Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Kembang setaman indonesia

Pengarang: tim redaksi majalah tempo jakarta: grafiti pers, 1981.

28 November 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA & SIAPA SEJUMLAH ORANG INDONESIA 1981 1982 Tim Redaksi Majalah TEMPO Grafiti Pers, 6 Maret 1981, 906 hal. UMUMNYA orang memang suka mengetahui peri kehidupan sesama --lebih-lebih peri kehidupan orang terkenal. Bukan sekedar menyangkut tanggal, tempat lahir dan pendidikan yang telah dikenyam. Kalau seorang tokoh sukses, orang juga ingin tahu sebabnya. Bagaimana pula cara si tokoh menghadapi perjuangan hidup? Bagaimana kehidupan keluarganya? Apa kegemaran serta kesukaannya? Dan lain sebagainya. Peri kehidupan sejumlah tokoh laimnya dapat ditemukan dalam sebuah ensiklopedi. Tetapi, biasanya, di situ hanya dipaparkan seperlunya tempat dan tanggal kelahiran, pendidikan, pekerjaan atau jabatan yang pernah didudukinya. Kering memang. Apa & Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1981-1982, yang diterbitkan Penerbit Grafiti Pers Jakarta, tidak demikian. Buku yang tebalnya lebih 900 halaman itu -- merupakan penerbitan yang sudah istimewa bagi Indonesia-memuat riwayat hidup sejumlah tokoh terkemuka di bidang-bidang ilmu, lawak, musik, politik, sastra, bisnis dan bidang macam apa lagi. Penerbitnya sudah mengakui, menyusun buku seperti ini tak mudah. Kesulitan pertama: cara menyajikan. Lalu kriteria apa.yang dipakai untuk memasukkan nama seorang tokoh. Dijawab sendiri: secara garis besar ada empat kriteria. Pertama, nama yang akan masuk adalah nama yang terkenal secara nasional. Kedua, meski tak sangat luas dikenal, sangat penting dalam lingkungan profesi atau kaumnya. Ketiga, mereka yang tercatat penting dalam sejarah modern Indonesia. Dan akhirnya: Presiden, Wakil Presiden serta para pejabat tinggi negara. Memang sesungguhnya. Menyusun buku Apa dan Siapa semacam ini bukan pekerjaan mudah: selalu orang akan menanya, mengapa si Fulan masuk sedang si Badu yang tidak kalah besarnya justru tidak. Mengapa si Anu ditampilkan sedang si Ani bahkan dilupakan. Dalam deretan nama kaum wartawan misalnya, dalam buku ini disebut (barang tentu) nama Harmoko, Rosihan, B.M. Diah dan Mochtar Lubis. Juga Adincgoro Tetapi mengapa tidak Parada Harahap dan Soedarjo Tjokrosisworo, kedua tokoh wartawan yang cukup punya nama di jagadnya pada zamannya? Masing-masing punya kelebihan, yang satu tidak usah kalah dari yang lain. Di deretan kaum politisi ada dicantumkan nama Tan Malaka dan Semaun. Tetapi tidak ditemukan Alimin dan Muso dan S. Darsono--tokoh gerakan komunis yang hidup satu zaman dan sebaya. Mereka semua kini memang sudah mendiang, tapi masing-masing punya peranan tersendiri dalam gerakan kemerdekaan Indonesia baik positif maupun negatif. Siapa Dia? Bahwa dalam menghimpun biodata dan keterangan dari sejumlah 889 orang yang ditokohkan terdapat kekeliruan, wajar-wajar saja. Dan penyusun pun, dengan mengutip ucapan Tai T'ung, pengarang Cina abad ke-13, juga sudah mengatakan: "Seandainya aku harus menunggu sampai hasilnya sempurna, bukuku ini tak akan pernah selesai." Mengenai tokoh Trimurti (Surastri Karma) misalnya, di situ (h. 830) disebutkan: pada tahun 1962-1963 belajar perkoperasian di Yogyakarta. Yang benar, pada 1962-1964 Trimurti sebagai anggota Dewan Perancang Nasional diutus Pemerintah (dalam hal ini Wapardam Chairul Saleh) ke Yugoslavia untuk mempelajari Workers Management dan kemudian mengadakan perjalanan ke berbagai negara di Eropa, baik Eropa Timur maupun Barat. Umumnya para tokoh memang sudah cukup terkenal. Katakan saja mulai Permadi dari Lembaga Konsumen sampai ke Poernomo alias Mang Udel. Dari Rudy Pirngadi yang pernah menjabat Direktur City Theater, City Restauran, biro pajalanan dan Orkes Keroncong Tetap Segar -- dengan menyandang pangkat mayor jenderal (purnawirawan) --sampai Obahorok kepala sebuah suku Irian Jaya dan Abdul Karim Daeng Patombong, Ketua PWI masa lalu. Tapi ada juga nama-nama yang membuat pembaca, terutama yang kurang mengenal, mengerutkan kening dan memanggil-manggil ingatan barang sebentar. Seperti nama-nama Nurhasan (448) Sintong Panjaitan (470)i Yamani lasan (209) Ida Bagus Oka Puniatmadja (506i Kristiono Sumono (770). Bagi awam tentu akan menimbulkan pertanyaan. Nurhasan semula bernama Madigol. Pekerjaan: guru mengaji dan kebainan, orang terkemuka dari golongan Islam Jamaah. Dalam buku ini Nurhasan alias Madigol mendapat jatah hampir tiga halaman penuh. Bukan main. Sintong Panjaitan adalah tokoh yang berhasil melumpuhkan pembajakan pesawat terbang Woyla di Bangkok, Maret 1981. Dalam buku ini si kapten mendapat jatah lebih dari tiga halaman. Yamani Hasan? Tidak banyak orang tahu, dialah orang Indonesia pertama yang memegang posisi tertinggi dalam Unilever Indonesia, sejak perusahaan ini beroperasi di sini 1933. Dan Puniatmadja Ternyata dia Ktua Umum Parisada Hindu Darma dan. anggota DPR-RI. Sedang Kristiono Sumono ditulis dalam buku ini mempunyai pekerjaan perenang. Jabatan terakhir: perenang.. . Buku Apa & Siapa Sejumlah orang Indonesia 1981-1982 memang merupakan kembang setaman kehidupan manusia Indonesia -- di segala bidang. Cara penyajiannya khas TEMPO. Dan karenanya, seperti yang sering dikecapkan: enak dibaca. Dan perlu. Soebagijo I.N.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus