackley
Kevin menceritakan semuanya. Namun ia terkejut.
"Saya tentunya bisa mengecek besok, tapi apa anda tahu
hira-kira, semua itu sepengetahuan CIA?" tanya Schakley di
telepon. Kevin tak bisa menjawab ia tiba-tiba merasa dungu.
Shackley seperti tak pernah mengenalnya: suaranya seperti suara
polisi yang mendengarkan laporan orang yang kecopetan. "Oke,"
terdengar lagi suara pejabat itu dingin. "Kalau anda tak bisa
menjawab, saya akan mengecek dulu. Nanti dah saya akan
menghubungi anda biia soalnya sudah agak jelas."Telepon ditutup.
"Terkutuk!" teriak Kevin.
Ia tahu kini, pejabat itu tak bisa di percaya. Omong kosong saja
akan menelepon kembali. Dan Shackley memang tak pernah
melakukannya.
Dua hari setelah itu, sekretaris Kevin mengulurkan kawat dari
Libya: "Tutup mulutmu. Aku akan menjelaskan semuanya bila
kembali." Dan karyawan wanita yang rupanya tahu cukup banyak itu
menasihati: "Ed akan membunuh anda." Kevin maklum.
Maka tercatat pada pertengahan Agustus 1976, Kevin Mulcahy
memulai hidupnya sebagai pelarian. Ia menyamar, menukar paspor
dan suratsurat lain, dan tidur dengan senapan. M-16. Kerjanya
pun tak berketentuan.
Awal Oktober ia mencoba melapor ke FBI. Dengan bersemangat ia
menceritakan semua praktek Wilson plus struktur badan usaha
raksasanya.
Kevin beruntung: pertengahan Oktober John Harper kembali ke AS
dari Tripoli. Ketika diwawancarai FBI, tanpa tekanan ia
menceritakan apa yang dilihatnya di Libya, juga apa yang
dikerjakannya sebagai pelatih teroris. Bekas ahli bom CIA itu
malah menambahkan: Wilson dan Terpil juga menerima pesanan
Qaddafi untuk membunuh lawan-lawan politik orang kuat Libya itu.
Yang diketahuinya dengan pasti: usaha membunuh Umar Abdullah
Muhaisi, yang waktu itu bermukin di Mesir. Usaha ini gagal,
karena tiga pembunuh bayaran Kuba--yang pernah bekerja untuk
Wilson dalam 'Operasi Teluk Babi'--yang didatangkan ke Libya,
menolak.
FBI percaya pada cerita Kevin. Dan sebagai tindakan pertama:
memeriksa kekayaan Shackley dan juga mewawancarainya. Hasil
pemeriksaan itu masih menggantung sampai kini.
Tapi menurut penyelidikan NYT di saat yang hampir bersamaan
Shackley ditegur pejabat teras CIA, entah siapa. Ia dianggap
lalai--tidak melaporkan telepon Kevin Mulcahy. Malah sempat pula
diinterogasi. Namun di situ Shackley memberi jawaban: Kevin
Mulcahy tak lain seorang alkoholik yang tak bisa dipercaya. Dan
ia pun menjelaskan hubungan dirinya dengan Wilson sebagai "usaha
memanfaatkan informasi intelijen dari luar CIA."
Jawaban itu dianggap tak lengkap. Shackley diperhentikan untuk
sementara. NYT tak bisa menemukan siapa yang mengambil tindakan
ini--hanya kemungkinan besar ada hubungannya dengan
kebijaksanaan pengetatan yang diambil Presiden (waktu itu)
Gerald Ford terhadap dinas rahasia tersebut.
Tapi beberapa bulan sudah itu pengusutan terhadap sindikat
Wilson seperti tenggelam. Malah di-masa itu Edwin Wilson dengan
leluasa bolak-balik Amerika-Libya, meneruskan usaha dagang,
bahkan konon masih juga memanfaatkan pamornya di tubuh CIA. Ia
masih sempat menyelesaikan proyek bom waktunya. Yang tak jelas
apakah ia jadi membelikan Redeye untuk Qaddafi atau barangkali
malah senjata yang lebih maut.
Baru bulan April 1977 Departemen Kehakiman AS--entah mendapat
bahan dari siapa, kalau tidak malah siasat Wilson untuk
membersihkan diri-mengambil prakarsa memeriksa usaha Wilson.
Dasar kecurigaannya: memperdagangkan senjata secara gelap. Dan
hasil penyelidikannya: Wilson tidak melanggar Undang-undang...
NAMUN di situlah Wilson sial. Berdasar wawancara NYT dengan
Stansfield Turner, yang waktu itu baru saja naik jadi Direktur
CIA, diketahui sejak saat itulah dinas rahasia tersebut tertutup
sama sekali bagi Wilson.
Soalnya, Turner sendiri tertarik pada berita penyelidikan
Departemen Kehakiman yang dimuat di The Wshington Post.
Berdasar itu ia membuat pengusutan ke dalam. Ia cuma mendapat
potongan-potongan--dan anehnya tak seorang pun dalam tubuh
organisasinya menasihati pemimpin ini untuk mewawancarai Kevin
Mulcahy. Untung Turner sempat menjaring Pat Loomis dan Bill
Weisenburger yang pernah bekerja--mungkin masih, malah-untuk Ed
Wilson. Sang direktur segera memecat keduanya. "Mereka
orang-orang baik dan giat, tapi tak cocok untuk tugas," katanya,
sambil menghindar mengungkapkan alasan yang sebenarnya.
Pembersihan tersebut tak sampai diketahui Kevin sendii--saat
itu. Ia belingsatan, menganggap Departemen Kehakiman tak cermat.
Tapi di sisi lain anehnya ia tak mau memberi kesaksian di bawah
sumpah--dengan alasan tak mau menuduh secara terbuka. Atau,
dengan argumentasi lain: praktek Wilson adalah urwsan Badan
Keamanan Nasional yang harus menurunkan agen-agen rahasia untuk
menyelidik. Jadi bukan pengadilan atau jaksa distrik atau
pejabat Kejaksaan Agung yang seharusnya mengutik-utik.
Tapi FBI tak memperhatikan kemauan Kevin. Yang mau membantunya
justru pejabat Kejaksaan Agung, Eugene M. Propper. Untung saja
ada yang khas pada pejabat ini: ia merasakan terdapatnya
kejanggalan pada keputusan Departemen Kehakiman. Propper lantas
berhasil membujuk Kevin untuk memberi kesaksian di bawah sumpah.
Dan di sini tiba-tiba terdapat perkembangan baru yang
menguntungkan. Tiga orang pembunuh bayaran Kuba, yang menolak
perintah Wilson untuk membunuh Umar Abdallah Muhaisi, musuh
Qaddafi itu, bersedia pula memberi kesaksian. Penyelidikan pun
dimulai kembali.
Awal 1978 Propper mencatat sebuah hasil kecil. Ia bisa mendesak
FBI untuk melindungi Kevin. Sebelumnya biro penyidikan dalam
negeri ini tak pernah mau peduli. Kali ini FBI sendiri
mendatangi Edwin Wilson--mengancam agar tidak bikin macam-macam.
Bila terjadi sesuatu pada Kevin Mulcahy, bekas istrinya dan dua
anaknya, Wilson akan segera ditahan.
Namun itu juga merupakan hasil usaha Propper yang terakhir. Ia,
sampai demikian jauh, tak bisa menemukan alasan untuk menuntut
Wilson. Menurut hukum negara bagian manapun memang tak mungkin
menuntut orang itu. Sebabnya: ia dianggap melakukan segala
kejahatan-itu di luar Amerika. Ia juga tak bisa dituntut sebagai
pedagang gelap. Surat-suratnya lengkap, sih. Juga izin menjual
ke luar, semuanya ada.
Agak mencurigakan memang, Propper tiba-tiba mengundurkan diri
dai Kejaksaan Agung AS. Alasannya kelihatan "tidak relevan":
akan berpraktek sebagai pengacara sambil menulis buku.
Penyelidikannya pun macet total. Kevin Mulcahy sekali lagi
menggigit-gigit kuku.
TAPI belum berarti ia kandas, Dua orang pejabat BATF--badan yang
mengawasi perdagangan senjata--tertarik menyelidiki kasus besar
yang ditinggalkan itu. Mereka, Richard Wadsworth dan Richard
Pedersen mencurigai Ed Wilson mengekspor bahan peledak terlarang
Kevin dengan gegap gempita bersedia membantu.
Dan pertengahan 1978 berbagai penyelidikan atas Edwin Wilson
dimulai kembali. Hampir semua bagian usaha Ed diperiksa, dan
berbagai orang diwawancarai. Namun, yah nasib. Penyelidikan yang
makan waktu hampir setahun itu pun gagal juga. Juni 1979
Kejaksaan Agung AS menolak berkas perkara Ed Wilson--karena
merasa tidak punya bukti-bukti yang kuat.
Sampai kemudian terjadi sesuatu pada Ed Wilson dan Terpil.
Keduanya, sekarang, tampak mulai memindahkan harta kekayaan dan
usaha mereka ke luar AS. Itu awal 1979. Besar kemungkinan
sebagian besar ditanamkan di Libya, dan sebagian lagi di
Inggris.
Sementara itu Wadsworth dan Pedersen sebenarnya belum lagi
menyerah. Dan buahnya memang ada. Entah dari mana, mereka
menemukan tulisan tangan Jerome Brower. Ini penting. Tulisan itu
menunjukkan tanda-tanda penulisnya mensuplai RDX, bahan peledak
yang tidak diperkenankan diekspor tanpa izin khusus, ke Inter
Technology Inc. Dan yang terakhir itu adalah perusahaan Ed
Wilson tempat Kevin dulu bekerja. Brower tak bisa mungkir.
Malah, syukur sekali lagi, ia mengungkapkan semua jumlah yang
pernah dikirimkannya ke Libya. Juga caranya.
Dari situ diketahui: Wilson dan Brower ternyata dua kali
mengirimkan RDX ke Libya. Yang pertama, yang sempat diketahui
Kevin, di tahunl 976. Yang kedua kalinya, dalam jumlah sangat
besar, pertengahan 1978. Duaduanya menggunakan cargo pesawat
penumpang. Tuduhan kini mendapat penunjang.
Lantas perkembangan lain. Desember 1979, Frank Terpil dikuntit
di Newyork karena memperdagangkan senjata yang tak punya nomor
seri. Ia ditangkap. Namun tak segera diadili dan dipenjarakan,
karena konon masih diperlukan sejumlah penyidikan.
Hanya bulan April 1980 Brower dan Ed Wilson ditahan beberapa
hari untuk penyidikan. Lantas diadili. Nah. Di sinilah terjadi
sesuatu. Pengacara Ed Wilson, Seymour Glanzer, mengancam akan
membuka berbagai praktek busuk dalam tubuh CIA bila kliennya
tidak dibebaskan samasekali dari semua tuduhan. Seperti
berdagang ia bahkan menawarkan sejumlah informasi penting
sebagai imbalan.
Entah seberapa jauh pengaruh Glanzer, kenyataannya pengadilan
atas Ed dan Terpil sangat lambat. Pengadilan Distrik Colombo
yang mengusut orang pertama itu terbengong-bengong: tak dapat
menelusuri kekayaan bekas agen rahasia itu. Karena itu malah
menyangsikan Wilson melakukan manipulasi.
FRANK Terpil maupun Ed Wilson memanfaatkan kelambatan ini.
September 1980 keduanya kabur dari AS. Frank terbang ke Eropa,
Fd ke Libya--namun belakangan diketahui berada di Malta.
Juni 1981 keputusan pengadilan bagi Frank Terpil keluar. Ia
dihukum in absenti 17 tahun, dan bila tidak kembali diancam
hukuman 53 tahun. Namun keputusan bagi Ed anehnya masih
menggantung--sampai kini. Sampai-sampai Kevin Mulcahy sendiri
putus asa menghadapi badar-badan resmi.
Kini ia tak lagi mengusulkan penyidikan lewat Badan Keamanan
Nasional. Tapi menuduh, lewat NYT: ada sejumlah pejabat di
tingkat tinggi, khususnya dalam tubuh dinas rahasia, yang
melindungi Ed Wilson. Itu sebabnya mengapa Stansfield Turner tak
sempat mendapat keterangan yang sebenarnya. Dan juga mengapa Ed
Wilson tak diektradisikan ke Washington. Padahal bisa.
Kevin tidak hanya ingin melihat bekas majikannya dilumpuhkan.
Tapi juga mual dan muntah melihat jaringan korupsi di tingkat
tinggi CIA. Harap-harap cemas ia kini menunggu hasil pemeriksaan
pengadilan atas Eugene Tafoya, si penembak mahasiswa. Dan
sekarang ia tak sendirian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini