APA & SIAPA SEJUMLAH ORANG INDONESIA 1981 1982
Tim Redaksi Majalah TEMPO Grafiti Pers, 6 Maret 1981, 906 hal.
UMUMNYA orang memang suka mengetahui peri kehidupan sesama
--lebih-lebih peri kehidupan orang terkenal. Bukan sekedar
menyangkut tanggal, tempat lahir dan pendidikan yang telah
dikenyam.
Kalau seorang tokoh sukses, orang juga ingin tahu sebabnya.
Bagaimana pula cara si tokoh menghadapi perjuangan hidup?
Bagaimana kehidupan keluarganya? Apa kegemaran serta
kesukaannya? Dan lain sebagainya.
Peri kehidupan sejumlah tokoh laimnya dapat ditemukan dalam
sebuah ensiklopedi. Tetapi, biasanya, di situ hanya dipaparkan
seperlunya tempat dan tanggal kelahiran, pendidikan, pekerjaan
atau jabatan yang pernah didudukinya. Kering memang.
Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1981-1982, yang diterbitkan
Penerbit Grafiti Pers Jakarta, tidak demikian. Buku yang
tebalnya lebih 900 halaman itu -- merupakan penerbitan yang
sudah istimewa bagi Indonesia-memuat riwayat hidup sejumlah
tokoh terkemuka di bidang-bidang ilmu, lawak, musik, politik,
sastra, bisnis dan bidang macam apa lagi.
Penerbitnya sudah mengakui, menyusun buku seperti ini tak mudah.
Kesulitan pertama: cara menyajikan. Lalu kriteria apa.yang
dipakai untuk memasukkan nama seorang tokoh. Dijawab sendiri:
secara garis besar ada empat kriteria. Pertama, nama yang akan
masuk adalah nama yang terkenal secara nasional. Kedua, meski
tak sangat luas dikenal, sangat penting dalam lingkungan profesi
atau kaumnya. Ketiga, mereka yang tercatat penting dalam sejarah
modern Indonesia. Dan akhirnya: Presiden, Wakil Presiden serta
para pejabat tinggi negara.
Memang sesungguhnya. Menyusun buku Apa dan Siapa semacam ini
bukan pekerjaan mudah: selalu orang akan menanya, mengapa si
Fulan masuk sedang si Badu yang tidak kalah besarnya justru
tidak. Mengapa si Anu ditampilkan sedang si Ani bahkan
dilupakan.
Dalam deretan nama kaum wartawan misalnya, dalam buku ini
disebut (barang tentu) nama Harmoko, Rosihan, B.M. Diah dan
Mochtar Lubis. Juga Adincgoro Tetapi mengapa tidak Parada
Harahap dan Soedarjo Tjokrosisworo, kedua tokoh wartawan yang
cukup punya nama di jagadnya pada zamannya? Masing-masing punya
kelebihan, yang satu tidak usah kalah dari yang lain.
Di deretan kaum politisi ada dicantumkan nama Tan Malaka dan
Semaun. Tetapi tidak ditemukan Alimin dan Muso dan S.
Darsono--tokoh gerakan komunis yang hidup satu zaman dan sebaya.
Mereka semua kini memang sudah mendiang, tapi masing-masing
punya peranan tersendiri dalam gerakan kemerdekaan Indonesia
baik positif maupun negatif.
Siapa Dia?
Bahwa dalam menghimpun biodata dan keterangan dari sejumlah 889
orang yang ditokohkan terdapat kekeliruan, wajar-wajar saja. Dan
penyusun pun, dengan mengutip ucapan Tai T'ung, pengarang Cina
abad ke-13, juga sudah mengatakan: "Seandainya aku harus
menunggu sampai hasilnya sempurna, bukuku ini tak akan pernah
selesai."
Mengenai tokoh Trimurti (Surastri Karma) misalnya, di situ (h.
830) disebutkan: pada tahun 1962-1963 belajar perkoperasian di
Yogyakarta. Yang benar, pada 1962-1964 Trimurti sebagai anggota
Dewan Perancang Nasional diutus Pemerintah (dalam hal ini
Wapardam Chairul Saleh) ke Yugoslavia untuk mempelajari Workers
Management dan kemudian mengadakan perjalanan ke berbagai negara
di Eropa, baik Eropa Timur maupun Barat.
Umumnya para tokoh memang sudah cukup terkenal. Katakan saja
mulai Permadi dari Lembaga Konsumen sampai ke Poernomo alias
Mang Udel. Dari Rudy Pirngadi yang pernah menjabat Direktur City
Theater, City Restauran, biro pajalanan dan Orkes Keroncong
Tetap Segar -- dengan menyandang pangkat mayor jenderal
(purnawirawan) --sampai Obahorok kepala sebuah suku Irian Jaya
dan Abdul Karim Daeng Patombong, Ketua PWI masa lalu. Tapi ada
juga nama-nama yang membuat pembaca, terutama yang kurang
mengenal, mengerutkan kening dan memanggil-manggil ingatan
barang sebentar.
Seperti nama-nama Nurhasan (448) Sintong Panjaitan (470)i
Yamani lasan (209) Ida Bagus Oka Puniatmadja (506i Kristiono
Sumono (770). Bagi awam tentu akan menimbulkan pertanyaan.
Nurhasan semula bernama Madigol. Pekerjaan: guru mengaji dan
kebainan, orang terkemuka dari golongan Islam Jamaah. Dalam
buku ini Nurhasan alias Madigol mendapat jatah hampir tiga
halaman penuh. Bukan main.
Sintong Panjaitan adalah tokoh yang berhasil melumpuhkan
pembajakan pesawat terbang Woyla di Bangkok, Maret 1981. Dalam
buku ini si kapten mendapat jatah lebih dari tiga halaman.
Yamani Hasan? Tidak banyak orang tahu, dialah orang Indonesia
pertama yang memegang posisi tertinggi dalam Unilever Indonesia,
sejak perusahaan ini beroperasi di sini 1933.
Dan Puniatmadja Ternyata dia Ktua Umum Parisada Hindu Darma
dan. anggota DPR-RI. Sedang Kristiono Sumono ditulis dalam buku
ini mempunyai pekerjaan perenang. Jabatan terakhir: perenang.. .
Buku Apa & Siapa Sejumlah orang Indonesia 1981-1982 memang
merupakan kembang setaman kehidupan manusia Indonesia -- di
segala bidang. Cara penyajiannya khas TEMPO. Dan karenanya,
seperti yang sering dikecapkan: enak dibaca. Dan perlu.
Soebagijo I.N.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini