Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sarang koruptor yang menunggu ... sarang korupsi yang menunggu ...

Jaringan korupsi di tingkat tinggi cia. mereka mendirikan perusahaan yang mensuplay kebutuhan cia, seperti senjata & alat-alat elektronik. alat-alat komunikasi dsb, mereka juga menjual alat-alat tersebut ke luar negeri.

28 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TELEPON berdering di apartemen Faisal Zagallai, di lingkungan _ kampus Colorado State University. Mahasiswa Libya itu kemudian berbicara dengan seseorang. Orang ini memperkenalkan diri sebagai agen dinas rahasia AS CIA. Dan 3 memberi info: ia punya beberapa Petunjuk yang sangat penting bagi keamanan Faisal. Faisal Zagallai tak terkejut. Sudah beberapa kali sebelumnya, FBI -- dinas rahasia lokal AS memperingatkan hal yang sama: ia menjadi target para pembunuh yang dikirim Muammar Qaddafi ke Amerika Serikat. Setelah si mahasiswa menyiasati si penelepon lewat pembicaraan, dan mendapat tanda-tanda yang bisa dipercaya, janji bertemu dibuat. Dan beberapa menit kemudian pintu Faisal diketuk. Si pembawa info masuk. Tinggi besar, berjambang, berwajah militer. Berjas panjang seperti biasanya anggota dinas rahasia. Namun pembicaraan tak sampai terjadi. Si tamu mengeluarkan pistol kaliber 22 dari balik jasnya. Melihat gelagat buruk, Faisal melompat--berusaha meraih senjata di meja di dekatnya. Tapi dua Jetusan duluan terdengar--dan Faisal rubuh: Darah mengucur deras dari mata kirinya, yang ringsek. Si penembak kabur. Peristiwa yang terjadi tahun lalu itu sempat menggegerkan Amerika Serikat. Pengumuman Qaddafi bahwa ia akan membunuh lawan-lawan politik sebangsanya di luar negeri, tak syak penyebab utama kegegeran ini. Faisal memang orang yang dicari. Ia berumur 35 tahun, anak bekas walikota Tripoli--ibukota Libya--yang mendapat bea siswa belajar. Di Amerika sebenarnya ia sudah menyelesaikan studi. Lalu berubah pikiran: ia dikenal sebagai pemimpin gerakan anti Qaddafi. Tapi hukuman atas dirinya ternyata tak sampai lengkap. Ia tidak mati--walau sempat sekarat, sedang mata kirinya menjadi buta. Dan hukuman yang tak lengkap itu, di luar kepentingan gerakannya menentang Qaddafi, malah kemudian melibatkannya dalam sebuah kasus rumit -- yang mungkin akan menjadi kunci terbongkarnya sebuah jaringan korupsi yang berbelit-belit. Yang jadi sebab: penembaknya, Eugene Tafoya, tertangkap. Ia menyangkal tuduhan terhadap dirinya sebagai utusan Qaddafi. Dalam pemeriksaan ia mengaku diperintahkan agen-agen CIA untuk memperingatkan Faisal--agar tidak melakukan teror anti-Israel. Ia justru tak tahu si mahasiswa penentang Qaddafi. Ia menembak untuk membela diri, katanya, karena Faisal mau menembaknya. Tafoya sendiri barangkali kaget ketika CIA menyatakan: tak pernah menugaskan siapa pun untuk membayangi si mahasiswa. Si penembak kemungkinan besar memang tak punya hubungan dengan Qaddafi. Namun ketika ia ditangkap, April tahun lalu di rumahnya di New Mexico, padanya terdapat sejumlah surat yang menunjukkan hubungannya dengan Edwin P. Wilson. Juga nomor telepon, nomor teleks dan alamat Wilson sendiri--di Tripoli. Inilah sosok kompleks. Edwin P. Wilson adalah bekas agen CIA yang diduga punya hubungan luas di kalangan atas dinas rahasia itu. Tapi di sisi lain, ia juga dicurigai punya hubungan dagang dengan Qaddafi: jual beli senjata dan jual beli pengalaman di bidang intelijen. Ia bahkan diduga membantu Qaddafi mengorganisasi kelompok pembunuh bayaran yang terlatih: para bekas anggota pasukan AS yang terkenal, Baret Hijau. DAN benar: Eugene Tafoya, 47 tahun, memang bekas anggota Baret Hijau. Ia veteran yang tercatat. Berdinas selama 23 tahun dan punya pengalaman perang dalam pasukan itu di Vietnam. Majalah Time memberitakan, Tafoya mulai diadili awal November kemarin ini. Yang menarik: dalam sidang ia tidak hanya dituduh berusaha membunuh--tapi juga berkomplot. Edwin P. Wilson seolah-olah ikut diadili. Dan justru ini yang rumit. Pengadilan pun diperkirakan akan bersidang sebulan penuh. Time tidak menyebutkan ke mana arah tuduhan "berkomplot" itu. Tapi majalah berita mingguan ini nampaknya berpendapat, kasus Tafoya bisa menjadi kunci terbongkarnya manipulasi sebuah klik di baliknya, yang mungkin melibatkan sejumlah pejabat teras CIA sendiri. Edwin Wilson-sosok utama komplotan--setahun terakhir ini sudah terkurung berbagai persangkaan. Praktek-praktek curangnya konon sudah diketahui FBI maupun CIA sejak lama. Namun, sampai kini, pengadilan di berbagai negara bagian Amerika Serikat yang menyidangkan kasusnya tak punya alasan cukup kuat untuk menjebloskannya. Itu sebabnya mengapa Time--juga beberapa media lain--sangat berhatihati menganalisa kecurangan Edwin Wilson dan sindikatnya. Umumnya terbatas pada penyidikan pengadilan sendiri. Untuk beberapa perkiraan yang tajam, Time mengutip bahan-bahan yang dikumpulkan majalah The New York Times. Memang, majalah terakhir itulah yang telah menempuh risiko besar mengungkapkan praktek-praktek Edwin Wilson, dan yakin betul bekas agen CIA tersebut telah memanfaatkan hubungan baiknya dengan bekas rekan-rekannya di kalangan atas CIA. Juga tentunya menuduh. NYT merasa kuat karena memiliki sumber--yang menurut perhitungan majalah itu merupakan kunci terbongkarnya sindikat. Sumber itu bukan lagi Tafoya, tentu--melainkan Kevin Mulcahy, seorang rekan Edwin Wilson yang membelot. Ia berbalik haluan karena sadar hubungan Wilson dengan Libya membahayakan keamanan nasional AS maupun dunia. Orang inilah yang pertama kali melaporkan manipulasi Edwin Wilson ke CIA dan FBI-lima tahun lalu, 1976. Kevin Mulcahy datang ke NYT dengan kekecewaan. Empat tahun ia menunggu, semua laporan yang diberikannya kepada CIA dan FBI tidak ada dengungnya. Sedang orang yang dianggapnya biang bahaya tidak juga ditangkap. Malah masih juga menjalankan praktek kotor. Berdasar cerita Mulcahy itulah NYT mengumpulkan berbagai bahan. Memonitor beberapa pengadilan, mengikuti usaha Kejaksaan Agung membuat tuntutan, dan melakukan wawancara--termasuk dengan Stansfield Turner, bekas direktur CIA. Bahanbahan itu disusun bekas redaktur senior majalah itu, Seymour M. Hersh--yang kini sedang menulis buku tentang Kissinger. Kemudian diturunkan dalam dua nomor penerbitan di bulan Juni yang lalu. Usaha Mulcahy yang terakhir ini efektif. Sejak Juni, kasus Edwin Wilson mulai ramai dibicarakan--terutama di Senat dan Kongres. Ini tentunya besar pengaruhnya pada pengusutan. Sedang fokusnya, kini: pengadilan Tafoya di Kota fort Colins, Negara Bagian Colorado. Sebenarnya sudah sejak Skandal Watergate bau CIA tercium kurang sedap. Dalam tubuh dinas rahasia itu diduga dipraktekkan berbagai kecurangan yang tak lagi bisa dikontrol. Maklum badan tersebut sudah bagai raksasa yang sangat berpengaruh. Satu-satunya dinas rahasia di AS yang punya kesempatan membangun jaringan luarbiasa luas, sementara ia bukan satusatunya organisasi sejenis. Malah sebenarnya tergolong yang paling muda: struktur organisasinya baru lengkap 1947. Ditambah lagi, di samping CIA dan FBI--biro penyelidikan dalam negeri dengan cara operasi mirip dinas rahasia--terdapat beberapa dinas rahasia militer yang berada di bawah sebuah badan, DIA (Defense Intelligence Agency). CIA sendiri sebenarnya bukan dinas militer. Tapi sebuah badan yang awalnya dirasakan perlu urtuk menentukan politik luar negeri. Menurut Undang-Undang Keamanan AS, CIA bertugas mengumpulkan data dari berbagai negara--ekonomi, sosial politik, ideologi, bahasa, sejarah dan kekuatan teknologi--untuk kemudian menyusun perkiraan bagi kepentingan politik luar negeri AS. Begitu pentingnya perkiraan dan analisa ini rupanya, sehingga CIA satu-satunya dinas rahasia yang punya jalur langsung dengan presiden. Dengan cepat badan ini pun berkembang Selain karena mendapat beberapa prioritas, bidang yang ditanganinya memang sukar dibatasi. Tak syak akhirnya juga menyusup ke berbagai badan di dalam negri: pengaruh AS di mana-mana mengakibatkan hampir tak ada organ dalam tubuh pemerintah AS yang tidak bisa dihubungkan dengan masalah luar negeri. Tak salah alamat bila Nixon mencoba memanfaatkan "kekuasaan" CIA. Dan Nixon bukan satu-satunya. Konon, sudah sejak masa kepresidenan Kennedy, CIA merupakan kartu yang cukup menentukan bagi seorang calon presiden untuk terpilih--dan bagi seorang presiden untuk menjalankan program. Termasuk untuk menekan Senat dan Kongres. Hak untuk merahasiakan berbagai hal, tak syak merupakan faktor utama CIA untuk menghindar dari kontrol --dan dari situ membangun kekuatan. Bekas direkturnya, John A. McCone, dalam eseinya yang dimuat di Book Of The Year 1976, Encyclopaedia Britanica mengakui terdapat kelemahan pada mekanisme kontrol atas CIA. Menurut dia, Badan Keamanan Nasional--yang membawahkan semua dinas rahasia--dan juga Kongres dan Senat, yang para anggotanya senantiasa berganti, tak akan dapat mengerti keseluruhan operasi intelijen CIA. Seharusnya, menurut dia lagi, terdapat badan-badan tetap pada lembaga-lembaga itu yang mempekerjakan para ahli intelijen. Badan-badan itulah yang memisahkan mana bagian yang seharusnya dirahasiakan dan mana yang bisa dimasalahkan di Senat dan Kongres. John A. McCone mengungkapkan, bagian paling rawan dalam kontrol adalah "operasi-operasi rahasia". Di sini tersangkut anggaran yang besar-toh tersembunyi. Boleh diingat bahwa bagian ini merupakan kegiatan utama CIA--yang sudah berkembang menjadi jaringan yang rumit. Sodokan Kongres AS, dengan adanya Skandal Watergate, sama sekali tak menggoyahkannya. Dan di sinilah pangkal kasus Edwin Wilson. Luasnya bidang yang ditangani CIA mengakibatkan bangunnya berbagai industri dan badan perdagangan yang tercatat sebagai pensuplai kebutuhan organisasi ini. Badan-badan usaha swasta ini pada akhirnya seperti menjadi bagian CIA sendiri. Industri-industrinya mendapat lisensi khusus untuk memproduksi berbagai senjata rahasia--yang sering luput dari pengamatan undang-undang persenjataan AS. Berbagai industri itu sendiri berkembang menjadi usaha-usaha raksasa-sebab konsumen mereka umumnya negara. Dan jangan kaget: para pengusahanya umumnya orang-orang sekitar CIA. Bekas pejabat, bekas agen, tak jarang pula yang masih aktif. Edwin P. Wilson adalah salah seorang perintis usaha dalam kelompok itu. Ia masuk CIA 1951. Dan pada 1960 tercatat membantu membangun sebuah usaha, Consultants International Inc. di lingkungan CIA. Berdagang barang-barangyang dikategorikan sebagai obyek intelijen. Sejak tahun itu, Ed Wilson dikenal sekaligus sebagai agen CIA dan pengusaha. Ia jadi perantara berbagai usaha dan industri AS dengan sejumlah negara pembeli. Ed cukup licin. Hampir semua pekerjanya agen GlA sendiri. Di samping itu ia juga mencantumkan berbagai nama penting dalam badan komisaris perusahaannya. Antara lain Robert Keith Gray, seorang pejabat humas kepresidenan AS yang dikenal punya hubungan dekat dengan Nixon maupun Ronald Reagan kini. Alhasil, perusahaan Ed nampak sebagai perusahaan negara yang bergerak demi kepentingan nasional. Sebagai agen sendiri Ed Wilson termasuk orang penting. Tahun 1961 ia menduduki jabatan kunci sebagai pengatur keuangan dalam 'Operasi Teluk Babi'--sebuah usaha bersama beberapa negara Amerika Latin, dengan sponsor AS--untuk menjatuhkan si orang kuat Kuba Fidel Castro. Pamornya makin nampak ketika ia diperintahkan masuk dinas rahasia Angkatan Laut AS -- bertugas di sebuah kelomPok khusus yang cuma terdiri dari 50 orang. Dikenal dengan nama Task Force 157, satuan ini dibentuk untuk mengorganisasi pengiriman senjata nuklir ke Eropa yang memang harus lewat laut. Ed Wilson seharusnya--menurut catatan--berhenti dari dinas rahasia AS tahun 1976, bersama dengan dibubarkannya Tas'k Force 757. Namun tak ada yang tahu dengan pasti kapan persisnya ia mundur. Kenyataannya ia keluar masuk seenaknya di semua dinas rahasia AS, termasuk CIA--juga ketika ia masih tercatat bekerja di Task Force. Beberapa kalangan menduga hal ini bagian dari siasat CIA: melindungi identitas keanggotaan agennya, dan sengaja mengoperasikan si agen sebagai "orang luar". Tapi menurut penyelidikan NYT sendiri, Ed Wilson terpental dari CIA pada 1977. Waktu itu direktur CIA yang baru, Stansfield Turner--yang belakangan juga diwawancarai NYT--mengeluarkan aturan: tak seorang agen pun boleh menjalankan perintah Ed Wilson. Namun sejauh itu tidak dijelaskan kedudukan Ed--apakah ia "agen tugas luar" atau bukan sama sekali. Di pihak Ed Wilson sendiri, masuk akal kalau ia mati-matian mempertatahankan pamornya dalam organisasi. Ia tercatat punya saham di kurang lebih 100 usaha rekanan CIA, yang mau tak mau bergantung pada hubungan baiknya dengan dinas rahasia tersebut. Edwin P. Wilson bertemu secara kebetulan dengan Kevin Mulcahy-yang akhirnya membocorkan skandal kepada NYT tadi--lewat istrinya, Barbara Wilson. Mulcahy menyewa salah sebuah rumah Barbara--dan dari situ jadi kenalan baik. Sampai pada suatu kali Barbara mengundangnya untuk makan malam, pertengahan 1974. Dan Ed segera tertarik--karena Mulcahy bekas agen CIA juga. Bukankah Ed banyak mempekeriakan bekas "teman sekantor"? Bahkan keluarga Mulcahy bisa dibilang turun-temurun bekerja di CIA --dan itulah memang salah satu cara membina agen dinas rahasia yang sip. Ayah Kevin, Donald V. Mulcahy, adalah agen rahasia senior yang bertugas 28 tahun. Ia pemegang bintang jasa tertinggi untuk jenis profesi tersebut di A5. Dari enam saudara laki-laki Kevin, empat orang juga jadi agen CIA. Kevin sendiri masuk dinas rahasia itu 1963 --dan bekerja di bagian peralatan komunikasi. Ia ahli komputer dan alatalat komunikasi dengan program khusus. Namun tahun 1968 Kevin keluar, dan bekerja di sebuah industri elektronik. Menjelang 1970 ia mengalami guncangan. Menjadi alkoholik, dan bercerai dari istrinya. Kemudian menganggur. Menjadi pasien rumah sakit untuk pengobatan kecanduan alkohol, dan hidup berdasar tunjangan sosial pemerintah. Untung akhirnya sembuh. Karena itu, tawaran Ed untuk bekerja pada perusahaannya segera diterimanya. Gaji yang diajukan lumayan: US$ 50.000 setahun. Tambahan lagi bila bekerja baik akan menerima bonus plus sebuah rumah mewah dengan sembilan kamar tidur yang terletak di sebidang tanah pertanian. Kevin Mulcahy segera bekerja-kurang lebih 18 jam sehari. Cukup berat: ditugaskan melayani kurang lebih 10.000 pensuplai berbagai barang seperti parasut, makanan kaleng, senapan mesin sampai pesawat terbang. Awal 1976 Ed memperkenalkannya kepada Frank Terpil, juga seorang bekas agen CIA, dan menawarkan sesuatu yang mengejutkan: bertiga membangun sebuah perusahaan baru. Sudah tentu tawaran ini terlalu baik untuk ditolak. Maka usaha baru pun berdiri, Inter-Technology Inc. Sebuah usaha patungan dengan pembagian saham masing-masing sepertiga bagian, dan merupakan cabang perusahaan raksasa Edwin Wilson. Bidangnya adalah produksi dan penjualan alat-alat komunikasi dengan program khusus serta komputer generasi kedua. Kevin diangkat jadi direktur, sebab usaha tersebut dianggap meliputi daerah spesialisasinya. Untuk menghindari keingintahuan Kevin, Ed mengungkapkan: CIA berusaha mendekati sejumlah negara dunia ketiga dengan menjual peralatan teknologi tinggi. Tak ada jalan lain-sebab, menurutWilson, negara-negara itu toh akan memiliki peralatan jenis itu walau tanpa bantuan AS. Kevin percaya. Lebih dari itu ia mendapat kesan, Ed Wilson tak lain agen khusus CIA yang menjalankan beberapa misi paling rahasia. Namun kecurigaan muncul juga. Suatu kali Kevin menemukan,Wilson dan Terpil menjual sejumlah senjata khusus yang dilengkapi alat peredam suara, ke Zambia. Menurut analisanya, senjata itu bukan perlengkapan angkahn perahg. Tapi lebih cocok dikategorikan alat pembunuh--secara gelap lagi. Diganggu keingintahuan, Kevin mencari keterangan pada BATF tBureau of Alcohol Tobacco and firearms), sebuah adan di bawah FBI yang mengawasi perdagangan tembakau, alkohol dan senjata. Ia menunjukkan seberkas dokumen penjualan, dan menanyakan data-data tentang Wilson dan Terpil. Ia jadi tenang karena FBI menyatakan: Wilson dan Terpil "bersih". Malah Kevin jadi semakin yakin: Wilson adalah agen khusus CIA. Ia sempat memperhatikan tindak-tanduk bosnya itu. Menakjubkan: hampir tak ada keterangan yang tak bisa didapatnya. Dalam 15 menit misalnya Ed bisa memperoleh data tentang apa dan siapa pun, baik dari Markas Besar Kepolisian di Washington, Biro Data CIA, sampai Kementerian Dalam Negeri. Juga tak jarang ia diminta, entah oleh siapa, menghubungi anggota Kongres maupun Senat. Dan Ed menghubungi mereka cukup dengan telepon! Maka Kevin tak terkejut ketika bulan Mei 1976 Ed menelepon Theodore G. Shackley, kepala bagian operasi rahasia CIA, yang tak syak salah seorang paling penting dalam dinas rahasia tersebut. Ed membuat janji bertemu. MENURUT Qtatan NYT, T.G.Shackley mengenal Ed Wilson ketika sama-sama bertugas pada 'Operasi Teluk Babi'. Lalu, catatan lain: T.G. Shackley adalah sosok menentukan dalam menjatuhkan kekuasaan orang kuat Chili, Salvador Allende Gossens, yang dianggap akan membawa negerinya ke pemerintahan sosialis. Pertemuan diselenggarakan di rumah Shackley. Hadir di situ selain Wilson juga Terpil, Kevin dan Harry Rastatter. Yang terakhir ini penghubung Wilson di Timur Tengah, yang konon membawa titipan dari dinas rahasia Iran (waktu itu) SAVAK Kepada Shackley Wilson mengungkapkan: ia mendapat pesanan dari Muammar Qaddafi. Wujudnya? Sejumlah bom waktu--yang peledakannya diatur dengan alat-alat elektronik yang menggunakan gelombang radio, dengan waktu ledak yang dapat dimaju-kan atau diundurkan. Qaddafi, menurut Wilson, membutuhkan bom jenis itu untuk membersihkan ladang minyak Libya dari ranjau-ranjau yang ditanam pada masa perang Arab-Israel 1973. Entah bagaimana reaksi Shackley dan entah apa pula yang dikatakannya waktu itu. Sampai kini tak ada media massa yang berani mengungkapkannya. Jua NYT. Barangkali juga karena Kevin sendiri tak begitu yakin, bagaimana persisnya tanggapan orang penting CIA tersebut. Yang bisa dipastikan hanya, usaha Ed Wiison jalan terus. Untuk proyeknya yang sebuah ini ia malah dikejar waktu. Qaddafi minta dalam jangka sebulan--Juni 1976--bom sudah bisa didemonstrasikan di negerinya. Masalah bagi Wilson ialah:mencari pabrik yang mau membuat bom jenis itu. Maka seminggu sesudah pertemuan dengan Shackley, Wilson menghubungi salah satu rekanan CIA, Americon Electronic Laborotories Gf Colmor, Pa. Wilson tidak langsung memesan--tapi membuat janji bertemu. Dan "delegasi" Ed Wilson (Ed sendiri, Frank Terpil dan seorang agen CIA yang masih aktif, Patry E. Loomis) berdasar janji menyelenggarakan sarasehan dengan pemimpin tertinggi American Electronic. Cukup janggal: pembicaraan tidak menyinggung kontrak jual beli--tapi semacam diskusi memperhitungkan beberapa kemungkinan. Bahan yang dibicarakan pun bukan detonator bom, tapi masalah yang dipaparkan Patry E. Loomis. Masalah tersebut besar kemungkinannya masalah CIA. Loomis adalah agen rahasia yang bertugas di Timur Jauh. Dalam pembicaraan, ia mengungkapkan kemungkinan mensuplai alat komunikasi rahasia ke sebuah industri pesawat udara yang sedang dibangun di sebuah negara Asia Tenggara, yang merupakan pos bagi operasi rahasianya membina beberapa kekuasaan militer. Dalam perbincangan yang tentu memberi kesan sungguh-sungguh itu, Ed Wilson ingin meyakinkan bahwa mereka adalah delegasi CIA. Dalam perkenalan ia seolah-olah menekankan: bila Loomis pengamat Timur Jauh, Wilson adalah pengamat Eropa. Sedang Terpil pengamat Timur Tengah. American Electronic nampaknya mendapat gambaran baik. Dan itulah yang penting. Nyatanya Ed bisa menyusup ke perusahaan tersebut dan berhubungan dengan William Weisenburger, seorang kepala bagian--yang juga masih bekerja sebagai agen CIA. Dan, 10 detonator bom pesanan Qaddafi jadi dibuat di situ di bawah pengawasan Weisenburger tadi--dikerjakan di luar jam kerja. Salah satu bagian tersulit dari masalah pesanan Qaddafi selesai. Bahan peledak untuk 10 bom percobaan itu sendiri nampaknya tak jadi masalah benar. Juga pengirimannya Libya--mungkin karena jumlahnya kecil. Awal Juni bom-bom diberangkatkan. Pengalaman Kevin Mulcahy berlanjut. Masih pada bulan Juni itu juga, ia ikut menghadiri bursa perdagangan senjata di Inggris. Pada "lelang senjata" ini ia mendapat proyek: pesanan Abdallah Engineering dari Suriah. Negara yang dekat dengan Libya ini memesan alat komunikasi dengan program khusus. Dalam pembuatannya, Kevin sempat bertanya kepada Ed tentang izin penjualan alat komunikasi yang ada kemungkinan tak boleh diekspor. Maklum, alat komunikasi tersebut mampu secara luar biasa memonitor berbagai hubungan radio dan diperlengkapi komputer yang bisa menerjemahkan berbagai sandi. Tak syak ini barang intelijen. Namun Wilson menjelaskan: ia tak pernah menggunakan izin untuk menjual apa pun. Agak tak enak Kevin mendengar jawaban itu. KEMUDIAN kegiatan bulan Juli membangunkan kembali kecurigaan Mulcahy. Di bulan itu, Wilson dan Terpil menjual ribuan teropong infra merah--teleskop untuk menembak di malam hari--yang dibuat khusus untuk senapan otomatik M-16, kepada Libya dan Afrika Selatan. Kevin tahu benar, peralatan ini dikontrol ketat penjualannya ke luar-sebab keampuhannya sangat dikhawatirkan jatuh ke tangan teroris. Nah, siapa yang tak tahu Libya (diduga keras) mendalangi berbagai kegiatan teror? Yang menambah kecurigaan Kevin: peralatan itu dimasukkan ke dalam peti yang ditulisi "perlengkapan instalasi ledeng". Juga tidak langsung dikirimkan ke Libya--tapi ke Kanada lebih dulu, dan dari sana baru ke Tripoli. Di bulan Juli itu juga diterima kabar dari Libya: hanya 6 dari 10 bom waktu percobaan yang berhasil. Menurut analisa Wilson, kegagalan terjadi karena John Harper, bekas ahli bom CIA yang ditugaskan menyelenggarakan demonstrasi, salah merakit beberapa bagian. Namun Qaddafi memberi reaksi hebat: ia tetap memesan bom itu--dengan jumlah yang sekarang tidak tanggung-tanggung: 500.000 buah, atau paling sedikit 300.000. Ditambah catatan: yang 100.000 pesanan "segera". Buat itu semua Qaddafi berani membayar US$ 35 juta. Dan Wilson menerima uang muka US$ 1 juta. Dan, memang, ia segera bergerak. Keputusannya cepat dan tepat: tidak akan mengirimkan bom dalam bentuk jadi, tapi hanya partikel-partikelnya. Kemudian merakitnya di Libya sendiri dengan membangun laboratorium senjata di sana. Untuk itu ia segera membuka sebuah cabang di Tripoli, Merprico Inc., dan menunjuk John Harper sebagai kepala perwakilan dengan gaji US$ 2000 seminggu. Kecurigaan Kevin sudah selangit kini. Ia kini memastikan, bom waktu yang dipesan Qaddafi terang bukan untuk membersihkan ladang minyak. Perbandingan jumlahnya sami sekali tak masuk akal. Tapi ia belum mengambil tindakan. Malah masih juga mengikuti Wilson menghubungi berbagai rekanan CIA untuk melayani pesanan Libya. Kali ini tak begitu sulit mencari penawaran: jumlah uang yang dilambai-lambaikan Qaddafi membuat hampir semua pensuplai lupa daratan, tak lagi memikirkan risiko--apa pun. Dalam waktu relatif singkat, Wilson menandatangani kontrak dengan Scientific Communications Inc. yang bersedia menyediakan partikel-partikel detonator, dan sanggup menyelesaikan 500 unit dalam 30 hari. Bahan peledak, sebenarnya juga tak sulit didapat. Namun Wilson terbentur pada pengiriman. Karena waktu yang mendesak, bahan penghancur ini hk mungkin dikirimkan lewat laut. Harus udara. Dan karena pesawat militer tak mungkin dipakai, harus digunakan pesawat penumpang. Lalu, satu-satunya, perusahan yang punya hubungan udara dengan Tripoli tak lain perusahaan penerbangan Jerman Barat, Lufthansa. Namun, sialan: Lufthansa segera menolak--sekalipun dengan bayaran tinggi. Toh Wilson yang hebat ini tak putus asa. Ia menghubungi Jerome Brower, Presiden Direktur Brower and Associates, yang dikenalnya. Dengan harga tinggi ia memindahkan order bahan peiedak ke perusahaan ini. Dengan persyaratan, tentunya, perusahaan tersebut bertanggung jawab untuk memalsukan semua peti bahan peledak-dan tutup mulut. Kali ini Wilson berhasil. Dan sebuah skandal luar biasa besar terjadi. Bahan peledak itu tergolong sangat peka-dan karenanya termasuk barang yang dilarang keras diangkut dengan pesawat udara. Sebab di samping mengandung TNT, juga punya bagian cairan kental ciclotrimetilene--dikenal dengan kode RDX. Namun Wilson bukan Wilson kalau ia mengenal larangan. Bahan ini disusun rapi dalam sebuah container pesawat udara dengan label bahan industri. Dan berkat surat jalan Brower and Associates yang rapi pula, Lufthansa mengangkutnya ke Tripoli tanpa masalah. Padahal, menurut analisa para ahli, itu benar-benar usaha nekat. Bayangkan: kemungkinan selamat hanya 10% Umpama saja pesawat terguncang secara agak berat karena masuk kantung udara, bisa dipastikan ledakan tak bisa dihindari. Catat: sudah tentu pesawat itu membawa penumpang . . . NAMUN nasib baik masih, berpihak pada Wilson. Semua selamat sampai di Tripoli. Dan Kevin Mulcahy termasuk di antara mereka yang menarik napas panjang. Tapi ia tak sempat memprotes tindakan gila-gilaan itu. Ia segera dikirim untuk kedua kalinya ke Inggris--bertemu dengan sejumlah pmbeli senjata. Kali ini ia berangkat bersama Frank Terpil. Tamparan ke dada Kevin bertambah lagi. Dalam pertemuan rahasia di Inggris, ia--tak pemah dibayangkannya--bertemu muka dengan teroris intemasional kelas berat: Carlos Ramirez. Inilah orang yang bertanggung jawab atas teror di Olympiade Munich 1972, di samping mendalangi sejumlah keributan lain. Kini ia harus pula mendengarkan keterangarl Frank Terpil--bahwa selama ini Carlos bersembunyi di Libya, di sebuah bekas pangkalan militer AS. Ia harus pula jadi saksi kenyataan-bahwa potret Carlos yang disebarkan oleh hampir separuh polisi dan dinas rahasia seluruh dunia, ternyata bukan potret Carlos yang sebenarnya. Cerita Terpil dan kenyataan yang dilihatnya memang sukar disangkal. Carlos datang sebagai anggota rombongan Sayed Qaddafi, Kepala Dinas Rahasia Libya dan saudara sepupu Muammar Qaddafi. Inilah mimpi paling buruk. Dan begitu ia berlalu, Kevin mendapat kesempatan merenung sendirian. Frank Terpil terbang ke Libya menyusul Wilson, sedang ia ke Kopenhagen untuk satu tugas lain. Di kota tua ini ia dosa. Lalu, seperti ditakdirkan, dalam keadaan runyam itu hantaman yang paling keras datang. Dari Libya Wilson mengirim kawat--agar ia segera kembali ke Washington. Wilson mendapat informasi, ada 18 buah peluru kendali artileri yang ditawarkan sebuah badan gelap. Kevin diminta mengatur pembelian--berapa pun harganya--karena Qaddafi, sekali lagi, berminat. Tapi di sinilah Kevin sampai pada keputusan: melapor! Ia tahu betul apa peluru kendali artileri itu. Dikenal dengan nama Redeye, sebuah peluru yang bisa mengejar pesawat berdasar panas. Peluru kendali jenis ini dipakai Israel dalam perang 1973, dan terhitung banyak menggugurkan pesawat Arab. Di samping itu Kevin tiba-tiba ingat: Terpil pernah menjual baju-baju anti-radiasi pada Libya. Jadi, mungkinkah Redeye di tangan Qaddafi menjadi peluru kendali berkepala nuklir? Dengan Wilson di sampingnya, bukannya tak mungkin Muammar Qaddari mendapat uranium 235 dan plutonium, bahan peledak senjata nuklir. Kalau Qaddafi memintanya, pikir Kevin Mulca-hy, demi Tuhan Ed akan mencarikannya. Tak sebuah pun tugas yang dibebankan padanya teringat, ketika Kevin mendarat di bandar udara Washington. Satu saja pikirannya: membongkar file perusahaan, termasuk file Wilson dan Terpil. Dan, sekali lagi ia terkejut melihat dakumen-dokumen yang digeledahnya. Wilson dan Terpil ternyata begitu jauh membantu Qaddafi. Kevin hampir tak mengerti: ada orang yang sebegitu gilanya pada uang, uang, uang, dan bersedia berbuat apa saja asal ditimbuni uang. Dokumen-dokumen itu mengungkapkan: Wilson dan Terpil ternyata mengorganisasi berbagai latihan teror di Libya. Para pelatihnya bekas anggota pasukan Baret Hijau AS--yang juga pernah menjadi induk bagi Eugene Tafoya, si pembunuh yang menembak mahasiswa Libya Faisal Zagallai di muka. Kurikulum latihan tersebut tertersusun untuk 26 minggu. Dan salah satu soal ujian yang tercantum bagi lulusan pertama: menghancurkan pipa minyak Aramco di Arab Saudi. Namun Kevin berhati-hati dalam melapor. Ia masih berpikir untuk tidak mencelakakan siapa pun. Ia hanya ingin mencegah praktek-praktek Wilson yang dianggapnya sangat membahayakan negerinya. Karena itu ia memilih jalan yang dianggapnya terbaik: menelepon Theodore G. Shackley, Kepala Bagian Operasi Rahasia CIA tadi. Pejabat tinggi ini dianggapnya bisa berdiri di tengah: sebagai agen resmi, tapi juga sebagai kawan Wilson. Kepada Shackley Kevin menceritakan semuanya. Namun ia terkejut. "Saya tentunya bisa mengecek besok, tapi apa anda tahu hira-kira, semua itu sepengetahuan CIA?" tanya Schakley di telepon. Kevin tak bisa menjawab ia tiba-tiba merasa dungu. Shackley seperti tak pernah mengenalnya: suaranya seperti suara polisi yang mendengarkan laporan orang yang kecopetan. "Oke," terdengar lagi suara pejabat itu dingin. "Kalau anda tak bisa menjawab, saya akan mengecek dulu. Nanti dah saya akan menghubungi anda biia soalnya sudah agak jelas."Telepon ditutup. "Terkutuk!" teriak Kevin. Ia tahu kini, pejabat itu tak bisa di percaya. Omong kosong saja akan menelepon kembali. Dan Shackley memang tak pernah melakukannya. Dua hari setelah itu, sekretaris Kevin mengulurkan kawat dari Libya: "Tutup mulutmu. Aku akan menjelaskan semuanya bila kembali." Dan karyawan wanita yang rupanya tahu cukup banyak itu menasihati: "Ed akan membunuh anda." Kevin maklum. Maka tercatat pada pertengahan Agustus 1976, Kevin Mulcahy memulai hidupnya sebagai pelarian. Ia menyamar, menukar paspor dan suratsurat lain, dan tidur dengan senapan. M-16. Kerjanya pun tak berketentuan. Awal Oktober ia mencoba melapor ke FBI. Dengan bersemangat ia menceritakan semua praktek Wilson plus struktur badan usaha raksasanya. Kevin beruntung: pertengahan Oktober John Harper kembali ke AS dari Tripoli. Ketika diwawancarai FBI, tanpa tekanan ia menceritakan apa yang dilihatnya di Libya, juga apa yang dikerjakannya sebagai pelatih teroris. Bekas ahli bom CIA itu malah menambahkan: Wilson dan Terpil juga menerima pesanan Qaddafi untuk membunuh lawan-lawan politik orang kuat Libya itu. Yang diketahuinya dengan pasti: usaha membunuh Umar Abdullah Muhaisi, yang waktu itu bermukin di Mesir. Usaha ini gagal, karena tiga pembunuh bayaran Kuba--yang pernah bekerja untuk Wilson dalam 'Operasi Teluk Babi'--yang didatangkan ke Libya, menolak. FBI percaya pada cerita Kevin. Dan sebagai tindakan pertama: memeriksa kekayaan Shackley dan juga mewawancarainya. Hasil pemeriksaan itu masih menggantung sampai kini. Tapi menurut penyelidikan NYT di saat yang hampir bersamaan Shackley ditegur pejabat teras CIA, entah siapa. Ia dianggap lalai--tidak melaporkan telepon Kevin Mulcahy. Malah sempat pula diinterogasi. Namun di situ Shackley memberi jawaban: Kevin Mulcahy tak lain seorang alkoholik yang tak bisa dipercaya. Dan ia pun menjelaskan hubungan dirinya dengan Wilson sebagai "usaha memanfaatkan informasi intelijen dari luar CIA." Jawaban itu dianggap tak lengkap. Shackley diperhentikan untuk sementara. NYT tak bisa menemukan siapa yang mengambil tindakan ini--hanya kemungkinan besar ada hubungannya dengan kebijaksanaan pengetatan yang diambil Presiden (waktu itu) Gerald Ford terhadap dinas rahasia tersebut. Tapi beberapa bulan sudah itu pengusutan terhadap sindikat Wilson seperti tenggelam. Malah di-masa itu Edwin Wilson dengan leluasa bolak-balik Amerika-Libya, meneruskan usaha dagang, bahkan konon masih juga memanfaatkan pamornya di tubuh CIA. Ia masih sempat menyelesaikan proyek bom waktunya. Yang tak jelas apakah ia jadi membelikan Redeye untuk Qaddafi atau barangkali malah senjata yang lebih maut. Baru bulan April 1977 Departemen Kehakiman AS--entah mendapat bahan dari siapa, kalau tidak malah siasat Wilson untuk membersihkan diri-mengambil prakarsa memeriksa usaha Wilson. Dasar kecurigaannya: memperdagangkan senjata secara gelap. Dan hasil penyelidikannya: Wilson tidak melanggar Undang-undang... NAMUN di situlah Wilson sial. Berdasar wawancara NYT dengan Stansfield Turner, yang waktu itu baru saja naik jadi Direktur CIA, diketahui sejak saat itulah dinas rahasia tersebut tertutup sama sekali bagi Wilson. Soalnya, Turner sendiri tertarik pada berita penyelidikan Departemen Kehakiman yang dimuat di The Wshington Post. Berdasar itu ia membuat pengusutan ke dalam. Ia cuma mendapat potongan-potongan--dan anehnya tak seorang pun dalam tubuh organisasinya menasihati pemimpin ini untuk mewawancarai Kevin Mulcahy. Untung Turner sempat menjaring Pat Loomis dan Bill Weisenburger yang pernah bekerja--mungkin masih, malah-untuk Ed Wilson. Sang direktur segera memecat keduanya. "Mereka orang-orang baik dan giat, tapi tak cocok untuk tugas," katanya, sambil menghindar mengungkapkan alasan yang sebenarnya. Pembersihan tersebut tak sampai diketahui Kevin sendii--saat itu. Ia belingsatan, menganggap Departemen Kehakiman tak cermat. Tapi di sisi lain anehnya ia tak mau memberi kesaksian di bawah sumpah--dengan alasan tak mau menuduh secara terbuka. Atau, dengan argumentasi lain: praktek Wilson adalah urwsan Badan Keamanan Nasional yang harus menurunkan agen-agen rahasia untuk menyelidik. Jadi bukan pengadilan atau jaksa distrik atau pejabat Kejaksaan Agung yang seharusnya mengutik-utik. Tapi FBI tak memperhatikan kemauan Kevin. Yang mau membantunya justru pejabat Kejaksaan Agung, Eugene M. Propper. Untung saja ada yang khas pada pejabat ini: ia merasakan terdapatnya kejanggalan pada keputusan Departemen Kehakiman. Propper lantas berhasil membujuk Kevin untuk memberi kesaksian di bawah sumpah. Dan di sini tiba-tiba terdapat perkembangan baru yang menguntungkan. Tiga orang pembunuh bayaran Kuba, yang menolak perintah Wilson untuk membunuh Umar Abdallah Muhaisi, musuh Qaddafi itu, bersedia pula memberi kesaksian. Penyelidikan pun dimulai kembali. Awal 1978 Propper mencatat sebuah hasil kecil. Ia bisa mendesak FBI untuk melindungi Kevin. Sebelumnya biro penyidikan dalam negeri ini tak pernah mau peduli. Kali ini FBI sendiri mendatangi Edwin Wilson--mengancam agar tidak bikin macam-macam. Bila terjadi sesuatu pada Kevin Mulcahy, bekas istrinya dan dua anaknya, Wilson akan segera ditahan. Namun itu juga merupakan hasil usaha Propper yang terakhir. Ia, sampai demikian jauh, tak bisa menemukan alasan untuk menuntut Wilson. Menurut hukum negara bagian manapun memang tak mungkin menuntut orang itu. Sebabnya: ia dianggap melakukan segala kejahatan-itu di luar Amerika. Ia juga tak bisa dituntut sebagai pedagang gelap. Surat-suratnya lengkap, sih. Juga izin menjual ke luar, semuanya ada. Agak mencurigakan memang, Propper tiba-tiba mengundurkan diri dai Kejaksaan Agung AS. Alasannya kelihatan "tidak relevan": akan berpraktek sebagai pengacara sambil menulis buku. Penyelidikannya pun macet total. Kevin Mulcahy sekali lagi menggigit-gigit kuku. TAPI belum berarti ia kandas, Dua orang pejabat BATF--badan yang mengawasi perdagangan senjata--tertarik menyelidiki kasus besar yang ditinggalkan itu. Mereka, Richard Wadsworth dan Richard Pedersen mencurigai Ed Wilson mengekspor bahan peledak terlarang Kevin dengan gegap gempita bersedia membantu. Dan pertengahan 1978 berbagai penyelidikan atas Edwin Wilson dimulai kembali. Hampir semua bagian usaha Ed diperiksa, dan berbagai orang diwawancarai. Namun, yah nasib. Penyelidikan yang makan waktu hampir setahun itu pun gagal juga. Juni 1979 Kejaksaan Agung AS menolak berkas perkara Ed Wilson--karena merasa tidak punya bukti-bukti yang kuat. Sampai kemudian terjadi sesuatu pada Ed Wilson dan Terpil. Keduanya, sekarang, tampak mulai memindahkan harta kekayaan dan usaha mereka ke luar AS. Itu awal 1979. Besar kemungkinan sebagian besar ditanamkan di Libya, dan sebagian lagi di Inggris. Sementara itu Wadsworth dan Pedersen sebenarnya belum lagi menyerah. Dan buahnya memang ada. Entah dari mana, mereka menemukan tulisan tangan Jerome Brower. Ini penting. Tulisan itu menunjukkan tanda-tanda penulisnya mensuplai RDX, bahan peledak yang tidak diperkenankan diekspor tanpa izin khusus, ke Inter Technology Inc. Dan yang terakhir itu adalah perusahaan Ed Wilson tempat Kevin dulu bekerja. Brower tak bisa mungkir. Malah, syukur sekali lagi, ia mengungkapkan semua jumlah yang pernah dikirimkannya ke Libya. Juga caranya. Dari situ diketahui: Wilson dan Brower ternyata dua kali mengirimkan RDX ke Libya. Yang pertama, yang sempat diketahui Kevin, di tahunl 976. Yang kedua kalinya, dalam jumlah sangat besar, pertengahan 1978. Duaduanya menggunakan cargo pesawat penumpang. Tuduhan kini mendapat penunjang. Lantas perkembangan lain. Desember 1979, Frank Terpil dikuntit di Newyork karena memperdagangkan senjata yang tak punya nomor seri. Ia ditangkap. Namun tak segera diadili dan dipenjarakan, karena konon masih diperlukan sejumlah penyidikan. Hanya bulan April 1980 Brower dan Ed Wilson ditahan beberapa hari untuk penyidikan. Lantas diadili. Nah. Di sinilah terjadi sesuatu. Pengacara Ed Wilson, Seymour Glanzer, mengancam akan membuka berbagai praktek busuk dalam tubuh CIA bila kliennya tidak dibebaskan samasekali dari semua tuduhan. Seperti berdagang ia bahkan menawarkan sejumlah informasi penting sebagai imbalan. Entah seberapa jauh pengaruh Glanzer, kenyataannya pengadilan atas Ed dan Terpil sangat lambat. Pengadilan Distrik Colombo yang mengusut orang pertama itu terbengong-bengong: tak dapat menelusuri kekayaan bekas agen rahasia itu. Karena itu malah menyangsikan Wilson melakukan manipulasi. FRANK Terpil maupun Ed Wilson memanfaatkan kelambatan ini. September 1980 keduanya kabur dari AS. Frank terbang ke Eropa, Fd ke Libya--namun belakangan diketahui berada di Malta. Juni 1981 keputusan pengadilan bagi Frank Terpil keluar. Ia dihukum in absenti 17 tahun, dan bila tidak kembali diancam hukuman 53 tahun. Namun keputusan bagi Ed anehnya masih menggantung--sampai kini. Sampai-sampai Kevin Mulcahy sendiri putus asa menghadapi badar-badan resmi. Kini ia tak lagi mengusulkan penyidikan lewat Badan Keamanan Nasional. Tapi menuduh, lewat NYT: ada sejumlah pejabat di tingkat tinggi, khususnya dalam tubuh dinas rahasia, yang melindungi Ed Wilson. Itu sebabnya mengapa Stansfield Turner tak sempat mendapat keterangan yang sebenarnya. Dan juga mengapa Ed Wilson tak diektradisikan ke Washington. Padahal bisa. Kevin tidak hanya ingin melihat bekas majikannya dilumpuhkan. Tapi juga mual dan muntah melihat jaringan korupsi di tingkat tinggi CIA. Harap-harap cemas ia kini menunggu hasil pemeriksaan pengadilan atas Eugene Tafoya, si penembak mahasiswa. Dan sekarang ia tak sendirian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus